Setelah pemakaman, gue langsung balik ke rumah, perasaan gue saat itu bener bener gak menentu, entah kenapa gue masih gak percaya, Andi ikut nemenin gue balik ke rumah, entah sudah berapa kali dia kasih semangat ke gue, tapi kuping gue seolah olah gak otomatis gak mau denger kalimat itu.
Mungkin karena bosen terus terusan gue acuhin akhirnya dia balik. Gue sengaja ambil cuti kerja, orang kantor mengerti karena percuma gue kerja kalau pikiran gue gak konsentrasi sama kerjaan.
3 hari gue gak bisa diganggu, emak dan adek adek gue juga sepertinya mengerti sama keadaan gue.
Andi datang lagi ke rumah gue,
"bro, gimana lo" kata andi, gue cuekin dia
"lo gak bisa gini terus den, lo harus kuat" kata andi, gue masih diem.
"gue besok sudah mesti balik, gue udah cuti kelamaan" katanya, gue masih saja diem
"lo inget ya den, oca gak akan seneng liat lo kayak gini, lo harus ikhlasin dia, tuhan lebih sayang sama dia" kata andi
"Kalo tuhan sayang, kenapa dia panggil oca cepet banget ndi" tiba tiba gue ngomong
"kalo tuhan sayang, seharusnya dia kasih waktu sedikit lagi buat oca, biar dia bisa bahagia" lanjut gue
"semua sudah ada takdirnya den, lo gak bisa nyalahin tuhan, dosa" kata andi, gue kembali diem, emosi gue bener bener labil saat itu.
"yaudah, gue pamit ya bro, gue balik ke jakarta" kata andi,
"iya, ati ati dijalan ndi, makasih sudah nemenin gue" jawab gue, dia senyum
Hampir sebulan gue bener bener masih belum bisa lepas oca dengan ikhlas, kerjaan gue semuanya berantakan, pola hidup gue kacau banget.
"kamu masih belum bisa lupain oca nak" kata emak, gue cuma geleng
"hmm, kamu harus ikhlasin, biar oca tenang disana" kata emak, gue diem aja
"oca pasti sedih liat kamu gini nak, liat tuh celana sudah kegedean semua" katanya, berat badan gue turun drastis saat itu.
"emak dulu juga kayak kamu nak, waktu Bapakmu meninggal, emak gak tau harus ngapain, emak bingung bagaimana emak bisa hidup tanpa Bapakmu. Untung emak ada kalian, kalian yang selalu buat emak semangat" kata emak.
"Deni juga gak tau mak harus ngapain sekarang, oca gini gara gara deni mak, dia maksain kondisi dia cuma buat deni, sedangkan deni gak pernah kasih apa apa ke dia" kata gue
"kamu salah nak, kamu sudah beri dia kebahagiaan, mamanya cerita sama emak, oca bener bener seneng pas kamu lamar dia, mama oca gak pernah liat oca segembira itu, lalu malem sebelum dia meninggal, dia bilang ke mama nya kalo dia sudah ikhlas untuk dijempur sekarang" kata emak, "sekarang tinggal kamu, kalo kamu gak ikhla kasian oca disana, dia gak akan bisa tenang" kata emak, gue renungi semua ucapan emak, gue akan coba ikhlasin oca.
Ternyata tidak mudah, hampir 4 bulan gue masih sering keinget dia, walau gue sudah bisa kerja seperti biasa, tapi tetep masih ada bayang bayang oca dipikiran gue
Walaupun oca sudah gak ada gue masih sering main ke rumahnya, sekedar silaturahmi, gue juga sudah dianggap anak sendiri sama mereka.
Malah mama oca pernah nyuruh gue untuk sekali sekali tinggal dirumahnya. Tapi gue tolak dengan halus, yang ada gue malah gak bisa lupain oca.
Masuk ke bulan November, gue sudah kembali jadi deni yang biasanya, gue sudah bisa kembali tertawa, seneng seneng sama temen.
Gue dapet dinas ke Jakarta untuk datang ke Head office kami.
