Gak berasa sebulan sudah sebulan gue kerja sama pak tofik, dan saat yang dinanti2 tiba... Gajiaaaan.
Kebetulan gajian gue dikasih cash, karena gue belum punya account bank manapun. Yang gue terima lumayan, lebih dari cukup untuk ukuran bujangan. Gue udah rencanain buat kirim sebagian ke emak, lagian gue juga gak terlalu butuh duit disini, makan tidur udah ditanggung, sekaliagus mau jelasin keadaan gue disini.
Setelah makan siang santi dateng, dia senyum ke gue,
"inget janji lo ya den" kata santi
gue manggut, gue memang janji mau nraktir dia.
"tapi jangan yang mahal ya" kata gue
dia cuma senyum.
Setelah semua kerjaan selesai, dan gue udah tutup toko, gue samperin santi.
"mau makan dimana" tanya gue
"terserah lo, tapi tar malem aja, sekarang gue mesti balik ke kampus ada yang mau dikerjain lagi" katanya
"ok, jemput ya" kata gue nyengir
"sip" katanya
Gue balik ke gudang, terus istirahat sebentar sambil ngobrol sama cecep dan meilan. Gue perhatiin klo cecep ngobrol bareng meilan selalu matanya jelalatan, maklum body do'i memang yahut, biasanya dia kerja pake rok yang rada ketat, terkadang pahanya kemana2, putih banget. maklum keturunan.
Gue milih naik keatas daripada nerusin ngobrol, bisa jebol pertahanan gue ngeliatin yang montok2 mulu. gue baringan sambil nyusun kata kata buat ngobrol sama emak. tanpa sadar gue ketiduran.
Gk tau berapa lama gue ketiduran, tiba tiba ada yang goyang2in badan gue.
"woiii,kebooo, banguuuun" suara cewek teriak.
gue kaget, gue perhatiin ternyata santi yang bangunin gue, gue bengong aja.
"katanya mau nraktir gue, lo malah ngorok si" kata santi
"sorry gue ketiduran, emang jam berapa sekaran" tanya gue
"jam 7 kuran" katanya
"yaudah tunggu bentar ya, mau maghriban dulu" kata gue, dia cuma manggut.
Selesai maghrib gue berangkat sama santi,
"jalan kaki aja ya, kita makan pecel lele didepan, hemat, murah meriah" kata gue
"iyaa, gue ngikut, terserah bandar" katanya
setelah sampai dilokasi, kita pesen makanan, sambil nunggu makanan gue perhatiin santi kebanyakan melamun.
"kenapa lo san, kok melamun mulu" kata gue
"ooh, gak papa den" jawab santi sambil kaget
"serius lo, atau gara2 makan ditempat ginian" kata gue
"nggak den, beneran, lagian gue juga sering makan disini" kata santi
"terus, lo kok bengong mulu, ada masalah, cerita aja klo ada masalah" kata gue
Dia diem aja, seperti lagi menimbang2 sesuatu.
