Dia... Dia... Dia... Sempurna (Reborn) - Part 64

Sejak kejadian malam itu, keseharian gue lebih banyak dirumah oca, gue berangkat kerja subuh, perjalanan 2 jam lebih, sore gue langsung balik lagi.
Gue sudah cerita sama emak tentang kondisi oca, tentang lamaran gue malam itu, emak selalu support apapun jalan yang bakal ane tempuh.
"kalo kamu memang sudah bulat, mak pasti dukung nak" kata emak, ketika gue cerita tentang oca
"Makasih mak" kata gue
"nanti emak akan ajak beberapa tetangga disini untuk dateng ke rumah oca, kita orang timur nak, ada tata cara yang bener untuk melamar anak orang" kata emak tersenyum, gue cuma nyengir malu malu. Memang biasanya budaya di Palembang, butuh beberapa kali pertemuan orang tua untuk lanjut ke prosesi lamaran, biasanya hampir 4 kali pertemuan.


Yang pertama adalah perkenalan orang tua, kedua Melamar, ketiga mendengar jawaban dari pihak perempuan dan keempat menentukan tanggal.
Nah karena malam itu gue sudah lompati 3 tahap pertama, jadi rencana emak bakal ngajak beberapa orang yang dianggap dituakan dikampung gue buat langsung mutusin tanggal. Gue udah pesen sama emak, kalo bisa gak perlu lama lama.
Tepat seminggu setelah kejadian itu, tepatnya malam minggu tanggal 5 Maret 2011, gue ajak emak, adek-adek gue dan beberapa tetangga untuk ke rumah oca.
Sesampainya disana kita disambut oleh keluarga oca dan ada beberapa tetangga mereka.
Acarapun dimulai, setelah sedikit perdebatan akhirnya ditentukannla waktu 2 bulan dari sekarang tepatnya tanggal hari jumat tanggal 6 mei 2011 untuk akad dan Hari minggu 8 Mei 2011 Untuk resepsi.

Hampir satu bulan waktu gue bener bener padet, untuk mengurus segala keperluan acara nanti, dari undangan, sewa gedung (terus terang untuk waktu yang mepet sangat sulit mencari gedung yang available) untung gue banyak kenalan waktu maish kerja di restoran dulu jadi semuanya bisa mereka bantu. Setelah semuanya beres gue bener bener lega.

"Sayang gimana persiapannya" kata oca
"sudah 90% " jawab gue, sambil baringan dikursi kamar oca, dan duduk bersandar ditempat tidurnya
"maaf ya say, aku gak bisa bantuin" kata oca
"gak papa sayang, lagian aku juga banyak dibantu temen temen" kata gue
"kamu pasti capek banget, tiap hari Pulang pergi dari tempat kerja ke sini" katanya
"nggak kok, kalo sudah liat kamu capeknya ilang" kata gue ketawa,
"bisanya gombal ah" kata oca senyum
"sayang, sini dong, deket deket aku" kata oca, nyuruh gue naik ke tempat tidurnya
gue ikutin permintaanya
"sini baringan disini" kata oca sambil nyuruh gue letakin kepala gue di pahanya, gue ikutin, dia pijet kepala gue, enak banget, mata gue terpejam.
"sayang, kamu kok masih mau nikah sama aku" kata oca, pertanyaan yang paling benci gue denger, hampir tiap hari nanya pertanyaan yang sama
"udah ah sayang, jangan dibahas lagi, aku sudah sering jawab dan jawabanku tetep sama, karena aku sayang kamu" kata gue agak sewot.
"yeee, gitu aja sewot, aku cuma mau mastiin, takutnya kamu berubah pikiran" kata oca
"tapi kalo kamu mau berubah pikiran juga gak papa" katanya senyum
"kok kamu ngomong gitu sih, udah ah males bahasnya" kata gue kembali terpejam.
"iya maaf" katanya, cukup lama dia diem, gue masih terpejam.
"sayang, nanti undangan kapan bakal disebar" tanya oca
"mungkin 2 minggu sebelum acara ca, kan bisasanya juga gitu" kata gue
"oooo, undangannya bagus ya" kata oca, sambil liat liat undangan yang sudah gue cetak
"iyalah, eh ca, kemaren gimana pas fitting nya? ada masalah" kata gue
"gak ada kok, lancar, tapi den nanti pas resepsi aku gak kuat berdiri lama" kata oca
"iya gak papa, kamu duduk aja" kata gue
"tapi kan aku mau nari buat kamu" kata oca, untuk adat palembang biasanya pada saat resepsi ada satu sesi dimana mempelai perempuan bakal nari untuk mempelai laki laki.
"gak usah dipaksain ca, dari SMA aku udah sering liat kamu joget joget" kata gue ketawa