Sesampai di Jakarta gue kontak andi,
"bro dimana lo" kata gue ke andi
"gue masih dikantor, masih banyak kerjaan" kata andi
"gue dijakarta bro, tar malem ada kerjaan gak" kata gue
"serius lo, gak adalah, lo nginep dimana, nanti gue kesana" kata gue
"gue di Sahid" jawab gue "oke gue tunggu ya" lanjut gue
Malemnya andi bener bener dateng, gue sudah nunggu di lobby
"lo kapan sampe" katanya
"malem kemaren" kata gue
"berapa hari?" tanya andi
"4 hari" kata gue
"bagus deh, lumayan la" kata gue
"iya sekalian gue pengen weekend disini" kata gue " lo temenin gue ya" lanjut gue
"tenang bro, buat lo waktu gue selalu ada" katanya
"sip, gue laper ndi, cari makan yuk, yang enak" kata gue
"iya gue juga laper, yuk cari makan dulu" kata andi
"pokoknya gue mau makan ditempat yang enak" kata gue
"gampang" katanya
Gue sama andi pergi naik mobil kantor andi
"mau makan apa kita" tanya gue
"makan nasi goreng kambing di daerah kebon sirih aja bro, dijamin enak" kata andi
"gue ikut aja, kalo gak enak awas ya" jawab gue
Andi nyengir nyengir
"eh den, lo gimana sudah bisa lupain oca" kata andi
"kalo lupa sih gak mungkin ndi, yah minimal gue sudah ikhlas dia pergi" kata gue
"ooo bagus deh, gimana sudah dapet gantinya" tanya andi
"halah, gue males cari cari" kata gue
"kalo gue sih yakin lo pasti gampang dapet ganti oca" kata andi, gue cuma tersenym
"lo sudah pernah kontak oliv belum" tiba tiba andi nanyain oliv
"gak tau ndi, lost kontak" kata gue
"lo ada facebook gak sih den" katanya
"gak ada males gue, ribet kerjaan" jawab gue
"buat gih, disalah satu pertemanan gue ada oliv tuh" kata andi
"nantilah kalo sempat" kata gue
"idih gampang bganet bro, gak sampe 5 menit, bikin ya, balik darisini gue temenin bikin, gue bawa laptop" kata andi
"terserah lo aja" kata gue, padahal didalem hati gue, gue penasaran pengen liat oliv.
Sesampai di kebun sirih, gila ditempat makan rame banget, padahal tempatnya biasa dipinggi jalan, tapi yang ngantri kayak apaan aja, tapi sesuai sih, nasi gorengnya emang enak, gak pelit sama kambing, banyak banget.
Setelah makan, kita balik ke hotel, andi ikut kekamar,
"Gila lo, kamar lo gede banget, emang room rate lo berapa sih dikasih kantor" kata andi
"gak tau, gue mah ikut aja, dikasih apa aja hayo, mau dimana aja gak masalah" kata gue
"gila, enak bener lo" kata andi
Lalu dia buka tas dia, dan keluarin laptopnya, setelah koneksi terhubung dia langsung browsing, dan langsung buka facebook.
"nih liat den, nih oliv" katanya sambil menghampiri gue yang lagi rebahan diranjang.
Dia kasih liat ke gue facebooknya oliv, ternyata dia gak banyak berubah, masih seperti oliv yang dulu cuma beda dipotongan rambut, sekarang rambutnya diurai.
"tuh kan dia tambah cantik" kata andi
"yah lumayanlah" jawab gue
"nih gue liat relationshipnya ya" kata andi "Single den" lanjut andi
"terus kenapa?" kata gue
"yah lo, lo dketein lagi gih, buat gantiin oca" kata andi
"nanti lah ndi, gue masih belom bisa" jawab gue
"ih lo den, bego" kata andi, lalu dia kirim pesen ke oliv.
"halloooo buk" ketik andi
cukup lama kita tunggu responnya,
"udahlah ndi, gak usah repot repot nanti juga kalo gue mau gue bisa kok" kata gue, kembali rebahan
"den.. den... liat den, dibales" kata andi, gue semangat langsung bangun, gue baca jawaban oliv
"Lo Andi kan, apa kabar lo" jawabnya
"iya gue andi, baik liv, lo gimana?" ketik andi,
"Gue baik ndi, sekarang dimana lo?" jawab oliv
"di Jakarta, lo dimana, masih di jogja" kata andi
"wuih sama ndi, gue juga di Jakarta, gue kerja disini sekarang setelah selesai kuliah" kata oliv, jantung gue berdegup kenceng malam itu.