"tapi lo janji gak bakal ngomong kesiapa2 ya" kata santi
"iya, emang apaan" kata gue
"gini den, manatan gue ngajak balikan" katanya
"terus, masalah nya" kata gue
"masalahnya gue bingung, terima ata nggak" kata santi
"kenapa mesti bingung, simple aja san. Lo masih sayang lo terima, lo udah gak sayang lo tinggal" kata gue
"itulah cowok, semua persoalan dibuat simple" katanya
"lah, kalo memang simple kenapa harus susah" kata gue
"itu bedanya cowok sama cewek, klo cowok berpikir pake logika,kalo cewek lebih ke perasaan" katanya
"ooo, terus memangnya kenapa sama perasaan lo" tanya gue
"iyaa, gue bingung deniiii, gue gak tau masih sayang atau nggak sama dia" kata santi
"cewek emang seribet ini ya" kata gue ketawa
Dia cuma nyengir,
"kalian kemaren putus kenapa, coba ceritain" kata gue
"gini den, kita pacaran sudah lama banget, dari zaman SMA sampe pas gue semester 1 tahun kemarin kita bubar" cerita santi
"kita putus lantaran dia selingkuh" lanjut santi
"yaudah klo selingkuh ya ditinggal aja, kenapa mesti pusing" kata gue
"gak segampang itu kali, awalnya gue juga mikir gitu dulu, makanya gue tinggalin dia dulus" kata santi "tapi setelah gue pikir2, sebenrnya gue yang salah den" lanjut santi
"dia yang selingkuh kok lo yang salah, dasar aneh" kata gue
"bukan gitu den, gue lama berfikir, ternyata wajar klo dia selingkuh, gue suka gak ada waktu buat dia, lo tau sendiri gimana kegiatan gue, pagi kuliah, siang ditoko, jadi gue bener2 gak ada waktu sama dia, mungkin gara2 itu dia lebih milih selingkuh" katanya
"ooooo, terus" kata gue
"iya, terus tadi sore dia ngajakin ketemuan, setelah ngobrol dia ngajakin balikan, gue tanyain alesan dia selingkuh kenapa, ternyata bener, dia seloingkuh karena gue suka gak ada waktu" kata santi
"terus, kenapa sekarang dia ngajakin balikan, kan belom tentu juga lo ada waktu buat dia, jangan2 tar malah selingkuh lagi dengan alasan yang sama" kata gue
"itulah yang gue bingungin, gue sih masih sayang ke dia, tapi gak tau apakah gue bisa bagi waktu gue" kata santi
"coba lo tanyain dia, dia bisa gak nerima keadaan lo sekarang" kata gue
"sudah, katanya dia akan coba nyesuain dengan keadaan gue" kata santi
"Coba? terus kalo gak bisa dia mau selingkuh lagi?" kata gue
Santi cuma diem aja,
"sekarang gini san, klo memang dia sayang sama lo, seharusnya dia gak cuma nerima kelebihan lo, tapi dia juga harus bisa nerima kekurangan lo, kekurangan lo adalah lo gak ada waktu banyak buat dia, klo emang dia sayang sama lo dia harus mau nerima keadeaan lo, bukan nyoba nerima keadaan lo" kata gue "inget ya, harus bukan coba" lanjut gue
"terus gue harus gimana den" tanya santi
"terserah lo, klo gue cuma bisa kasih gambaran, keputusan ditangan lo" kata gue
"gitu yaaa, hemmm, iya deh, tar gue ngomong ke dia" kata santi senyum
Keasikan ngobrol, makanan kita sudah dingin, kita habisin makanan dan bayar.
"den, temenin gue jalan yuk malem ini" tiba tiba santi ngomong gitu,
"mau kemana" tanya gue
"Ke monas aja, ada pertunjukan air mancur" kata santi
"terserah majikan lah" kata gue nyengir "tapi lo harus ngomong dulu ke prang tua lo" kata gue, dia manggut, ambil Hp terus nelpon orang tuanya.
Kita berangkat pake mobil santi menuju monas, sesampainya disana kondisinya sangat ramai, gue ngajak santi berdiri dibelakang, tapi dia ngotot mau ngajak ke depan, biar lebih lega ngeliatnya katanya.
Setelah bersusah payah sampailah kita didepan, setelah nunggu beberapa saat pertunjukan dimulai, sinar warna warni keluar diiringi air macur yang menari nari, sungguh pemandangan yang saat itu bener2 bikin gue melongo, maklum di palembang gak ada, yang ada cuma air mancur masjid.
Cukup lama pertunjukannya, sekitar 20 menit.
"keren ya den" kata santi, setelah acaranya selesai
"iya, gak ada dikampung gue" kata gue
"yeee, bedalah den, ini kan kota gede jangan disamain" ledek santi
gue cuma ketawa.
