Malem itu terus terang gue gak bisa tidur nyenyak, pertama nyeri diperut gue bener2 berasa, mungkin setelah efek dari biusnya hilang. Kedua, sekarang gue sedang berada dikamar yang bener2 asing bagi gue, dirumah yang juga asing. Beberapa kali gue bangun sekedar buat periksa gimana luka gue, apakah masih berdarah atau nggak, gue merasa gak enak kalo sprei tempat tidur ini kotor gara gara darah gue.
Besok paginya, pagi pagi sekali santi sudah bawain gue sarapan, "Nih dimakan ya, abis itu minum obat" katanya sambil menyodorkan sepiring nasi goreng ke gue.
"makasih ya san" kata gue,
Dia duduk dideket tempat tidur gue "gimana semalem tidur lo, enak?" tanya santi.
"Enaklah, tidur dikamar bagus" kata gue bohong. "lo hari ini ada kegiatan" tanya gue
"sebenernya ada sih, tapi gak penting penting amat, gue dirumah aja, nemein lo disini" katanya
"gak papa kalis an klo lo mau pergi, gue sendiri juga gak papa" kata gue
"halah lagu lo den, kayak kuat aja" katanya
gue cuma nyengir aja, pintu kamar tiba tiba terbuka, pak tofik dan istrinya masuk kekamar "gimana keadaan mu den? sudah enakan?" tanyanya
"alhamdulillah pak, sudah rada mendingan" kata gue
"ooo, yaudah kalo gitu, kamu istirahat saja biar santi yang nemenin, saya sama ibu mau ke Depok dulu, ada urusan keluarga disana" katanya
"ooo iya pak, terima kasih banyak sebelumnya pak" kata gue
"santai saja, saya jalan dulu ya" kata pak tofik,
Setelah pak tofik dan istrinya pergi tinggal gue sama snti dirumah plus satu pembantunya.
"Rumah lo sepi ya san" kata gue
"yah begini lah, gue sendirian den, makanya gue seneng banget pas lo mau kesini" katanya
"oooo, artinya gue harus sering2 ketusuk biar tidur disini terus ya" kata gue becanda
"boleh juga tuh ide bagus, biar aku tusuk sini, mau yang mana dulu" kat santi sambil ketawa Dengan garpu ditangannya.
"gila lo, bisa mati beneran gue" kata gue ngeri
"becanda kali, tapi nanti gue coba ngomong sama papa biar lo bisa tinggal disini, kali aja diizinin" katanya
"ah jangan ah, gue gk enak" kata gue serius
"Bodo, pokoknya nanti gue ngomong sama papa, klo papa ngizinin lo harus mau pindah" kata santi
"Gak janji" jawab gue
Tiba tiba dia berdiri, lalu keluar kamar, jangan jangan dia marah pikir gue.
Sekitar 15menit dia masuk kekamar, sambil bawa ember ada airnya, terus handuk kecil.
"buat apaan san, lo mau kerama disini" kata gue
"diem lo" sambil cemberut "sudah buka baju cepet" katanya
"haa, buka baju, buat apaan? lo mau perkosa gue?" kata gue
"najis lo, gue milih2 juga kalo mau perkosa orang, sudah buka aja, lo udah dari kemaren gak mandi, sini gue lap pake air anget aja badan lo, biar gak bau" katanya
"gak usah ah, sini biar gue sendiri, gue bisa" kata gue panik.
"Dieeem, jangan bawel, buka aja" katanya, sambil sedikit maksa narik baju gue.
"iya iya, sebentar jangan ditarik, sakit tau" kata gue
"makanya jangan bawel, buka aja, mau diurus kok gak mau" katanya
Gue diem aja, sambil buka baju gue
"Celana gak sekalian?" Kata gue
"boleh, tapi nanti kalo atas udah kelar" katnaya serius
"gak usah ya, gue becanda tadi" kata gue setelah denger tanggapan santi.
Dia usap badan gue, dia mulai dari sekitar luka gue, dia usap dengan pelan pake air anget. sambil bersiin sisa sisa darahnya.