"serius lo, ketemuan yuk" kata andi
"bener ndi, ngapain gue bohong" kata oliv
"tinggal dimana?" kata andi
"kemayoran ndi, lo" jawab oliv
"Cempaka putih" kata andi
"ooooh, eh ndi, kabar temen lo gimana" tanya oliv, sudah pasti pertanyaannya adalah nanyain gue
"dia tidur" jawab andi, andi ngedipin mata ke gue, gue senyum saja
"tidur? maksudnya, deni kenapa" kata oliv
"iya tidur nih disamping gue" kata andi
"dia lagi dijakarta juga ndi?" kata oliv
"iya, gue lagi dihotel, deni lagi dinas disini" kata andi
"oo, hotel mana?" tanya oliv
"sahid" kata andi
"sahid yang di sudirman?" kata oliv
"yup anda benar" jawab andi,
Cukup lama oliv gak jawab.
"kok gak dijawab jawab ya den" kata andi bingung
"dia tidur, capek kerja bego" kata gue
ANdi kayaknya kecewa, "den gue nginep sini ya, males balik ke kost" kata andi
"yah terserah lo aja" kata gue, gue masih ngebayangin ternyata oliv gak jauh, dia ada disini, kemayoran - sudirman gak jauh, paling lama 20 menit sampe pikir gue, kemayoran luas, kalaupun gue kesana mau cari dimana, lagian tadi andi gak tanya detailnya.
Gue masih rebahan ketika telpon kamar gue bunyi,
"yah halo" kata gue
"maaf pak, dibawah ada tamu bapak ingin bertemu, benar sudah ada janji dengan bapak" kata resepsionis bawah, gue langsng mikir, jangan jangan oliv yang kesini
"siapa ya mbak?" tanya gue
"Ibu Oliv pak" katanya, gue bingung antara seneng dan salah tingkah
"bagaimana pak mau diterima" katanya
"eh maaf mbak, tolong disampein aja nanti saya kebawah" kata gue
"baik pak" lalu panggilan terputus
"siapa den" kata andi
"Oliv ndi" jawab gue
"dia kesini den, serius lo" kata andi
"serius bego" kata gue "mau ikut kebawah gak?" tanya gue
"hmmm, gak usah deh, lo aja, gue capek" kata andi
Gue langsung turun kebawah, kaki gue gemeter ketika keluar dari lift, jantung gue deg degan, gue langsung kearah resepsionis,
Duduk di lobby hotel, perempuan dengan rambut berombak terurai dengan kacamata khasnya menatap gue, dia tersenyum dan langsung berdiri
Gue samperin dia, dia tersenyum lebar.
"hai, liv" kata gue canggung
"hai" jawabnya
"lama nunggunya" kata gue
"gak juga" jawabnya "duduk yuk, pegel" kata oliv
"ohhh iya, sorry" kata gue
"kamu apa kabar den" katanya
"baik, klo kmu liv" jawab gue,
"yah gak pernah sebaik ini" katanya
Sumpah gue bener bener bingung mau ngomong apaan, lidah gue seperi berat buat ngomong, mulut gue seperti gak mau kebuka. Dia juga gitu.
"keluarga gimana liv, masih di jogja" tanya gue
"sehat semua, masih di jogja" jawab oliv "emak sama adek2 sehat den" katanya
"sehat semua, indah sudah kuliah sekarang" kata gue
"ooo,, kamu berapa hari disini" tanya oliv
"4 hari, weekend aku masih disini" jawab gue
"hmm, kamu bener bener berubah den" kata oliv
"berubah gimana" kata gue
"berubah semuanya, lebih dewasa" kata oliv
"oh ya, kamu juga berubah" kata gue "makin cantik" entah kata kata itu keluar dari mulut gue
"kamu bisa aja" katanya, dia tersenyum malu
"kamu sudah makan" kata gue basa basi
"sudah tadi, pas andi kirim pesen aku baru selesai makan, kamu" katanya
"ooh, sudah tadi sama andi" jawab gue, kita kembali diem.