"mau kemana lagi sekarang" kata gue
"hmmm, kepantai ancol aja yuk, gue lagi pengen denger ombak" katanya
"terserah, gue ngikut" kata gue
Sesampainya di ancol, kita jalan dipinggir pantai, terus terang anginnya dingin banget, mana gue gak bawa jaket. tapi gue heran santi malah gak kedinginan padahal dia pake baju yang tipis.
"lo gak dingin san" tanya gue
"gak, udah biasa" katanya nyengir, "duduk disitu yuk" lanjut santi sambil nunjuk bangku batu di depan kita.
"Enak ya udaranya" kata santi
"yaa" jawab gue singkat, dia gak tau klo gue gk kuat dingin.
"eh den, lo udah punya pacar" tanya nya
"gak tau" jawab gue
"kok gak tau sih, maksudnya apaan, bingung gue" katanya
"yah gak tau" kata gue, gue jelasin singkat tentang hubungan gue sama oliv dan oca.
"cieee, keren juga lo, ada 2 cewek yang suka sama lo" kata santi
"biasa aja" kata gue santai
"laga lo den, gk percaya gue" katanya
gue cuma diem, pembicaraan mengenai oliv dan oca entah kenapa bikin mood gue jadi jelek.
"eh san, lo ada pulsa?" tanya gue
"ada, kenapa mau pinjem" tanya dia
"hehehee,, iya, mau nelpon ke kampung" kata gue
"nih" santi nyerahin HP dia ke gue
"lama gak papa kan" kata gue sambil nyengir
"pake aja sesuka lo" kata santi
"makasih boss" kata gue
Gue keluarin catetan nomor hp di dompet gue, gue pencet nomor zul.
"zul, lo lagi dimana?" kata gue
"lo ke rumah dong, gue mau ngomong sama emak" kata gue
"oke, makasih" kata gue
Emak emang belom ada hp. jadi klo gue mau ngomong, gue harus nelpon orang terdekat dulu.
setelah sekitar 5 menit, zull misscall nmr santi. artinya dia sudah ada di rumah gue. gue telpon lagi nomor zul.
Emak langsung ngangkat, setelah beberapa saat nanyain kabar keluarga gue, gue langsung jelasin masalha gue sama kakek gue, emak cuma diem.
"terus kamu sekarang dimana nak?' tanya emak
"deni sudah kerja mak, kebetulan dapet boss yang baik, jadi tinggalnya ditempat boss" jawab gue
"ooo gitu, yaudah, terserah kamu mau gimana, kamu sudah dewasa, kamu bisa mutusin mana baik mana jeleknya, pesen emak kamu jaga diri baik baik ya disana, bisa bisa bawa diri, cari uang yang halal" kata emak
Gue cuma mengiyakan nasehat emak, sebenernya gue tau emak kecewa sama keputusan gue, tapi mau gimana lagi, nasi udah jadi bubur,
Setelah percakapan selesai, gue akhiri dan gue kembaliin hp santi.
"gimana kabar keluarga lo" katanya
"baik" kata gue lesu
"lo kok lemes gitu den" tanya nya
"gak papa san" jawab gue sambil senyum kecil
"lo yakin gak papa" kata santi
"iya gk papa" kata gue
kita diem untuk beberapa saat,
"den, lo enak ya banyak sodara" tiba tiba santi ngomong
"kenapa emangnya" kata gue
"ya enak, banyak temen, la gue, sendirian dirumah, gak ada temennya, gue kesepian den" kata santi serius
"lo mau rame" tanya gue serius
"mau banget" kata santi antusias
"lo bakar rumah lo, pasti rame" kata gue ngakak
"sialaan lo deni, gue ngomong serius" kata santi, sambil mukul tangan gue
"iya, iya, sorry" kata gue, santi masih cemberut.
