Dia... Dia... Dia... Sempurna (Reborn) - Part 70

Part 70

Kembali ke acara pernikahan.
"Sah" terdengar satu kata dari penghulu nikah sesaat setelah Deni mengucapkan akad nikah.
Satu kata yang sangat berarti bagi Deni, Oliv dan gue. Satu kalimat yang menandakan bahwa oliv sah menjadi pendampingnya, Satu kata yang berarti dia hanyalah kenangan bagi gue.

Kembali gue mengingat kejadian 2 minggu lalu sebelum gue hadir di Pernikahannya, saat gue masih belum bisa melupakan kejadian di bulan Februari yang merubah semua keinginan gue, saat dimana oliv lebih memilih Deni dibanding gue.
"Pak ada paket buat Bapak" kata OB kantor gue sambil memberikan satu amplop coklat ke gue
"Terima kasih mas" jawab gue lalu menerima paket tersebut.
Gue buka paket tersebut, ada 2 buah undangan didalamnya, undangan pernikahan Hard cover berwarna biru muda, didepannya terdapat embos nama kedua calon pengantin dengan tinta berwarna emas -Oliv & Deni-, jujur saat itu perasaan gue campur aduk, ada sedikit rasa seneng dan ada juga rasa cemburu. "Ini pilihan dia" batin gue didalem hati setiap kali wajah oliv muncul di kepala gue.
Dan satu undangan lagi ditujukan untuk Andi.

Siang harinya gue menerima panggilan telphone, gue liat dilayar hp gue -Oliv-,
"yah halo" angkat gue
"halo den" suaranya terdengar diujung telepon
"ya liv, knapa" jawab gue sebiasa mungkin, padahal didalem hati gue sangat rindu denger suara dia
"kamu sudah terima paket kiriman ku" katanya
"udah liv, satu buatku satu buat andi" kata gue
"kamu dateng ya?" kata oliv
"yah nanti diusahain ya" jawab gue
"pliss den, dateng ya" paksa oliv
"nanti aku atur jadwalnya" kata gue
"kamu ajak emak sama adik2 juga ya" kata oliv
"kalau mereka gak sibuk liv" kata gue
"plis den, aku gak mau berakhir gini den" katanya
"berakhir gimana liv, kan ini keputusan kamu" kata gue
"Yah tapi gak harus gini, walau hubungan kita gak sesuai dengan yang kita harapkan paling tidak kita masih bisa jadi keluarga den" katanya
"iya liv, keluargamu sudah jadi kelurgaku, sudah sejak awal aku kenal kamu" kata gue
Dia diam sejenak, lalu dia kembali bujuk gue untuk datang, lalu dia jelasin perihal rencana pemnjemputan gue sama keluarga nanti di jogja.

Gue langsung telpon emak setelah itu, gue cerita perihal undangan oliv
"gimana mak, kita datang gak" kata gue
"yah terserah kamu, klo saran emak sih datang nak, sekalian silaturahmi.
"Yaudah mak, nanti deni cari tiketnya dulu" kata gue, setelah selesai gue langsung kabari andi perihal undangan oliv
"Lo dateng gak den?" kata andi (gue sudah cerita tentang kejadian oliv lebih milih Deni)
"kayaknya dateng ndi" kata gue
"yakin lo mau dateng, emang lo sudah ikhlas" kata andi
"yakin ndi, insha allah ikhlas ndi, mau gimana lagi ini keputusan dia" kata gue
"Oke, klo lo berangkat gue berangkat, tapi gue ajak siska ya" kata andi
"yah terserah lo" kata gue
setelah lanjut kepercakapan ringan sama andi gue tutup teleponnya.