"deni apakabarnya liv" kata gue
"kita sudah gak berhubungan lagi den" kata oliv
"ooo, sorry" kata gue
"gak papa, santai aja, udah lama juga" kata oliv
"emang kenapa? kok bisa, kalian kayaknya cocok" kata gue, muka oliv berubah
"dia gak suka aku kerja disini, kita ribut, terus pisah" kata oliv
"oooo" kata gue
"aku sudah denger kabar oca den, kamu yang kuat ya" kata oliv, gue kaget denger dia bahas oca
"oh ya, kamu tau darimana" tanya gue
"tekhnologi den, anak anak share beritanya di FB" kata oliv
"oooo, iya dia sudah gak ada" kata gue
"jadi kamu sudah bisa milih nih" tiba tiba oliv nanya gitu
"maksudnya" kata gue
"aku tau den, sebelum oca pergi kalian sudah mau nikah" kata oliv
"ooh, iya liv" jawab gue
"kamu sayang banget ya sama dia" kata oliv
"iya liv, dia segalanya" kata gue
"ooo, terus perasaan kamu ke aku gimana sekarang, masih kayak dulu?" kata oliv
"hmmm, gimana ya liv, jujur aku masih sayang sama kamu, sayang yang sama, cuma oca selalu ada buat aku, banyak yang dia korbanin liv" kata gue
"iya den, aku ngerti, mungkin kalo aku diposisi yang sama, aku bakal ngelakuin hal yang sama" kata oliv
gue cerita tentang penyakit oca, penyebab sakitnya oca, apa yang sudah dia lakuakn buat gue, semuanya gue ceritain gak ada yang gue kurangi, oliv nangis denger semua cerita gue, entah berapa banyak tissue yang dia pake.
"Dia sangat kuat ya den" kata oliv ketika gue sudah selesai cerita
"beda banget sama aku, pengorbanan dia buat kamu gak akan bisa aku saingi, aku baru pisah sebentar sama kamu, sudah ada cowok lain" kata oliv matanya bengkak "boro boro mau kayak oca, kamu beruntung bisa punya orang seperti oca den" kata oliv
"yah semua ada jalannya liv" kata gue, gue terdiam, oliv juga terdiam.
"liv, udah malem, kamu gak mau pulang, atau mau nginep disini, dikamar juga ada andi, nanti aku pesen ekstra bed" kata gue
"oh iya den, gak usah aku balik aja, nanti aku main lagi kesini ya, aku masih kangen" kata oliv
"siap, kamu naik apa kesini" kata gue
"taxi" jawabnya
Gue anter dia sampe ke depan, kita nunggu sekitar 5 menit taxi langsung dateng.
"see you tommorow den" kata oliv, dia tersenyum, mata nya membengkak.
"yup, ati ati dijalan liv" kata gue
Lalu dia meluncur pergi.
Entah takdir kanh, atau jodohkan kita masih bisa ketemu disini.
Mungkin karena bosen terus terusan gue acuhin akhirnya dia balik. Gue sengaja ambil cuti kerja, orang kantor mengerti karena percuma gue kerja kalau pikiran gue gak konsentrasi sama kerjaan.
3 hari gue gak bisa diganggu, emak dan adek adek gue juga sepertinya mengerti sama keadaan gue.
Andi datang lagi ke rumah gue,
"bro, gimana lo" kata andi, gue cuekin dia
"lo gak bisa gini terus den, lo harus kuat" kata andi, gue masih diem.
"gue besok sudah mesti balik, gue udah cuti kelamaan" katanya, gue masih saja diem
"lo inget ya den, oca gak akan seneng liat lo kayak gini, lo harus ikhlasin dia, tuhan lebih sayang sama dia" kata andi
"Kalo tuhan sayang, kenapa dia panggil oca cepet banget ndi" tiba tiba gue ngomong
"kalo tuhan sayang, seharusnya dia kasih waktu sedikit lagi buat oca, biar dia bisa bahagia" lanjut gue
"semua sudah ada takdirnya den, lo gak bisa nyalahin tuhan, dosa" kata andi, gue kembali diem, emosi gue bener bener labil saat itu.
"yaudah, gue pamit ya bro, gue balik ke jakarta" kata andi,
"iya, ati ati dijalan ndi, makasih sudah nemenin gue" jawab gue, dia senyum
Hampir sebulan gue bener bener masih belum bisa lepas oca dengan ikhlas, kerjaan gue semuanya berantakan, pola hidup gue kacau banget.
"kamu masih belum bisa lupain oca nak" kata emak, gue cuma geleng
"hmm, kamu harus ikhlasin, biar oca tenang disana" kata emak, gue diem aja
"oca pasti sedih liat kamu gini nak, liat tuh celana sudah kegedean semua" katanya, berat badan gue turun drastis saat itu.