"yaudah, klo lo lagi kesepian lo ke gudang aja, dijamin rame" kata gue
"males ah ke gudang, sumpek, kalian aja yang kerumah ya" kata santi
"gak ah, gak enak sama bokap lo, kita tau diri kali" kata gue
"bawel ah, tenang aja" katanya
"liat ntar lah" kata gue, "eh balik yuk, dah malem, gak kuat gue" kata gue, mengakhiri pembicaraan.
"yaudah, daripada lo masuk angin terus besok gak kerja, gue yang repot nanti" kata santi nyengir.
gue cuma ketawa, santi langsung nganterin gue balik, setelah sampe, gue langsung pamit,
"oke, makasih san" kata gue
"gue yang makasih, lo mau nemenin gue malem ini" katanya
"iya, sama sama, lo ati2 dijalan" kata gue
santi cuma bales sama lambaian tangan.
Setelah mobil santi menghilang dari pandangan, gue langsung ke atas, gue langsung disambut sama bombardir pertanyaan dari cecep, mulutnya rame banget malem itu, dari pertanyaan yang biasa sampe yang udah ngalor ngidul, gue cuma jawab seadanya, gue capek mau tidur.
Beberapa hari setelah malem itu, sikap santi biasa aja, seperti gak terjadi apa apa. sampai suatu ketika pas gue habis balik nganter barang ke daerah kapuk, keringet masih bercucuran, muka udah belepotan santi nyamperin gue.
"ciee yang lagi sibuk" ledeknya
"kan lo yang ngasih kerjaan boss, anak buah cuma menuruti" kata gue nyengir.
"den, gue mau cerita nih" katanya
"yah cerita aja, tapi gue sambil ngaso ya, pegel buk" kata gue
"iye, gini den, mantan gue maksa ngajakin balikan gimana" kata nya
"dia mau nerima keadaan lo" kata gue
"dia udah janji den" katanya
"terus lo gimana suka" kata gue
Dia manggut sambil senyum2
"yaudah sikat"jawab gue, sebenernya ada sedikit kekecewaan dihati gue, tapi mau gimana lagi gue gak terlalu berharap banyak sama santi, gue sadar diri.
"makasih ya den" katanya
"iaa, yang betah lo pacarannya" kata gue
"siap komandan" katanya, "tapi ngomong2, gue mau nitip mobil ya digudang, soalnya dia mau jemput gue sore ini" kata santi
"iya, tarok aja didepan, tar biar pak agus yang masukin" kata gue
setelah jam kerja selesai, gue langsung ke gudang, mandi sholat dan istirahat, gak lama santi dateng.
"den, nih kunci mobil gue ya, tar tolong bilang pak agus dimasukin ke dalem aja ya" kata santi
"oke boss, trus mana cowok lo, belom dateng" tanya gue
"bentar lagi, katanya, udah di harmoni" jawab santi
"yaudah, duduk gih" kata gue sambil nyodorin kursi disamping gue, gue lagi asik gitaran, kebetulan gajian kemaren cecep beli gitar.
"lo bisa maen gitar den" tanya santi
"didkit2, baru belajar" kata gue
"oooo, nyayiin gue dong" katanya
"tar aja, gue masih belajar" kata gue bohong.
"pelit loo" santi cemberut, gue cuek aja, gue masih metikin senar2 gitar.
Gak berapa lama cowok santi dateng.
"nah tuh dia dateng" kata santi
"ooo, yaudah gih, sono jalan" kata gue
"bentar ya" kata santi, dia nyamperin cowoknya, dan ngajak dia nyamperin gue.
"den, ini pacar gue akbar" kata santi sambil ngenalin gue ke pacarnya, gue berdiri
"gue deni" kata gue " pegawainya santi" kata gue
"oohh, gue akbar, cowoknya" kata akbar, gue rada sebel sama tuh anak, nada ngomongnya songong banget, tapi gue cuma bales senyuman. gak lama santi pamit buat balik, gue cuma ngangguk, dan nerusin gitaran.
setelah mereka p[ergi, gue cuma senyum sendiri, bocah kayak siakbar ini yang kalau dikampung gue bakal jadi sandsak tinju.