Februari 2012
Gue lagi di Jakarta, kebetulan ada tugas dari kantor, setelah kasih tau oliv kalo gue lagi dijakarta dia sangat semangat buat ketemu gue. Kita janjian ketemu pas makan malem, "mau makan dimana" tanya gue gak lama setelah dia dateng ke tempat gue nginep
"yang deket deket sini aja yuk, lagi males bawa mobil, macet" katanya, gue setuju aja.
"kamu sudah bicara sama emak?" kta oliv
"sudah" jawab gue singkat
"terus gimana" lanjut oliv
"emak sih gak pernah ada masalah" kata gue
"terus kapan emak mau kerumah" lanjut oliv
"yah secepatnya liv, klo gak bulan 3 ya bulan 4, adik2 belum bisa ditinggal" kata gue
"ooo, sip kalo gitu" katanya
lagi asik makan hp oliv berbunyi, oliv liat siapa yang telephone lalu di reject, lalu bunyi lagi, terus direject lagi,
"siapa?" kata gue
"gak penting" kata oliv
"Deni" tanya gue
Dia ngangguk, "emang dia masih suka nelpon" tanya gue
"sering banget" kata oliv
"kamu angkat" kata gue
"nggak, males" kata oliv
"aku boleh tanya liv" kata gue
"boleh dong" kata oliv
"berapa lama kamu pacaran sama dia" tanya gue
"bisa gak jangan bahas dia" kata oliv
"aku perlu tau liv" tanya gue, dia diem sejenak
"5 Tahun" jawabnya singkat
"sejak kapan" kata gue
"SMA kelas 3" jawab oliv
"terus alesan kalian bubar kenapa" tanya gue
"Yah karena dia gak mau nerima aku kerja disini" kata oliv
"kamu yakin cuma itu, kalian sudah pacaran 5 tahun masa cuma gara gara ini aja sampe putus" tanya gue agak curiga, dia diem aja sambil geleng kepala
"kamu jujur kan liv" kata gue sambil natap matanya, dia natap mata gue, entah kenapa perasaan gue bilang kalo dia belum jujur sama gue.
"iya yank, udah ah jangan bahas dia lagi" kata oliv, dia langsung coba ganti topik, gue cuma diem saat itu.
Entah berapa lama kita sama sama diem, sampai akhirnya oliv ngomong "ok aku akan jujur, tapi kamu gak akan marah kan?" kata oliv,
"kalo kamu masih belum mau cerita juga gak papa" kata gue
"yaudah aku akan jujur, sebenernya kita memang sempat ribut saat dia tau aku akan kerja di jakarta, tapi gak sampe putus" kata oliv
"lalu" lanjut gue,
"yah gitu, aku bener bene kesel sama dia, alesan dia gak mau aku kerja dijakarta karena takut aku kenapa - napa, aku kan sudah dewasa, dia selalu perlakuin aku kayak anak kecil, aku gak suka" kata oliv "aku marah, relationship di fb aku buat single, aku gak angkat -angkat telpon dia" lanjutnya
"terus, putus?" kata gue, dia geleng
"sampe saat itu" katanya, gue natap matanya, dia gak mau natap gue
"sampe kamu ketemu lagi sama aku" tebak gue, dia manggut.
"sampe saat aku ketemu kamu lagi malem itu, aku baru bener bener bisa putusin dia" kata oliv
"kamu jahat banget liv" kata gue
"maafin aku yank" kata oliv
"kamu harusnya minta maaf sama dia, bukan sama aku" jawab gue
"5 tahun kalian pacaran, terus kamu ninggalin dia cuma karena aku" kata gue agak keras
"tapi itu karena aku bener bener sayang sama kamu den" kata oliv
Gue diem aja, gue putusin untuk balik, sepanjang perjalanan kita hanya diem, sampai dikamar gue merenung, apa yang harus gue lakuin gue bener bener merasa bersalah sama dia, gue ambil hp gue, gue sudah ada nomor deni, gue putar nomornya, gak lama diangkat.
"halo" katanya diujung
"halo den, ini gue deni" kata gue, dia diem beberapa saat
"eh ada apa? tanya nya
"lo dimana?" tanya gue
"gue dijakarta" jawab dia
"kata oliv lo masih di jogja" tanya gue
"sudah sebulan ini gue disini" jawabnya
"bagus kalo lo dijakarta, lo ada waktu? gue pengen ngomong penting" kata gue
"bisa kapan?" tanya dia, gue liat jam tangan masih pukul 10 malem
"sekarang bisa, lo bisa ketempat gue, gue nginep di hotel santika" jawab gue, dia menyanggupi.