"emak dulu juga kayak kamu nak, waktu Bapakmu meninggal, emak gak tau harus ngapain, emak bingung bagaimana emak bisa hidup tanpa Bapakmu. Untung emak ada kalian, kalian yang selalu buat emak semangat" kata emak.
"Deni juga gak tau mak harus ngapain sekarang, oca gini gara gara deni mak, dia maksain kondisi dia cuma buat deni, sedangkan deni gak pernah kasih apa apa ke dia" kata gue
"kamu salah nak, kamu sudah beri dia kebahagiaan, mamanya cerita sama emak, oca bener bener seneng pas kamu lamar dia, mama oca gak pernah liat oca segembira itu, lalu malem sebelum dia meninggal, dia bilang ke mama nya kalo dia sudah ikhlas untuk dijempur sekarang" kata emak, "sekarang tinggal kamu, kalo kamu gak ikhla kasian oca disana, dia gak akan bisa tenang" kata emak, gue renungi semua ucapan emak, gue akan coba ikhlasin oca.
Ternyata tidak mudah, hampir 4 bulan gue masih sering keinget dia, walau gue sudah bisa kerja seperti biasa, tapi tetep masih ada bayang bayang oca dipikiran gue
Walaupun oca sudah gak ada gue masih sering main ke rumahnya, sekedar silaturahmi, gue juga sudah dianggap anak sendiri sama mereka.
Malah mama oca pernah nyuruh gue untuk sekali sekali tinggal dirumahnya. Tapi gue tolak dengan halus, yang ada gue malah gak bisa lupain oca.
Masuk ke bulan November, gue sudah kembali jadi deni yang biasanya, gue sudah bisa kembali tertawa, seneng seneng sama temen.
Gue dapet dinas ke Jakarta untuk datang ke Head office kami.
Sesampai di Jakarta gue kontak andi,
"bro dimana lo" kata gue ke andi
"gue masih dikantor, masih banyak kerjaan" kata andi
"gue dijakarta bro, tar malem ada kerjaan gak" kata gue
"serius lo, gak adalah, lo nginep dimana, nanti gue kesana" kata gue
"gue di Sahid" jawab gue "oke gue tunggu ya" lanjut gue
Malemnya andi bener bener dateng, gue sudah nunggu di lobby
"lo kapan sampe" katanya
"malem kemaren" kata gue
"berapa hari?" tanya andi
"4 hari" kata gue
"bagus deh, lumayan la" kata gue
"iya sekalian gue pengen weekend disini" kata gue " lo temenin gue ya" lanjut gue
"tenang bro, buat lo waktu gue selalu ada" katanya
"sip, gue laper ndi, cari makan yuk, yang enak" kata gue
"iya gue juga laper, yuk cari makan dulu" kata andi
"pokoknya gue mau makan ditempat yang enak" kata gue
"gampang" katanya
Gue sama andi pergi naik mobil kantor andi
"mau makan apa kita" tanya gue
"makan nasi goreng kambing di daerah kebon sirih aja bro, dijamin enak" kata andi
"gue ikut aja, kalo gak enak awas ya" jawab gue
Andi nyengir nyengir
"eh den, lo gimana sudah bisa lupain oca" kata andi
"kalo lupa sih gak mungkin ndi, yah minimal gue sudah ikhlas dia pergi" kata gue
"ooo bagus deh, gimana sudah dapet gantinya" tanya andi
"halah, gue males cari cari" kata gue
"kalo gue sih yakin lo pasti gampang dapet ganti oca" kata andi, gue cuma tersenym
"lo sudah pernah kontak oliv belum" tiba tiba andi nanyain oliv
"gak tau ndi, lost kontak" kata gue
"lo ada facebook gak sih den" katanya
"gak ada males gue, ribet kerjaan" jawab gue
"buat gih, disalah satu pertemanan gue ada oliv tuh" kata andi
"nantilah kalo sempat" kata gue
"idih gampang bganet bro, gak sampe 5 menit, bikin ya, balik darisini gue temenin bikin, gue bawa laptop" kata andi
"terserah lo aja" kata gue, padahal didalem hati gue, gue penasaran pengen liat oliv.
Sesampai di kebun sirih, gila ditempat makan rame banget, padahal tempatnya biasa dipinggi jalan, tapi yang ngantri kayak apaan aja, tapi sesuai sih, nasi gorengnya emang enak, gak pelit sama kambing, banyak banget.