Kebetulan gajian gue dikasih cash, karena gue belum punya account bank manapun. Yang gue terima lumayan, lebih dari cukup untuk ukuran bujangan. Gue udah rencanain buat kirim sebagian ke emak, lagian gue juga gak terlalu butuh duit disini, makan tidur udah ditanggung, sekaliagus mau jelasin keadaan gue disini.
Setelah makan siang santi dateng, dia senyum ke gue,
"inget janji lo ya den" kata santi
gue manggut, gue memang janji mau nraktir dia.
"tapi jangan yang mahal ya" kata gue
dia cuma senyum.
Setelah semua kerjaan selesai, dan gue udah tutup toko, gue samperin santi.
"mau makan dimana" tanya gue
"terserah lo, tapi tar malem aja, sekarang gue mesti balik ke kampus ada yang mau dikerjain lagi" katanya
"ok, jemput ya" kata gue nyengir
"sip" katanya
Gue balik ke gudang, terus istirahat sebentar sambil ngobrol sama cecep dan meilan. Gue perhatiin klo cecep ngobrol bareng meilan selalu matanya jelalatan, maklum body do'i memang yahut, biasanya dia kerja pake rok yang rada ketat, terkadang pahanya kemana2, putih banget. maklum keturunan.
Gue milih naik keatas daripada nerusin ngobrol, bisa jebol pertahanan gue ngeliatin yang montok2 mulu. gue baringan sambil nyusun kata kata buat ngobrol sama emak. tanpa sadar gue ketiduran.
Gk tau berapa lama gue ketiduran, tiba tiba ada yang goyang2in badan gue.
"woiii,kebooo, banguuuun" suara cewek teriak.
gue kaget, gue perhatiin ternyata santi yang bangunin gue, gue bengong aja.
"katanya mau nraktir gue, lo malah ngorok si" kata santi
"sorry gue ketiduran, emang jam berapa sekaran" tanya gue
"jam 7 kuran" katanya
"yaudah tunggu bentar ya, mau maghriban dulu" kata gue, dia cuma manggut.
Selesai maghrib gue berangkat sama santi,
"jalan kaki aja ya, kita makan pecel lele didepan, hemat, murah meriah" kata gue
"iyaa, gue ngikut, terserah bandar" katanya
setelah sampai dilokasi, kita pesen makanan, sambil nunggu makanan gue perhatiin santi kebanyakan melamun.
"kenapa lo san, kok melamun mulu" kata gue
"ooh, gak papa den" jawab santi sambil kaget
"serius lo, atau gara2 makan ditempat ginian" kata gue
"nggak den, beneran, lagian gue juga sering makan disini" kata santi
"terus, lo kok bengong mulu, ada masalah, cerita aja klo ada masalah" kata gue
Dia diem aja, seperti lagi menimbang2 sesuatu.