"Ehhh, kok lo betah sih kotor2 gini" katanya, gue cuma nyengir
"udah telentang gih" katanya nyuruh gue, gue bener2 gak nyaman dengan kondisi ini, ada cewek yang baru gue kenala beberapa bulan, sudah maen gerayangi badan gue.
"Lo agak kurusan ya sekarang" tanya santi
"Iya, boss gue jarang ngasih makan, nyiksa mulu" kata gue becanda
"gitu ya, kesian banget lo, punya bos kejem" katanya pura pura bloon.
"Liat nih, daki lo udah numpuk gini" kata santi sambil nyodorin handuk ke gue, "Ini baru depan aja, gimana belakangnya" kata santi
"Udah duduk" perintah santi, gue cuma nurut, sekarang dia bersiin punggung gue, beruntung banget gue punya boss kayak dia, sudah cantik, baik pula.
Setelah semua selesai "sudah buka celananya sekarang" kata santi
Gue kaget, "ga usah, beneran gak usah. Gue bisa sendiri" kata gue
"Yakin lo? beneran gak mau dibantuin" kata santi
"yakin banget, klo bawha udah urusan probadi, belom ada yang boleh liat" kata gue
"yeee ke geeran lo, siapa juga yang pengen liat" katanya "tuh tadi cecep, nganterin pakean lo, lo ganti pakean gih, terus celana dalem juga ganti, gue liat tadi celana dalem lo udah jelek, jadi gue minta mbak asih beliin yang baru di minimarket, tapi gue gak tau ukuran, moga aja muat" katanya
Gue bener2 malu, gue gak bisa ngomng apa apa. gue cuma manggut.
"kalo udah selesai, lo panggil gue ya, teriak aja, gue diluar kok" katanya, lalu dia keluar dan tutup pintu.
Dengan cepat gue ganti pakean, celana dalem yang dibeliin santi juga pas banget.
"San, udah nih" kata gue, santi langsung masuk.
"terus gue harus ngapain lagi" tanya gue,
"yaudah lo istirahat aja, gue nungguin lo disini" katanya
"Yakin lo, gak bosen ntar" tanya gue
"yakin" katnya, sambil nunjukin beberapa DVD "Lo istirahat, gue nonton aja, emang kalo hari minggu gue habisin waktu nonton film doang" katanya
"oo, yaudah terserah lo aja" kata gue, sambil rebahan lagi, santi duduk disamping meja gue, sambil matnaya fokus ke film yang dia puter, gue perhatiinsanti dari samping, dia bener benr cantik, alangkah beruntungnya pria yang bisa dapetin dia pikir gue, dia gak saar kalo gue dari tadi merhatiin dia.
"cantik" kata gue, dia nengok ke gue "apaan den" tanya santi
"Lo cantik ya san" kata gue senyum
"bisa aja lo, darimana aja lo baru sadar sekarang" katanya ketawa
gue cuma senyum
"Kok bisa ya akbara selingkuh dari lo" kata gue
"gak tau den, mungkin yang lo liat sekarang cuma gue secara fisik, lo belum tau gue dalemnya" kata santi
"klo gue perhatiin lo gak ada kurangnya san, lo baik, perhatian, terus dari sisi mana yang kurang" tanya gue
"lo masih belum kenal gue" katanya, lalu dia diem. Gue juga diem, gue tau belum saatnya gue untuk tanya dia lebih jauh.
"nonton apaan sih lo" kata gue, serius amat.
"ohh, ini harry potter, lo tau" katanya
"pernah denger, tapi gak terlalu merhatiin" Jawab gue
"klo lo mau gue ada novelnya, lo bisa baca" kata santi
"yah, liat ntar aja, gue kurang suka baca" kata gue
Kembali keadaan sepi, santi diem, matanya tertuju pada film, tapi tatapannya kosong. Jangan2 gue salah ngomong tadi pikir gue.
