Dia... Dia... Dia... Sempurna (Reborn) - Part 63

Hampir sekitar 2 bulan gue gak dpet kabar apapun tentang oca, gue sudh coba main kerumahnya tapi terkadang rumahnya gak ada orang.
Saat itu gue bener bener bingung, sebenarnya ada masalah apa, lalu gue berinisiatif buat ngehubungi andi.
"hallo ndi, pa kabar lo" kata gue
"baik bro, lo gimana" tanya dia
"gue lagi ada masalah ndi" kata gue
"masalah apaan?" kata andi
"nanti lah gue cerita, lo kapan balik ke palembang?" tanya gue
"belum tau den, tapi kayaknya deket deket ini, kebetulan dari kantor dapet dinas ke palembang" kata andi , andi sudah kerja di Jakarta, diperusahaan pengembang yang cukup ternama.
"nanti kalo lo di palembang kabari ya, bayak yang pengen gue ceritain" kata gue
"sekarang aja kali den, gak papa kok gue gak sibuk" kata andi
"nanti ajalah, pas ketemu aja lebih enak ngobrolnya" kata gue
"oou yaudah, kalo lo maksa" kata andi
"yaudah, gue balik kerja lagi ya, banyak kerjaan nih" kata gue
"iya, salam buat emak" kata andi
"sip" jaab gue, lalu koneksi terputus.

Sekitar 2 minggu kemudian gue dapet sms dari andi,
"bro, gue sudah dipalembang, ketemuan dimana" katanya
"gue ke rumah lo aja, sore ini ge berangkat" bales gue
"jangan bro, gue gak ngomong kalo balik, gue nginep di horison, lo kesini aja" kata andi
"oke, nanti malem ya" bales gue.
"sip" jawabnya

Sorenya setelah pulang kerja, gue langsung kebut motor gue, perjalanan yang biasanya 2 jam lebih gak berasa, sesampainya disana gue langsung telpon andi
"Bro, gue sudah di lobby, lo turun" kata gue
"siap" jawabnya
Gak terlalu lama gue nunggu dia sudah dateng.
"gila lo nyet, dinas dipalembang aja pake acara gak balik ke rumah" kata gue
"sayang den, sudah dipesenin ngapain disia siain" katanya
"lo gak ngomong kalo balik" kata gue
"gue ngomong sama mama tapi gue bilang langsung balik lagi ke jakarta gak nginep" kata andi "lo mau cerita apa" katanya
"gue mau tau, lo masih kontak kontak oca nggak?" tanya gue
"gue emang gk pernah kontak oca den, siska biasanya yang ngobrol sama dia" kata andi "emang kenapa" tanya andi
"udah berbulan bulan gue gak ada kabar tentang dari oca" kata gue, lalu gue ceritain tentang kontak gue terakhir
"aneh ya, biasanya dia paling seneng kalo dapat kabar tentang lo, apalagi kalo bisa ngomong sama lo" kata andi
"itulah yang gue bingung ndi, sebenernya kenapa sama dia" kata gue
"hmmm, kayaknya kita harus ketemu siska den, dia temen deket oca" kata andi

"emang dia disini ndi" kata gue "kat alo dia kerja di Jakarta juga" lanjut gue
"dia dipindahin ke cabang sini den" kata andi
"lo udah ketemu dia" kata gue
"belom, dia gak tau gue balik" kata andi
"kenapa, lo lagi ribut" kata gue
"ada masalah dikit lah, dia maksain buat buru buru nikah, jadi gue males kalo ketemu, pasti nanya itu itu lagi" kata andi
"yaudah, kalian kan sama sama sudah wajib nikah, nikah sana" kata gue
"gue masih belum siap den, secara materi sih cukup, tetapi secara mental gue masih belum siap" kata andi
"ooo gitu, terus gimana kita mau ketemu siska kalo lo aja gak ngomong kalo balik" kata gue
"tetang aja, gue bilang aja baru sampe tadi" jawab andi
"sip kalo gitu, kapan kita berangkat" tanya gue
"bentar gue telpon dia dulu ada nggak" kata andi
Andi langsung nelpon oca,
"sayang, kamu dirumah ya" kata andi
"oke, aku main kerumah ya, sama deni" kata andi
"gak papa, mau main aja" kata andi
"oke sayang, dadah" tutup andi
"yuk berangkat, dia ada dirumah" kata andi