"tapi lo janji gak bakal ngomong kesiapa2 ya" kata santi
"iya, emang apaan" kata gue
"gini den, manatan gue ngajak balikan" katanya
"terus, masalah nya" kata gue
"masalahnya gue bingung, terima ata nggak" kata santi
"kenapa mesti bingung, simple aja san. Lo masih sayang lo terima, lo udah gak sayang lo tinggal" kata gue
"itulah cowok, semua persoalan dibuat simple" katanya
"lah, kalo memang simple kenapa harus susah" kata gue
"itu bedanya cowok sama cewek, klo cowok berpikir pake logika,kalo cewek lebih ke perasaan" katanya
"ooo, terus memangnya kenapa sama perasaan lo" tanya gue
"iyaa, gue bingung deniiii, gue gak tau masih sayang atau nggak sama dia" kata santi
"cewek emang seribet ini ya" kata gue ketawa
Dia cuma nyengir,
"kalian kemaren putus kenapa, coba ceritain" kata gue
"gini den, kita pacaran sudah lama banget, dari zaman SMA sampe pas gue semester 1 tahun kemarin kita bubar" cerita santi
"kita putus lantaran dia selingkuh" lanjut santi
"yaudah klo selingkuh ya ditinggal aja, kenapa mesti pusing" kata gue
"gak segampang itu kali, awalnya gue juga mikir gitu dulu, makanya gue tinggalin dia dulus" kata santi "tapi setelah gue pikir2, sebenrnya gue yang salah den" lanjut santi
"dia yang selingkuh kok lo yang salah, dasar aneh" kata gue
"bukan gitu den, gue lama berfikir, ternyata wajar klo dia selingkuh, gue suka gak ada waktu buat dia, lo tau sendiri gimana kegiatan gue, pagi kuliah, siang ditoko, jadi gue bener2 gak ada waktu sama dia, mungkin gara2 itu dia lebih milih selingkuh" katanya
"ooooo, terus" kata gue
"iya, terus tadi sore dia ngajakin ketemuan, setelah ngobrol dia ngajakin balikan, gue tanyain alesan dia selingkuh kenapa, ternyata bener, dia seloingkuh karena gue suka gak ada waktu" kata santi
"terus, kenapa sekarang dia ngajakin balikan, kan belom tentu juga lo ada waktu buat dia, jangan2 tar malah selingkuh lagi dengan alasan yang sama" kata gue
"itulah yang gue bingungin, gue sih masih sayang ke dia, tapi gak tau apakah gue bisa bagi waktu gue" kata santi
"coba lo tanyain dia, dia bisa gak nerima keadaan lo sekarang" kata gue
"sudah, katanya dia akan coba nyesuain dengan keadaan gue" kata santi
"Coba? terus kalo gak bisa dia mau selingkuh lagi?" kata gue
Santi cuma diem aja,
"sekarang gini san, klo memang dia sayang sama lo, seharusnya dia gak cuma nerima kelebihan lo, tapi dia juga harus bisa nerima kekurangan lo, kekurangan lo adalah lo gak ada waktu banyak buat dia, klo emang dia sayang sama lo dia harus mau nerima keadeaan lo, bukan nyoba nerima keadaan lo" kata gue "inget ya, harus bukan coba" lanjut gue
"terus gue harus gimana den" tanya santi
"terserah lo, klo gue cuma bisa kasih gambaran, keputusan ditangan lo" kata gue
"gitu yaaa, hemmm, iya deh, tar gue ngomong ke dia" kata santi senyum
Keasikan ngobrol, makanan kita sudah dingin, kita habisin makanan dan bayar.
"den, temenin gue jalan yuk malem ini" tiba tiba santi ngomong gitu,
"mau kemana" tanya gue
"Ke monas aja, ada pertunjukan air mancur" kata santi
"terserah majikan lah" kata gue nyengir "tapi lo harus ngomong dulu ke prang tua lo" kata gue, dia manggut, ambil Hp terus nelpon orang tuanya.
Kita berangkat pake mobil santi menuju monas, sesampainya disana kondisinya sangat ramai, gue ngajak santi berdiri dibelakang, tapi dia ngotot mau ngajak ke depan, biar lebih lega ngeliatnya katanya.
Setelah bersusah payah sampailah kita didepan, setelah nunggu beberapa saat pertunjukan dimulai, sinar warna warni keluar diiringi air macur yang menari nari, sungguh pemandangan yang saat itu bener2 bikin gue melongo, maklum di palembang gak ada, yang ada cuma air mancur masjid.
Cukup lama pertunjukannya, sekitar 20 menit.
"keren ya den" kata santi, setelah acaranya selesai
"iya, gak ada dikampung gue" kata gue
"yeee, bedalah den, ini kan kota gede jangan disamain" ledek santi
gue cuma ketawa.