Gue duduk, "san, lo gak papa" tanya gue, dia agak kaget
"oh, kenapa den?"tanyanya
"lo gak papa kan" kata gue
"ooh, gak papa kok, gue lagi asik nonton aja" katanya
"yakin lo, gue perhatiin lo lagi bengong tadi" kata gue
"yakin den, beneran gue gak apa apa" jawabnya
"klo lo lagi ada masalah cerita ke gue san, anggep aja gue saudara lo, kebetulan lo gak ada sodara kan" kata gue
"Sodaraan sama lo? gue pikir dulu ya, mau gak gue sodaraan sama lo" katanya sambil ketawa.
"Asem lo san, gue serius lo malah becanda" kata gue
"gak papa deni, gue lagi serius nonton tadi" katanya
"ooo yaudah" jawab gue
dia lanjutin nontonnya. gue baringan lagi, dan gue tertidur.
Gak tau berapa lama gue tertidur, gue terbangun gara ada yang nampar pipi gue.
"banguuuun woii banguuu" katanya
"ada apa sih san, lagi enak nih" kata gue
"tidur terus lo, nih makan dulu" katanya
"males ah, suapin mau gue", kata gue
"yaudah sini mangap" katanya, gue gak tau klo dia nanggepin serius.
"hehehe, gak usah, biar gue sendiri aja" kata gue
"yaudah, abisin tapi, terus minum obat" kata santi
"lo perhatian banget ke gue, lo naksir gue ya" kata gue
"enak aja naksir, gue mau lo cepet sembuh, biar lo bisa kerja lagi, kita lagi gak ada orang" kata santi
"ooo, itu toh alesanya" kata gue nyengir
"abisin ya, klo lo butuh apa apa, gue dikamar, teriak aja" kata santi
gue berada dirumah pak Tofik sekitar 3 hari, 3 hari gue dilayani kayak anak kecil, semuanya dibantuin. Setelah luka gue udah agak mendingan dan setelah sedikit saling paksa dengan santi akhirnya gue diizinin balik lagi ke gudang. Hari hari berikutnya gue udah bisa kerja lagi, tapi belum bisa kerja terlalu berat, takut jahitannya kebuka lagi kata pak Tofik.
2 Minggu kemudina gue sudah fit 100%, gue udah bisa gerak bebas sekarang, selama gue masih sakit santi ngajarin gue banyak hal, sesuai apa yang diperintahkan pak Tofik.
Minggu ke-3, cecep ngajakin gue jalan2. Sekedar muter2 Jakarta sekalian nyobain motor barunya. "mau kemana kita cep, duah hampir 2 jam kita muter muter, panas pantat gue" kata gue rada sebel
"muter muter aja den, mumpung jakarta sepi" katanya
Gue cuma nurut aja, tiba tiba, gue gak tau didaerah mana, gue liat akbar, lagi baru turun dari mobilnya, dia lagi jalan sama cewek, emosi gue naik. Gue minta cecep untuk berenti.
Gue jalan kearah akbar dari belakang, dia gak tau kalo gue dibelakangnya.
Gue langsung tarik kerah bajunya dari belakang, dia kaget.
"Lo ikut gue" kata gue ke muka dia
Kebetulan ada gang yang sepi di deket situ
"ada pa nih, tiba tiba lo dateng nyeret2 gue" kata akbar
"Lo gak usah banyak alesan njing, gue tau lo yang nyuruh orang buat ngeroyok gue kan, dasar banci lo" teriak gue
"jangan asal nuduh lo" katanya gugup
"idah gak usah banyak alesan" kata gue, gue langsung tonjok mukanya, dia gak ngelawan, gue pukulin terus, gue tendang perutnya, dia cuma bisa meringis kesakitan.
"Lawan oi banci, jangan bacot lo doang yang gede" kata gue
dia masih meringis "takut lo kalo sendirian? mana temen2 lo, sini lo panggil sekalian" kata gue
"sudah den, gue ngaku, gue minta maaf" katanya gagap, hidungnya mimisan dan mukanya udah bonyok.