Gue langsung kebut motor gue, boncengan sama andi.
Sekitar 20 menit kita sampe ke rumah siska
Andi ketok rumahnya, pembantunya yang buka, gue sama andi nunggu diteras rumahnya, sekitar 5 menit siska keluar.
"lama nunggunya" kata siska
"gak kok, baru" jawab andi
"kamu jahat, balik gak ngomong ngomong" kata siska
"yang pentingkan aku datang, daripada gak datang" jawab andi, dasar pembohong pikir gue dalem ati
"hai den, pak kabar" kata siska
"baik sis, lo kerja disini ya" kata gue
"iya, sudah 2 bulan ini, gue dipindahin di bank cabang sini" katanya
"wah enak. bisa deket keluarga" kata gue
"yah ada enaknya ada nggaknya, gak enaknya gue jauh dari andi" kata siska manja


gue liat muka andi senyum penuh arti kearah gue
"eh, katanya lo mau ngobrol sama gue den, kenapa" kata gue "pasti mau nanyain oca" kata siska seperti sudah bisa menebak kedatangan gue
"kalo lo mau nanyain oca, sorry den, gue juga sudah lost kontak sama dia" kata siska
"iya ca, gue mau tau dia kenapa, gue bener bener khawatir sis" kata gue
"iya den, gue juga khawatir, terakhir kontak dia 3 bulan yang lalu den, setelah itu gue gak bisa hubungi dia lagi" kata siska
"dia masih di ausi" kata gue
"sepertinya" kata siska
Lalu gue cerita sama siska tentang kontak gue terakhir sama oca, siska merhatiin dengan seksama.
"jadi dia pernah janji sama lo kalo lo sdh siap buat lamar dia, dia bakal siap nerima lo den" tanya siska
"iya ca, janji itu yang selalu kasih gue semangat buat kuliah" kata gue
"Itu biar lo semangat den, biar lo gak sia siain hidup lo" kata siska, gue agak kaget denger perkataan siska, kok bisa dia nyimpulin seperti itu
"lo kok bisa ngomong gitu sis, emang oca pernah ngomong gitu sama lo tentang gue" kata gue, siska kaget, seperti ada yang kelepasan ngomong
"plis sis, klo lo tau dimana oca, kasih tau gue" kta gue
"beneran den, gue cuma nebak nebak doang" katanya
"plis sis, kita sudah lama temenan kan, lo tau gimana gue" kata gue, siska seperti merenung, cukup lama dia merenung
"sayang, kalo kamu tau sesuatu kamu cerita sama deni, ayolah, kesian liat deni, dia jauh jauh dari tempat kerja buat kesini cuma buat nanya kabar oca doang" kata andi,
"tapi lo yakin den, gak bakal tinggalin dia" kata siska
"maksud lo apa sis, kenapa dengan oca" paksa gue "oca kenapa sis" gue sudah mulai gak sabar, gue bener bener panik saat itu.
"oke oke, gue cerita, lo jangan marah sama gue dong, tapi lo janji lo gak akan tinggalin dia" kata siska
"lo tau gue sis, gue gak pernah langgar janji" kata gue
Siska narik nafas panjang, dia menatap keatas, matanya mulai berkejap, airmatanya netes, ngeliat ekspresi siska gue tau ada hal yang gak bagus terjadi sama oca.

"Gini den, sebenernya oca sudah lama balik kesini" kata siska, gue kaget denger cerita itu, gue bener bener shock
"tapi kok gue gak tau" cecer gue,
"lo sabar dulu, biar gue selesai dulu" kata siska dengan mata berair, gue liat andi dia ngangguk sepertinya setuju sama perintah siska
"lo inget terakhir kita ketemu, sebenernya setelah itu dia gak balik lagi ke ausi" kata siska
"tapi gue nganter dia" kata gue
"jangan disela dulu" bentak siska, gue langsung diem, segala pikiran gue macem macem
"dia sakit den, pas di ausie, dia sudah diagnosis terkena kanker usus, tapi dia gak pernah cerita sama gue, cuma dia dan orang tuanya yang tau, awalnya cuma ada tumor kecil, dia selalu rutin periksa disana, lalu lambat laun tumornya berubah ganas, seharusnya dia masih disana buat perawatan, tapi waktu itu dia maksa buat balik, pas dia balik dia cerita semuanya sama gue, dia sudah tau umurnya gak bakal lama lagi, makanya dia sengaja balik biar dia bisa liat lo terus dusisa umurnya" cerita siska
"Tapi kita gak pernah ketemu sis" jawab gue, gue beneer bener shock denger cerita siska

"lo gak pernah tau den, dia selalu merhattin lo kok, hampir setiap malem dia ngeliatin lo kerja di restoran, biasanya dia dianter mamanya, kadang cuma nunggu diparkiran.
"kenapa dia gak ngomong sama gue" kata gue, airmata gue sudah penuh
"dia gak mau hancurin mimpi lo den" kata sisa
"gue gak peduli sis, gue sayang dia, gue pengen disamping dia" kata gue.
"itulah yang dia gak pengen den, kalo lo tau lo pasti bakal habisin waktu lo sama dia, lo gak bakal fokus kuliah, dia gak mau lo kayak gini terus" kata siska, gue lama menunduk, gue bener bener bingung
"terakhir gue dapet kabar dari dia 3 bulan lalu, dicerita semua tentang kontak terakhir kalian, dia bener bener seneng liat lo sekarang den, dia merasa berguna bagi lo, dia bialng dia sudah ikhlas buat pergi" kata siska, gue nangis sejadi jadinya, mungkin baru malem itu andi liat gue nangis seperti ini.
"gue sengaja minta pindah ke palembang sama atasan gue, biar gue beisa nemenin dia den" kata siska nangis

"lalu dia bagaimana sekarang sis" kata gue pasrah
"dia masih ada den, dia selalu dirumahnya, pas lo dateng kerumahnya dia ada dikamar, dia pesen ke mamanya buat bilang ke lo kalo dia belum balik, dia sengaja kasih alamat masangernya biar dia bisa natap muka lo" kata siska, akhirnya gue paham kenapa malam itu oca natap gue terus.