"mau kemana lagi sekarang" kata gue
"hmmm, kepantai ancol aja yuk, gue lagi pengen denger ombak" katanya
"terserah, gue ngikut" kata gue
Sesampainya di ancol, kita jalan dipinggir pantai, terus terang anginnya dingin banget, mana gue gak bawa jaket. tapi gue heran santi malah gak kedinginan padahal dia pake baju yang tipis.
"lo gak dingin san" tanya gue
"gak, udah biasa" katanya nyengir, "duduk disitu yuk" lanjut santi sambil nunjuk bangku batu di depan kita.
"Enak ya udaranya" kata santi
"yaa" jawab gue singkat, dia gak tau klo gue gk kuat dingin.
"eh den, lo udah punya pacar" tanya nya
"gak tau" jawab gue
"kok gak tau sih, maksudnya apaan, bingung gue" katanya
"yah gak tau" kata gue, gue jelasin singkat tentang hubungan gue sama oliv dan oca.
"cieee, keren juga lo, ada 2 cewek yang suka sama lo" kata santi
"biasa aja" kata gue santai
"laga lo den, gk percaya gue" katanya
gue cuma diem, pembicaraan mengenai oliv dan oca entah kenapa bikin mood gue jadi jelek.
"eh san, lo ada pulsa?" tanya gue
"ada, kenapa mau pinjem" tanya dia
"hehehee,, iya, mau nelpon ke kampung" kata gue
"nih" santi nyerahin HP dia ke gue
"lama gak papa kan" kata gue sambil nyengir
"pake aja sesuka lo" kata santi
"makasih boss" kata gue
Gue keluarin catetan nomor hp di dompet gue, gue pencet nomor zul.
"zul, lo lagi dimana?" kata gue
"lo ke rumah dong, gue mau ngomong sama emak" kata gue
"oke, makasih" kata gue
Emak emang belom ada hp. jadi klo gue mau ngomong, gue harus nelpon orang terdekat dulu.
setelah sekitar 5 menit, zull misscall nmr santi. artinya dia sudah ada di rumah gue. gue telpon lagi nomor zul.
Emak langsung ngangkat, setelah beberapa saat nanyain kabar keluarga gue, gue langsung jelasin masalha gue sama kakek gue, emak cuma diem.
"terus kamu sekarang dimana nak?' tanya emak
"deni sudah kerja mak, kebetulan dapet boss yang baik, jadi tinggalnya ditempat boss" jawab gue
"ooo gitu, yaudah, terserah kamu mau gimana, kamu sudah dewasa, kamu bisa mutusin mana baik mana jeleknya, pesen emak kamu jaga diri baik baik ya disana, bisa bisa bawa diri, cari uang yang halal" kata emak
Gue cuma mengiyakan nasehat emak, sebenernya gue tau emak kecewa sama keputusan gue, tapi mau gimana lagi, nasi udah jadi bubur,
Setelah percakapan selesai, gue akhiri dan gue kembaliin hp santi.
"gimana kabar keluarga lo" katanya
"baik" kata gue lesu
"lo kok lemes gitu den" tanya nya
"gak papa san" jawab gue sambil senyum kecil
"lo yakin gak papa" kata santi
"iya gk papa" kata gue
kita diem untuk beberapa saat,
"den, lo enak ya banyak sodara" tiba tiba santi ngomong
"kenapa emangnya" kata gue
"ya enak, banyak temen, la gue, sendirian dirumah, gak ada temennya, gue kesepian den" kata santi serius
"lo mau rame" tanya gue serius
"mau banget" kata santi antusias
"lo bakar rumah lo, pasti rame" kata gue ngakak
"sialaan lo deni, gue ngomong serius" kata santi, sambil mukul tangan gue
"iya, iya, sorry" kata gue, santi masih cemberut.
"yaudah, klo lo lagi kesepian lo ke gudang aja, dijamin rame" kata gue
"males ah ke gudang, sumpek, kalian aja yang kerumah ya" kata santi
"gak ah, gak enak sama bokap lo, kita tau diri kali" kata gue
"bawel ah, tenang aja" katanya
"liat ntar lah" kata gue, "eh balik yuk, dah malem, gak kuat gue" kata gue, mengakhiri pembicaraan.