"hmmm kan beda sayaang, ini itu tarian spesial" katanya manja
"yah nanti liat kondisi kamu ya" kat gue, dia senyum semangat
"kamu kapan bakal periksa lagi" kata gue
"mungkin seminggu lagi say" kata oca
"emang gimana perkembangannya" kata gue
"kata dokter rencananya usus yang ada tumornya bakal dipotong" kata oca
"ooo, yah baguslah, semoga kamu bisa sehat ya" kata gue
"aaamiiin sayang, aku pengen cepet sembuh biar bisa urus kamu" kata oca
"jangan dipaksain, aku bisa urus sendiri kok" kata gue
"jangan gitu, suami itu ladang pahala istri, kamu mau pahala ku gak ada" kata oca, gue tersenyum liat semangat dia, jujur dia jauh lebih semangat setelah kejadian malam itu.
"Sayang, nanti kita bulan madunya kemana?" tanya oca
"kamu maunya kemana, aku ikut aja" kata gue
"kemana ya, kalo bali terlalu biasa, aku pengen yang gak biasa" kata oca
"hmmm. kemana ya" kata gue mikir mikir
"Gimana kalo ke maladewa, pantainya bagus sayang" kata oca
"oh ya, masak" kata gue
"iya, aku pernah baca baca, pantainya bersih banget, terus dipinggiran pantai ada resort model kayak rumah panggung gitu, jadi begitu buka jendela langsung liat laut" kata oca


"yaudah, nanti aku coba cari informasi dulu ya" kata gue "kamu juga harus cepet sehat biar nanti bisa pergi bulan madu, tapi klo kondisi kamu gak memungkinkan mendingan bulan madu disini aja" lanjut gue
"hehehe iya sayang, makasih ya" katanya, gue senyum,

Seminggu kemudian oca kembali periksa kondisi dia, gue gak bisa nemenin karena gue harus kerja, dia ditemenin oleh orang tuanya.
Tiba tiba HP gue berdering, gue liat dari tampilannya oca yang telpon
"ya sayang, gimana hasil pemeriksaanya" kata gue takut ada masalah yang gawat
"gini sayang, kata dokter aku harus langsung operasi, mereka takut semakin menyebar" kata oca, dari cara bicaranya gue tau oca habis nangis
"yaudah, kapan rencananya" kata gue
"malem ini, mama sama papa sudah setuju dan mereka sudah daftar ke rumah sakit untuk oeprasii, tapi aku takut sayang" katanya nada suaranya sedih
"gak perlu takut sayang, yang penting kondisi kamu sehat: kata gue
"kamu bakal temenin aku kan?" katanya,
"aku pasti temenin, habis ini aku langsung meluncur ke rumah sakit" jawab gue
"kamu semangat ya sayang" kata gue
Setelah mendengar informasi dari oca, gue langsung izin untuk pulang lebih awal, gue langsung kebut motor gue menuju rumah sakit.
Sesampainya disana gue langsung kekamar tempat oca dirawat, didalemnya ada mama sama papa oca, dan oca masih terbaring ditempat tidur
"gimana oca om?" tanya gue
"baru selesai di anestesi, kayaknya baru mulai bereaksi" kata papa oca, gue liat mata oca sudah sangat berat.
Sekitar 15 menit akhirnya oca mulai dibawa ke ruangan operasi.

Papa dan mama oca nunggu didepan ruang operasi, gue lebih milih nunggu di mushola rumah sakit, gue berdo'a meminta kemudahan dan kesembuhan untuk oca. Sekitar 1 jam akhirnya operasi selesai, papa oca manggil gue dimushola,
"gimana om operasinya" kata gue
"operasinya sudah selesai, tapi oca masih belum sadar, mendingan kita temui dokternya dulu" kata papa oca
gue, mama sama papa oca langsung menuju ke ruangan dokter, kita bertiga duduk dikursi didepan meja dokter.
"maaf sebelumnya, mas ini siapanya pasien" kata dokter, bertanya tentang saya
"dia calon suaminya dok, saya yang minta dia ikut kesini" kata papa oca
"ooh baiklah, begini Bapak Ibu, kita sudah berusaha untuk angkat semua tumornya, tetapi mohon maaf pak, tumornya sudah menyebar ke seluruh usus besar pasien, seharusnya dari awal kita langsung operasi" kata dokter
"iya dok, waktu di australi kita sudah ajukan operasi, tapi anak saya selalu menolak, malah terakhir dia lebih memilih dirawat disini" kata papa oca, gue liat mama oca sudah nangis. Gue akan bener bener merasa bersalah kalau oca sampai kenapa napa, dia pulang kesini karena cuma pengen liat gue, semuanya salah gue, pikir gue, kalo ada orang yang paling bertanggung jawab akan oca itu gue.