Setelah makan, kita balik ke hotel, andi ikut kekamar,
"Gila lo, kamar lo gede banget, emang room rate lo berapa sih dikasih kantor" kata andi
"gak tau, gue mah ikut aja, dikasih apa aja hayo, mau dimana aja gak masalah" kata gue
"gila, enak bener lo" kata andi
Lalu dia buka tas dia, dan keluarin laptopnya, setelah koneksi terhubung dia langsung browsing, dan langsung buka facebook.
"nih liat den, nih oliv" katanya sambil menghampiri gue yang lagi rebahan diranjang.
Dia kasih liat ke gue facebooknya oliv, ternyata dia gak banyak berubah, masih seperti oliv yang dulu cuma beda dipotongan rambut, sekarang rambutnya diurai.
"tuh kan dia tambah cantik" kata andi
"yah lumayanlah" jawab gue
"nih gue liat relationshipnya ya" kata andi "Single den" lanjut andi
"terus kenapa?" kata gue
"yah lo, lo dketein lagi gih, buat gantiin oca" kata andi
"nanti lah ndi, gue masih belom bisa" jawab gue
"ih lo den, bego" kata andi, lalu dia kirim pesen ke oliv.
"halloooo buk" ketik andi
cukup lama kita tunggu responnya,
"udahlah ndi, gak usah repot repot nanti juga kalo gue mau gue bisa kok" kata gue, kembali rebahan
"den.. den... liat den, dibales" kata andi, gue semangat langsung bangun, gue baca jawaban oliv
"Lo Andi kan, apa kabar lo" jawabnya
"iya gue andi, baik liv, lo gimana?" ketik andi,
"Gue baik ndi, sekarang dimana lo?" jawab oliv
"di Jakarta, lo dimana, masih di jogja" kata andi
"wuih sama ndi, gue juga di Jakarta, gue kerja disini sekarang setelah selesai kuliah" kata oliv, jantung gue berdegup kenceng malam itu.
"serius lo, ketemuan yuk" kata andi
"bener ndi, ngapain gue bohong" kata oliv
"tinggal dimana?" kata andi
"kemayoran ndi, lo" jawab oliv
"Cempaka putih" kata andi
"ooooh, eh ndi, kabar temen lo gimana" tanya oliv, sudah pasti pertanyaannya adalah nanyain gue
"dia tidur" jawab andi, andi ngedipin mata ke gue, gue senyum saja
"tidur? maksudnya, deni kenapa" kata oliv
"iya tidur nih disamping gue" kata andi
"dia lagi dijakarta juga ndi?" kata oliv
"iya, gue lagi dihotel, deni lagi dinas disini" kata andi
"oo, hotel mana?" tanya oliv
"sahid" kata andi
"sahid yang di sudirman?" kata oliv
"yup anda benar" jawab andi,
Cukup lama oliv gak jawab.
"kok gak dijawab jawab ya den" kata andi bingung
"dia tidur, capek kerja bego" kata gue
ANdi kayaknya kecewa, "den gue nginep sini ya, males balik ke kost" kata andi
"yah terserah lo aja" kata gue, gue masih ngebayangin ternyata oliv gak jauh, dia ada disini, kemayoran - sudirman gak jauh, paling lama 20 menit sampe pikir gue, kemayoran luas, kalaupun gue kesana mau cari dimana, lagian tadi andi gak tanya detailnya.
Gue masih rebahan ketika telpon kamar gue bunyi,
"yah halo" kata gue
"maaf pak, dibawah ada tamu bapak ingin bertemu, benar sudah ada janji dengan bapak" kata resepsionis bawah, gue langsng mikir, jangan jangan oliv yang kesini
"siapa ya mbak?" tanya gue
"Ibu Oliv pak" katanya, gue bingung antara seneng dan salah tingkah
"bagaimana pak mau diterima" katanya
"eh maaf mbak, tolong disampein aja nanti saya kebawah" kata gue
"baik pak" lalu panggilan terputus
"siapa den" kata andi
"Oliv ndi" jawab gue
"dia kesini den, serius lo" kata andi
"serius bego" kata gue "mau ikut kebawah gak?" tanya gue
"hmmm, gak usah deh, lo aja, gue capek" kata andi
Gue langsung turun kebawah, kaki gue gemeter ketika keluar dari lift, jantung gue deg degan, gue langsung kearah resepsionis,
Duduk di lobby hotel, perempuan dengan rambut berombak terurai dengan kacamata khasnya menatap gue, dia tersenyum dan langsung berdiri
Gue samperin dia, dia tersenyum lebar.