"yaudah, daripada lo masuk angin terus besok gak kerja, gue yang repot nanti" kata santi nyengir.
gue cuma ketawa, santi langsung nganterin gue balik, setelah sampe, gue langsung pamit,
"oke, makasih san" kata gue
"gue yang makasih, lo mau nemenin gue malem ini" katanya
"iya, sama sama, lo ati2 dijalan" kata gue
santi cuma bales sama lambaian tangan.
Setelah mobil santi menghilang dari pandangan, gue langsung ke atas, gue langsung disambut sama bombardir pertanyaan dari cecep, mulutnya rame banget malem itu, dari pertanyaan yang biasa sampe yang udah ngalor ngidul, gue cuma jawab seadanya, gue capek mau tidur.
Beberapa hari setelah malem itu, sikap santi biasa aja, seperti gak terjadi apa apa. sampai suatu ketika pas gue habis balik nganter barang ke daerah kapuk, keringet masih bercucuran, muka udah belepotan santi nyamperin gue.
"ciee yang lagi sibuk" ledeknya
"kan lo yang ngasih kerjaan boss, anak buah cuma menuruti" kata gue nyengir.
"den, gue mau cerita nih" katanya
"yah cerita aja, tapi gue sambil ngaso ya, pegel buk" kata gue
"iye, gini den, mantan gue maksa ngajakin balikan gimana" kata nya
"dia mau nerima keadaan lo" kata gue
"dia udah janji den" katanya
"terus lo gimana suka" kata gue
Dia manggut sambil senyum2
"yaudah sikat"jawab gue, sebenernya ada sedikit kekecewaan dihati gue, tapi mau gimana lagi gue gak terlalu berharap banyak sama santi, gue sadar diri.
"makasih ya den" katanya
"iaa, yang betah lo pacarannya" kata gue
"siap komandan" katanya, "tapi ngomong2, gue mau nitip mobil ya digudang, soalnya dia mau jemput gue sore ini" kata santi
"iya, tarok aja didepan, tar biar pak agus yang masukin" kata gue
setelah jam kerja selesai, gue langsung ke gudang, mandi sholat dan istirahat, gak lama santi dateng.
"den, nih kunci mobil gue ya, tar tolong bilang pak agus dimasukin ke dalem aja ya" kata santi
"oke boss, trus mana cowok lo, belom dateng" tanya gue
"bentar lagi, katanya, udah di harmoni" jawab santi
"yaudah, duduk gih" kata gue sambil nyodorin kursi disamping gue, gue lagi asik gitaran, kebetulan gajian kemaren cecep beli gitar.
"lo bisa maen gitar den" tanya santi
"didkit2, baru belajar" kata gue
"oooo, nyayiin gue dong" katanya
"tar aja, gue masih belajar" kata gue bohong.
"pelit loo" santi cemberut, gue cuek aja, gue masih metikin senar2 gitar.
Gak berapa lama cowok santi dateng.
"nah tuh dia dateng" kata santi
"ooo, yaudah gih, sono jalan" kata gue
"bentar ya" kata santi, dia nyamperin cowoknya, dan ngajak dia nyamperin gue.
"den, ini pacar gue akbar" kata santi sambil ngenalin gue ke pacarnya, gue berdiri
"gue deni" kata gue " pegawainya santi" kata gue
"oohh, gue akbar, cowoknya" kata akbar, gue rada sebel sama tuh anak, nada ngomongnya songong banget, tapi gue cuma bales senyuman. gak lama santi pamit buat balik, gue cuma ngangguk, dan nerusin gitaran.
setelah mereka p[ergi, gue cuma senyum sendiri, bocah kayak siakbar ini yang kalau dikampung gue bakal jadi sandsak tinju.