"enak aja lo ngomong maaf, ni liat" kata gue sambil nunjukin bekas tusukan temen2nya, dia ngeri liatnya
"lo harus tau rasanya jing" gue gertak dia, gue purapura mau keluarin pisau dari pinggang gue, padahal gue gak bawa apa apa, dia langsung megang kaki gue
"Gue bener2 minta maaf den, gue tau gue salah, tolong den jangan tusuk gue" katanya
"dasar banci lo, beraninya nyuruh orang, sekarang lo nyembah2 ke gue" kata gue
"maafin gue den" kata Akbar, gue kasian jua, sebenernya gue tega liat mukanya.
"Lo denger ye, lo seharusnya bersyukur punya pacar kayak santi, ini lo malah selingkuh" kata gue
"maafin gue den, gue gak akan ganggu lo sama santi lagi" katanya
"sudah pegi lo sana, gue jijik liat muka lo" perintah gue, tanpa disuruh lagi akbar langsung kabur.
Setelah kejadian itu, gue gak pernah ngeliat akbar lagi. Mungkin dia bener2 kapok sekarang.
Hubungan gue sama santi jadi semakin deket. Entah kenapa sepertinya ada perasaan suka sama dia, tapi gue gak berani ngomongnya, gue tau diri, gue udah terlalu banyak ditolong oleh keluarganya.
Sampai suatu ketika Pak Tofik nyuruh gue ke cilacap, tapi gak sama dia, dia nyuruh gue berangkat bareng santi.
"Den, kamu pergi bareng santi ya kesana, dia mau liat lokasi katanya" kata pak tofik
Karena perintah mana berani gue nolak.
"Asikk, akhirnya gue bisa jalan jalan, gue bosen disini den, sumpek otak gue" kata santi
"iyaaa, asal lo gak ngapa2in gue, gue mau aja" kata gue
"yeeee, ngarep lo" katanya
"Kapan kita berangkat" tanya gue
"Lusa, kita naik mobil aja, tar sama Pak Agus, dia yang bawa" kata santi
"oke, bagusla, jadi rame" kata gue
"gue mau liat pantai den" kata santi
"kita kerja disana, bukan jalan2" kata gue "Lagian dijakarta juga ada, pantai ancol" kata gue
"yeeee, kan mumpung kesana, klo pantai ancol bosen, jelek pantainya" kata santi
"yaudah, terserah lo deh, gue manut aja" kata gue
Gimana ini, perasaan gue ke santi lagi kayak gini, malah disuruh berdua pergi ke cilacap, gue takut perasaan gue makin besar ke dia pikir gue saat itu.
Besok paginya, pagi pagi sekali santi sudah bawain gue sarapan, "Nih dimakan ya, abis itu minum obat" katanya sambil menyodorkan sepiring nasi goreng ke gue.
"makasih ya san" kata gue,
Dia duduk dideket tempat tidur gue "gimana semalem tidur lo, enak?" tanya santi.
"Enaklah, tidur dikamar bagus" kata gue bohong. "lo hari ini ada kegiatan" tanya gue
"sebenernya ada sih, tapi gak penting penting amat, gue dirumah aja, nemein lo disini" katanya
"gak papa kalis an klo lo mau pergi, gue sendiri juga gak papa" kata gue
"halah lagu lo den, kayak kuat aja" katanya
gue cuma nyengir aja, pintu kamar tiba tiba terbuka, pak tofik dan istrinya masuk kekamar "gimana keadaan mu den? sudah enakan?" tanyanya
"alhamdulillah pak, sudah rada mendingan" kata gue
"ooo, yaudah kalo gitu, kamu istirahat saja biar santi yang nemenin, saya sama ibu mau ke Depok dulu, ada urusan keluarga disana" katanya
"ooo iya pak, terima kasih banyak sebelumnya pak" kata gue
"santai saja, saya jalan dulu ya" kata pak tofik,
Setelah pak tofik dan istrinya pergi tinggal gue sama snti dirumah plus satu pembantunya.
"Rumah lo sepi ya san" kata gue
"yah begini lah, gue sendirian den, makanya gue seneng banget pas lo mau kesini" katanya
"oooo, artinya gue harus sering2 ketusuk biar tidur disini terus ya" kata gue becanda
"boleh juga tuh ide bagus, biar aku tusuk sini, mau yang mana dulu" kat santi sambil ketawa Dengan garpu ditangannya.