Gue langsung berdiri,
"mau kemana lo" tanya andi
"gue harus kerumah oca ndi," kata gue
"gue ikut" kata andi
"gak usah, lo disini aja" jawab gue
"gak den, kita ikut, naik mobil gue" kata siska

Siska langsung ambil kunci mobilnya, kita langsung naik mobil siska, didalam mobil kita semua diam, pikiran gue bener bener kosong saat itu, seperti ada belati yang nancep di ulu hati gue, bener bener sakit, gue masih milih di gebukin oleh orang banyak daripada harus terima kenyataan ini, didalam mobil airmata gue gak pernah berenti.
Sesampai di rumah oca, siska ketuk pintunya, gak lama mama oca keluar, "maaf tante saya harus ketemu oca" kata gue, mamanya kaget, belum sempat mamanya ngomong gue langsung naik keatas, gue sudah berdiri didepan kamar oca, tangan gue sangat berat buat putar handle pintu kamarnya, besi handle pintu terasa sangat dingin, gue putar perlahan gue buka pelan pelang pintunya, darisitu gue bisa liat perempuan yang selama ini gue cari sedang terpejam diatas tempat tidurnya, badannya sangat kurus, kulitnya sangat pucat, rambut lurus panjangnya terurai, ditangannya terpasang infus, gue liat disamping tempta tidurnya terdaoat tabung oksigen besar.


Gue dektain dia, gue duduk diatas dengkul gue, agar gue bisa liat dia lebih jelas, hembusan nafasnya terasa pelan, gue usap rambutnya air mata gue kembali menetes, pelan matanya terbuka, dia natap mata gue
"itu kamu say" katanya pelan, gue cuma bisa ngangguk, gue gak bisa ngomong liat keadaan dia saat ini.
"kamu kok bisa disini" katnaya pelan, senyumnya masih terhias diwajahnya
"kamu kok gak ngomong, aku pasti jelek ya" kata oca, gue geleng
"kamu cantik sayang, kamu sangat cantik" kata gue, suara gue bergetar, dia tersenyum
"kamu sama siapa kesini" kata oca, gue liat kearah pintu, disana ada mama oca, siska dan andi, gue liat mama oca dan siska saling rangkul
"aku malu den" kata oca
"gak perlu malu ca" jawab gue "kenapa kamu gak pernah cerita ca" tanya gue
"aku gak mau kamu khawatir" katanya
"kamu tau sudah berbulan bulan aku cari kamu" kata gue
"iya, aku tau, kamu dibawah ketok ketok pintu" kata oca
"klo gitu kenapa kamu gak ngomong ca" kata gue, oca terdiam cukup lama
"aku takut kamu malah pergi say" katanya, matanya natap mata gue "jadi makanya lebih baik aku yang pergi" lanjutnya
"kamu salah nilai aku kalo gitu ca" jawab gue "aku gak akan pergi ninggalin kamu" lanjut gue
Airmata oca mengalir, dia tersenyum dan gak mampu bicara, cukup lama dia terdiam
"maafin aku ya say" kata oca
"kamu gak salah ca" kata gue
Dia duduk bersandar disandaran tempat tidur, gue peluk dia, dia meluk gue begitu erat, cukup lama dia meluk gue seolah gak pernah mau dilepas, gue bisa dengar isakan tangisanya.

Gue lepas pelukan gue, gue tatap matanya
"kamu mau jadi istriku?" tiba tiba kalimat itu keluar dari mulut gue
Oca terdiam, matanya kembali dipenuhi airmata, gue bisa didenger dibelakang mama oca sepertinya menangis, siska juga menangis.
"tapi aku gak bisa jadi istri yang sempurna say" jawab oca dengan suara terisak
"bagiku kamu sangat sempurna ca, aku gak perduli mau gimana keadaanmu, aku tetep sayang kamu" kata gue, oca tersenyum, sprei tempat tidurnya sudah basah oleh airmata nya. Dan dia anggukan kepalanya, tanda setuju.
Gue langsung berbalik, gue menghampiri mama oca
"tante, saya ingin jadiin oca istri, tante keberatan ?" tanya gue, dia terisak
"terima kasih den, kamu memang anak baik" jawabnya, kemudian dia meluk gue.
Malam itu gue habisin waktu bersama oca, gue duduk disamping dia, dia tertidur dalam senyuman.