"jadi bagaimana nasib anak saya dok" kata mama oca, suaranya terbata bata,
"mohon maaf bu, kita sudah berusaha, kita tinggal berdo'a sama tuhan karena semuanya adalah kuasanya" kata dokter, mendengar jawaban itu, papa dan mama oca saling berpelukan, air mata gue netes, gue gak sanggup angkat kepala gue, gue gak tau harus ngomong apa.
"jadi berapa lama lagi umur anak saya dok" kata papa oca
"paling beberapa bulan lagi sampai semua tumor menyebar pak" kata dokter, "mohon maaf pak, saya harus menyampaikan semua kebenarannya" kata dokter
"iya dok, terima kasih banyak" kata papa oca,


Lalu kita beranjak, dari ruangan dokter dan langsung menuju kamar oca.
Oca masih tertidur, kita bertiga semua diam, mama oca duduk disamping oca, papanya duduk di sofa yang ada dikamar, gue duduk disamping papa oca.
"den, sebelum semuanya terlambat, apakah kamu gak mau mundur" kata papa oca, gue kaget denger ucapan papa oca
"maaf om, saya gak akan batalin semuanya" kata gue
"tapi kamu sudah denger sendiri vonis dokter" kata papa oca
"saya gak perduli apa kata dokter" kata gue
"tapi saya perduli, saya gak mau kamu menyesal" kata papa oca
"Saya gak akam menyesal om" kata gue "dan tolong om, jangan ambil kebahagiaan terakhir oca" kata gue, mata gue berair, gue liat mata papa oca juga sudah basah
"maafin saya den, saya sudah minta hal yang gak mungkin" kata papa oca
Gue cuma diem, gue menatap oca dia terlelap sangat nyenyak.
Cukup lama gue terdiam, gue pamit sama orang tua oca, oca masih tidur, efek bius kayaknya belum hilang.

Besok malem gue kembali ke rumah sakit, gue liat dia sudah sadar, tatapan matanya kosong, orang tuanya duduk disofa, mereka terliat bener bener capek.
"hai sayang" kata gue
"hei" oca langsung senyum
"putri tidur sudah bangun ternyata" kata gue
"mau tidur lagi ah, nunggu dicium dulu baru bangun" kata oca pura pura tidur lagi.
"belum muhrim" jawab gue, oca nyengir
"kamu sudah makan say" kata oca
"sudah tadi" kata gue
"jangan bohong, tuh ada roti buat kamu aja, aku kan belum boleh makan" kata oca
"makasih sayang" kata gue
"Sayang, makasih ya" kata oca
" makasih buat apa" kata gue
"aku sudah denger semuanya dari papa sama mama, meski kamu sudah tau batas umurku kamu masih mau sama aku" kata oca tersenyum,
"tapi kenapa say, kenapa kamu gak mau batalin semuanya" katanya
"gak ada alasan bagiku buat batalin ca, kamu alasan aku masih disini" kata gue
"makasih ya sayang" katanya, gue senyum.
"eh sayang, nanti kalo kita sudah nikah kayaknya gak jadi ya bulan madunya" kata oca
"jangan mikir macem macem dulu, kamu cepet sembuh aja, biar cepet pulang terus acaranya tetep sesuai schedule" kata gue
"kita ke pagaralam saja yuk, kan deket" kata oca
"iyaa, kalo kamu kuat kita jalan" kata gue
"hhihihi, kamu masih inget kan pas kita bertiga disana, aku, kamu oliv" kata oca
"hmmm iya ca, gak akan pernah lupa" jawab gue
"Oliv apa kabar ya sayang" kata gue
"aku kurang tau sayang, mungkin udah nikah" kata gue
"masak" katanya kaget
"kali aja" kata gue
"sayang kamu sekarang benci ya sama oliv" katanya
"kenapa harus benci ca" kata gue
"yah kali aja, mungkin kamu kecewa sama dia, karena dia dapet cowok lain" kata oca
"aku gak punya hak apa apa sayang, lagian aku kan sudah milih kamu" kata gue
"itulah masalahnya sayang, aku gak sempurna, oliv lebih pantes buat kamu" katanya
"kamu yang sekarang sangat sempurna ca, udah gak usah bahas oliv" kata gue
"hmmm, sayang aku minta kamu janji ya" kata oca
"iya janji apa" kata gue
"janji, nanti kalo aku sudah gak ada kamu harus cari oliv ya" kata oca
"emang kenapa harus gitu, lagian aku gak suka kamu ngomong kayak gitu" kata gue
"ihhhh, janji aja pokoknya, aku tau kamu masih sayang kan sama dia" kata oca
"iya sayang, gak akan pernah berubah, sama kayak sayang aku sama kamu" kata gue
"iya sayang aku percaya, terima kasih ya karena sudah milih aku" katanya tersenyum "jangan lupa ya janjinya" kata gue
"iya" kata gue singkat, gue gak tau harus ngomong apa, memang didalem lubuk hati gue, gue masih belum bisa lupain oliv,s egala keusilan dia, senyum dia, tawa dia, gue gak akan pernah bisa lupa.