"gila lo, bisa mati beneran gue" kata gue ngeri
"becanda kali, tapi nanti gue coba ngomong sama papa biar lo bisa tinggal disini, kali aja diizinin" katanya
"ah jangan ah, gue gk enak" kata gue serius
"Bodo, pokoknya nanti gue ngomong sama papa, klo papa ngizinin lo harus mau pindah" kata santi
"Gak janji" jawab gue
Tiba tiba dia berdiri, lalu keluar kamar, jangan jangan dia marah pikir gue.
Sekitar 15menit dia masuk kekamar, sambil bawa ember ada airnya, terus handuk kecil.
"buat apaan san, lo mau kerama disini" kata gue
"diem lo" sambil cemberut "sudah buka baju cepet" katanya
"haa, buka baju, buat apaan? lo mau perkosa gue?" kata gue
"najis lo, gue milih2 juga kalo mau perkosa orang, sudah buka aja, lo udah dari kemaren gak mandi, sini gue lap pake air anget aja badan lo, biar gak bau" katanya
"gak usah ah, sini biar gue sendiri, gue bisa" kata gue panik.
"Dieeem, jangan bawel, buka aja" katanya, sambil sedikit maksa narik baju gue.
"iya iya, sebentar jangan ditarik, sakit tau" kata gue
"makanya jangan bawel, buka aja, mau diurus kok gak mau" katanya
Gue diem aja, sambil buka baju gue
"Celana gak sekalian?" Kata gue
"boleh, tapi nanti kalo atas udah kelar" katnaya serius
"gak usah ya, gue becanda tadi" kata gue setelah denger tanggapan santi.
Dia usap badan gue, dia mulai dari sekitar luka gue, dia usap dengan pelan pake air anget. sambil bersiin sisa sisa darahnya.
"Ehhh, kok lo betah sih kotor2 gini" katanya, gue cuma nyengir
"udah telentang gih" katanya nyuruh gue, gue bener2 gak nyaman dengan kondisi ini, ada cewek yang baru gue kenala beberapa bulan, sudah maen gerayangi badan gue.
"Lo agak kurusan ya sekarang" tanya santi
"Iya, boss gue jarang ngasih makan, nyiksa mulu" kata gue becanda
"gitu ya, kesian banget lo, punya bos kejem" katanya pura pura bloon.
"Liat nih, daki lo udah numpuk gini" kata santi sambil nyodorin handuk ke gue, "Ini baru depan aja, gimana belakangnya" kata santi
"Udah duduk" perintah santi, gue cuma nurut, sekarang dia bersiin punggung gue, beruntung banget gue punya boss kayak dia, sudah cantik, baik pula.
Setelah semua selesai "sudah buka celananya sekarang" kata santi
Gue kaget, "ga usah, beneran gak usah. Gue bisa sendiri" kata gue
"Yakin lo? beneran gak mau dibantuin" kata santi
"yakin banget, klo bawha udah urusan probadi, belom ada yang boleh liat" kata gue
"yeee ke geeran lo, siapa juga yang pengen liat" katanya "tuh tadi cecep, nganterin pakean lo, lo ganti pakean gih, terus celana dalem juga ganti, gue liat tadi celana dalem lo udah jelek, jadi gue minta mbak asih beliin yang baru di minimarket, tapi gue gak tau ukuran, moga aja muat" katanya
Gue bener2 malu, gue gak bisa ngomng apa apa. gue cuma manggut.
"kalo udah selesai, lo panggil gue ya, teriak aja, gue diluar kok" katanya, lalu dia keluar dan tutup pintu.
Dengan cepat gue ganti pakean, celana dalem yang dibeliin santi juga pas banget.
"San, udah nih" kata gue, santi langsung masuk.
"terus gue harus ngapain lagi" tanya gue,
"yaudah lo istirahat aja, gue nungguin lo disini" katanya
"Yakin lo, gak bosen ntar" tanya gue
"yakin" katnya, sambil nunjukin beberapa DVD "Lo istirahat, gue nonton aja, emang kalo hari minggu gue habisin waktu nonton film doang" katanya
"oo, yaudah terserah lo aja" kata gue, sambil rebahan lagi, santi duduk disamping meja gue, sambil matnaya fokus ke film yang dia puter, gue perhatiinsanti dari samping, dia bener benr cantik, alangkah beruntungnya pria yang bisa dapetin dia pikir gue, dia gak saar kalo gue dari tadi merhatiin dia.