"hai, liv" kata gue canggung
"hai" jawabnya
"lama nunggunya" kata gue
"gak juga" jawabnya "duduk yuk, pegel" kata oliv
"ohhh iya, sorry" kata gue
"kamu apa kabar den" katanya
"baik, klo kmu liv" jawab gue,
"yah gak pernah sebaik ini" katanya
Sumpah gue bener bener bingung mau ngomong apaan, lidah gue seperi berat buat ngomong, mulut gue seperti gak mau kebuka. Dia juga gitu.
"keluarga gimana liv, masih di jogja" tanya gue
"sehat semua, masih di jogja" jawab oliv "emak sama adek2 sehat den" katanya
"sehat semua, indah sudah kuliah sekarang" kata gue
"ooo,, kamu berapa hari disini" tanya oliv
"4 hari, weekend aku masih disini" jawab gue
"hmm, kamu bener bener berubah den" kata oliv
"berubah gimana" kata gue
"berubah semuanya, lebih dewasa" kata oliv
"oh ya, kamu juga berubah" kata gue "makin cantik" entah kata kata itu keluar dari mulut gue
"kamu bisa aja" katanya, dia tersenyum malu
"kamu sudah makan" kata gue basa basi
"sudah tadi, pas andi kirim pesen aku baru selesai makan, kamu" katanya
"ooh, sudah tadi sama andi" jawab gue, kita kembali diem.
"deni apakabarnya liv" kata gue
"kita sudah gak berhubungan lagi den" kata oliv
"ooo, sorry" kata gue
"gak papa, santai aja, udah lama juga" kata oliv
"emang kenapa? kok bisa, kalian kayaknya cocok" kata gue, muka oliv berubah
"dia gak suka aku kerja disini, kita ribut, terus pisah" kata oliv
"oooo" kata gue
"aku sudah denger kabar oca den, kamu yang kuat ya" kata oliv, gue kaget denger dia bahas oca
"oh ya, kamu tau darimana" tanya gue
"tekhnologi den, anak anak share beritanya di FB" kata oliv
"oooo, iya dia sudah gak ada" kata gue
"jadi kamu sudah bisa milih nih" tiba tiba oliv nanya gitu
"maksudnya" kata gue
"aku tau den, sebelum oca pergi kalian sudah mau nikah" kata oliv
"ooh, iya liv" jawab gue
"kamu sayang banget ya sama dia" kata oliv
"iya liv, dia segalanya" kata gue
"ooo, terus perasaan kamu ke aku gimana sekarang, masih kayak dulu?" kata oliv
"hmmm, gimana ya liv, jujur aku masih sayang sama kamu, sayang yang sama, cuma oca selalu ada buat aku, banyak yang dia korbanin liv" kata gue
"iya den, aku ngerti, mungkin kalo aku diposisi yang sama, aku bakal ngelakuin hal yang sama" kata oliv
gue cerita tentang penyakit oca, penyebab sakitnya oca, apa yang sudah dia lakuakn buat gue, semuanya gue ceritain gak ada yang gue kurangi, oliv nangis denger semua cerita gue, entah berapa banyak tissue yang dia pake.
"Dia sangat kuat ya den" kata oliv ketika gue sudah selesai cerita
"beda banget sama aku, pengorbanan dia buat kamu gak akan bisa aku saingi, aku baru pisah sebentar sama kamu, sudah ada cowok lain" kata oliv matanya bengkak "boro boro mau kayak oca, kamu beruntung bisa punya orang seperti oca den" kata oliv
"yah semua ada jalannya liv" kata gue, gue terdiam, oliv juga terdiam.
"liv, udah malem, kamu gak mau pulang, atau mau nginep disini, dikamar juga ada andi, nanti aku pesen ekstra bed" kata gue
"oh iya den, gak usah aku balik aja, nanti aku main lagi kesini ya, aku masih kangen" kata oliv
"siap, kamu naik apa kesini" kata gue
"taxi" jawabnya
Gue anter dia sampe ke depan, kita nunggu sekitar 5 menit taxi langsung dateng.
"see you tommorow den" kata oliv, dia tersenyum, mata nya membengkak.
"yup, ati ati dijalan liv" kata gue
Lalu dia meluncur pergi.
Entah takdir kanh, atau jodohkan kita masih bisa ketemu disini.