"sayang, nanti kalo aku sudah keluar dari rumah sakit, temenin aku jalan jalan ya" kata oca
"kemana?" kata gue
"jalan jalan aja, udah lama kan kita gak jalan bareng" katanya
"iya kalo kamu sehat ya" kata gue
"iya aku pasti sehat" kata oca

Seminggu setelah oca keluar rumah sakit, sesuai janji gue ke dia, gue ajak dia jalan jalan naik mobil dia.
"Hari ini aku seneng banget sayang" katanya
"aku juga seneng ca" jawab gue
"hmmm, aku pengen gini terus sama kamu say" kata oca, lalu dia nangis
"iya ca, aku juga gak mau jauh dari kamu" jawab gue
"tapi sebentar lagi aku pergi, kamu sehat sehat ya, jaga diri, jangan suka berantem lagi, inget ibadah" kata oca
"kamu jangan ngomong kayak gitu ca, kamu akan akan terus hidup ca, bukan dokter yang nentuin umur kamu" kata gue, gue bener bener gak tahan denger dia ngomong kayak gitu.
"kamu kan suka bandel soal makan, makan jangan suka telat ya, kerja yang bener, jangan suka genit sama cewek" lanjut oca, dia acuh sama kata kata gue, gue cuma bisa diem.
"Deniiii, kamu denger gak sih" teriaknya
"iya iya denger" kata gue
"janji ya" katanya
"iya iya, aku janji, kamu juga janji jangan telat minum obat" kata gue
Dia senyum, ke gue,
"sayang sin deh" kata dia,
gue agak mendekat kedia, lalu kecupan hangat di pipi gue, sangat berasa, sungguh hangat
"Jangan lupa janjinya ya" kata oca, matanya menatap mata gue, dia tersnyum, senyum yang gak akan pernah gue lupa.

Malemnya pukul 11 lewat gue dapet telpon dari HP oca,
"iya sayang, kenapa" kata gue, mata gue masih berat.
"ini tante deni, kamu kesini ya" katanya, tangisan terdengar dari suara mama oca
"oca kenapa tante" sontak gue langsung berdiri
Dia gak bisa jawab, gue langsung matiin fotonya, gue langsung kasih tau emak, gue ajak emak ke rumah oca.
Gue pacu motor gue kenceng, gue liat di depan rumah oca ada banyak mobil parkir.
Gue masuk, didalem semua keluarga oca sudah kumpul, gue langsung kearah kamar oca, gue liat keluarga deketnya sudah ada disekeliling tempat tidur oca, gue hampiri sangat pelan, gue bisa liat muka oca, matanya terpejam sangat tenang, mulutnya agak sedikit terbuka, kulitnya pucat, emak langsung menghampiri mama oca, mereka berpelukan, gue langsung lemas, gue sudah disamping dia, gue pegang tangannya, gue masih belum percaya kalo oca sudah pergi.


"ca, kamu bohong kan" bisik gue, airmata gue sudah mengalir deras
"ca, jawab aku ca" kata gue
papa oca coba tenangin gue, gue hiraukan, yang gue pengen cuma selalu ada disampingnya. Gue menangis sejadi jadinya.
Emak juga coba nenangin gue, gue cuma bisa berlutut disamping oca.
"yang kuat ya nak, ikhlaskan, biar oca bisa pergi dengan tenang" kata emak
"kasian dia kalo kamu gak bisa lepasin" lanjut emak, jujur gue ngerti apa yang emak maksud tapi entah otak gue seperti gak sinkron sama tubuh gue, entah berapa lama gue nangis, malam itu gue gak tidur, gue hanya berlutut disamping dia.


Sorenya oca dimakamin. Gue yang sambut dia didalem liang lahat, gue pengen didalem sini sama lo ca, gue gak mau lepasin lo.
Airmata gue gak pernah berenti.
Selamat jalan sayang, meski kamu sudah pergi, senyummu, tawamu akan selalu ada didalam hatiku.

Selamat jalan Ma**** Va******* A.K.A Oca. semoga dirimu tenang disana.
5 Agustus 1986 - 20 April 2011.