"cantik" kata gue, dia nengok ke gue "apaan den" tanya santi
"Lo cantik ya san" kata gue senyum
"bisa aja lo, darimana aja lo baru sadar sekarang" katanya ketawa
gue cuma senyum
"Kok bisa ya akbara selingkuh dari lo" kata gue
"gak tau den, mungkin yang lo liat sekarang cuma gue secara fisik, lo belum tau gue dalemnya" kata santi
"klo gue perhatiin lo gak ada kurangnya san, lo baik, perhatian, terus dari sisi mana yang kurang" tanya gue
"lo masih belum kenal gue" katanya, lalu dia diem. Gue juga diem, gue tau belum saatnya gue untuk tanya dia lebih jauh.
"nonton apaan sih lo" kata gue, serius amat.
"ohh, ini harry potter, lo tau" katanya
"pernah denger, tapi gak terlalu merhatiin" Jawab gue
"klo lo mau gue ada novelnya, lo bisa baca" kata santi
"yah, liat ntar aja, gue kurang suka baca" kata gue
Kembali keadaan sepi, santi diem, matanya tertuju pada film, tapi tatapannya kosong. Jangan2 gue salah ngomong tadi pikir gue.
Gue duduk, "san, lo gak papa" tanya gue, dia agak kaget
"oh, kenapa den?"tanyanya
"lo gak papa kan" kata gue
"ooh, gak papa kok, gue lagi asik nonton aja" katanya
"yakin lo, gue perhatiin lo lagi bengong tadi" kata gue
"yakin den, beneran gue gak apa apa" jawabnya
"klo lo lagi ada masalah cerita ke gue san, anggep aja gue saudara lo, kebetulan lo gak ada sodara kan" kata gue
"Sodaraan sama lo? gue pikir dulu ya, mau gak gue sodaraan sama lo" katanya sambil ketawa.
"Asem lo san, gue serius lo malah becanda" kata gue
"gak papa deni, gue lagi serius nonton tadi" katanya
"ooo yaudah" jawab gue
dia lanjutin nontonnya. gue baringan lagi, dan gue tertidur.
Gak tau berapa lama gue tertidur, gue terbangun gara ada yang nampar pipi gue.
"banguuuun woii banguuu" katanya
"ada apa sih san, lagi enak nih" kata gue
"tidur terus lo, nih makan dulu" katanya
"males ah, suapin mau gue", kata gue
"yaudah sini mangap" katanya, gue gak tau klo dia nanggepin serius.
"hehehe, gak usah, biar gue sendiri aja" kata gue
"yaudah, abisin tapi, terus minum obat" kata santi
"lo perhatian banget ke gue, lo naksir gue ya" kata gue
"enak aja naksir, gue mau lo cepet sembuh, biar lo bisa kerja lagi, kita lagi gak ada orang" kata santi
"ooo, itu toh alesanya" kata gue nyengir
"abisin ya, klo lo butuh apa apa, gue dikamar, teriak aja" kata santi
gue berada dirumah pak Tofik sekitar 3 hari, 3 hari gue dilayani kayak anak kecil, semuanya dibantuin. Setelah luka gue udah agak mendingan dan setelah sedikit saling paksa dengan santi akhirnya gue diizinin balik lagi ke gudang. Hari hari berikutnya gue udah bisa kerja lagi, tapi belum bisa kerja terlalu berat, takut jahitannya kebuka lagi kata pak Tofik.
2 Minggu kemudina gue sudah fit 100%, gue udah bisa gerak bebas sekarang, selama gue masih sakit santi ngajarin gue banyak hal, sesuai apa yang diperintahkan pak Tofik.
Minggu ke-3, cecep ngajakin gue jalan2. Sekedar muter2 Jakarta sekalian nyobain motor barunya. "mau kemana kita cep, duah hampir 2 jam kita muter muter, panas pantat gue" kata gue rada sebel
"muter muter aja den, mumpung jakarta sepi" katanya
Gue cuma nurut aja, tiba tiba, gue gak tau didaerah mana, gue liat akbar, lagi baru turun dari mobilnya, dia lagi jalan sama cewek, emosi gue naik. Gue minta cecep untuk berenti.
Gue jalan kearah akbar dari belakang, dia gak tau kalo gue dibelakangnya.
Gue langsung tarik kerah bajunya dari belakang, dia kaget.
"Lo ikut gue" kata gue ke muka dia
Kebetulan ada gang yang sepi di deket situ
"ada pa nih, tiba tiba lo dateng nyeret2 gue" kata akbar
"Lo gak usah banyak alesan njing, gue tau lo yang nyuruh orang buat ngeroyok gue kan, dasar banci lo" teriak gue
"jangan asal nuduh lo" katanya gugup
"idah gak usah banyak alesan" kata gue, gue langsung tonjok mukanya, dia gak ngelawan, gue pukulin terus, gue tendang perutnya, dia cuma bisa meringis kesakitan.
"Lawan oi banci, jangan bacot lo doang yang gede" kata gue
dia masih meringis "takut lo kalo sendirian? mana temen2 lo, sini lo panggil sekalian" kata gue
"sudah den, gue ngaku, gue minta maaf" katanya gagap, hidungnya mimisan dan mukanya udah bonyok.
"enak aja lo ngomong maaf, ni liat" kata gue sambil nunjukin bekas tusukan temen2nya, dia ngeri liatnya
"lo harus tau rasanya jing" gue gertak dia, gue purapura mau keluarin pisau dari pinggang gue, padahal gue gak bawa apa apa, dia langsung megang kaki gue
"Gue bener2 minta maaf den, gue tau gue salah, tolong den jangan tusuk gue" katanya
"dasar banci lo, beraninya nyuruh orang, sekarang lo nyembah2 ke gue" kata gue
"maafin gue den" kata Akbar, gue kasian jua, sebenernya gue tega liat mukanya.
"Lo denger ye, lo seharusnya bersyukur punya pacar kayak santi, ini lo malah selingkuh" kata gue
"maafin gue den, gue gak akan ganggu lo sama santi lagi" katanya
"sudah pegi lo sana, gue jijik liat muka lo" perintah gue, tanpa disuruh lagi akbar langsung kabur.
Setelah kejadian itu, gue gak pernah ngeliat akbar lagi. Mungkin dia bener2 kapok sekarang.
Hubungan gue sama santi jadi semakin deket. Entah kenapa sepertinya ada perasaan suka sama dia, tapi gue gak berani ngomongnya, gue tau diri, gue udah terlalu banyak ditolong oleh keluarganya.
Sampai suatu ketika Pak Tofik nyuruh gue ke cilacap, tapi gak sama dia, dia nyuruh gue berangkat bareng santi.
"Den, kamu pergi bareng santi ya kesana, dia mau liat lokasi katanya" kata pak tofik
Karena perintah mana berani gue nolak.
"Asikk, akhirnya gue bisa jalan jalan, gue bosen disini den, sumpek otak gue" kata santi
"iyaaa, asal lo gak ngapa2in gue, gue mau aja" kata gue
"yeeee, ngarep lo" katanya
"Kapan kita berangkat" tanya gue
"Lusa, kita naik mobil aja, tar sama Pak Agus, dia yang bawa" kata santi
"oke, bagusla, jadi rame" kata gue
"gue mau liat pantai den" kata santi
"kita kerja disana, bukan jalan2" kata gue "Lagian dijakarta juga ada, pantai ancol" kata gue
"yeeee, kan mumpung kesana, klo pantai ancol bosen, jelek pantainya" kata santi
"yaudah, terserah lo deh, gue manut aja" kata gue
Gimana ini, perasaan gue ke santi lagi kayak gini, malah disuruh berdua pergi ke cilacap, gue takut perasaan gue makin besar ke dia pikir gue saat itu.