Sekitar 30 menit gue nunggu dia, dan akhirnya hp gue berdering, gue angkat
"gue sudah di lobi" katanya
"oke, gue turun" kata gue, gue langsung turun dia duduk dilobi, setelah sampai gue jabat tangan dia. stelah basa basi sebentar
"bisa ngomongnya diluar sana" kata gue sambil nunjuk pelataran parkir, dia manggut, kita jalan kearah tersebut.
"ada apa" katanya serius
"gue cuma mau tanya perasaan lo ke oliv" kata gue
"denger ya, sampai kapanpun perasaan gue ke oliv tetep akan sama" katanya rada kenceng
"weeiis, sabar bro, gue cuma nanya baik2" kata gue
"ini semua salah lo, kenapa lo harus muncul sekarang, saat semuanya sudah matang" lanjutnya
"suara lo bisa kecil gak, gue mau ngomong baik baik, klo lo gak bisa diajak ngomong bener mendingan lo balik sono" kata gue, dia agak malu setelah gue ngomong gitu
"sumpah gue gak tau kalo kalian masih berhubungan saat itu, saat gue ketemu dia, dia bilang sudah putus sama lo" kata gue
"Lo gak usah banyak alasan, gue tau lo memang suka dia dari awal lo kenal, lo mau ngerebut dia kan" katanya nyolot
"santai kampret, gak usah bentak bentak" kata gue keras, dia kayak gak terima, alhasil satu pukulan telak gue mendarat dirahangnya, otomatis dia langsung goyang dan terkapar.
"lo yang maksa gue ya" kata gue, "perlu lo tau ya, gue memang sudah lama sayang sama dia, tapi gue gak ada maksud ngerebut dia dari lo" kata gue, dia diem saat itu, entah karena telinga mampu nangkep apa yang gue sampein atau otaknya masih goyang karena pukulan gue.

"gue bener - bener sayang dia" katanya tiba - tiba agak terbata-bata, suaranya terdengar seperti nangis, tapi gue gak bisa pastiin saat itu, kondisi gelap dan dia nunduk.
"plis den, jangan rebut dia, gue bener bener sayang dia" lanjutnya
"gue tau lo cinta pertamanya, dia cerita semua tentang lo, tapi gue gak rela klo dia ninggalin gue" katanya
"dan gue juga tau kalo sebenernya dia juga sayang gue, saat hubungan kita sudah mulai baik, tiba tiba lo muncul" kata dia
"gue gak terima den, gue gak terima lo rebut dia" katanya
"denger den, gue gak ada maksud buat rebut dia, gue bener2 gak tau kalo lo masih berhubungan" kata gue
"Jujur gue juga gak akan lepasin dia ke lo gitu aja den" kata gue
"gue juga sayang sama dia" kata gue
"terus lo maunya gimana, mau duel sama gue, gue siap den, gue rela mati buat dia" katanya
"lo jangan bego den, masih banyak perempuan lain" kata gue
"gak den, buat dia gue rela apa aja, karena dia pantes buat diprejuangin" katanya berdiri.
"udah gak perlu gitu den, gue sudah tau perasaan lo ke dia, tapi gue gak bisa lepasin gitu aja den" kata gue
"Artinya bener kita harus duel disini" katanya dengan langkah yang masih limbung
"gak perlu den, oke gue akan kasih lo kesempatan ngomong ke oliv, dia yang akan nentuin, tapi inget apapun keputusannya lo harus terima" kata gue, dia mikir sebentar
"dia gak bakal milih gue sialan, gue tau dia pasti milih lo" katanya
"gue tau oliv den, dia pasti bisa mutusin yang mana terbaik buat dia" kata gue, dia diem saat itu, seperti sibuk berpikir
"ini kesempatan lo terakhir den, gue gak bisa bantu lebih" kata gue, walau didalam hati gue sebenernya sakit.
Dia diem sebentar, lalu dia setuju dengan saran gue
"oke kalo lo setuju, besok gue minta oliv kesini jam 7 malem" kata gue
"oke" katanya lalu dia pergi.

Besoknya gue janjian sama oliv buat ketemu jam 7, dia gak tau kalo gue ngajak deni.
Jam 7 kurang dia sudah di lobi hotel, gue ajak dia keluar cari tempat makan enak yang memang gue sudah tentuin.
Setelah sampe dia langsung pesen makan
"aku laper banget" katanya
"liv, ada yang mau ketemu kamu" kata gue
"plis, lo jangan marah, dan lo harus temui" lanjut gue, oliv tampak bingung ketika deni sudah berdiri disamping dia
"lo ngapain kesini" kata oliv
"denger liv, aku yang minta dia kesini, aku sudah denger semua cerita dia, jujur aku gak bisa lanjutin hubungan kita kalo kamu gak selesain dulu masalah kamu sama dia" kata gue
"oke den, lo duduk disini" tunjuk gue ke kursi kosong disamping gue, dia duduk, dia natap oliv, oliv gak mau natap dia
"oke, silakan kalian bicara, aku tunggu disana" katanya sambil nunjuk satu pojokan, sepertinya oliv gak setuju sama ide gue, dia ngeliatin gue, gue cuma senyum.

Entah apa yang mereka bicarakan, gue cuma bisa liat dari kejauhan, kebanyakan deni yang bicara, gue liat beberapa kali oliv senyum, ada rasa kekhawatiran dalam hati gue, gue takut kalo oliv lebih milih deni dibanding gue, tapi itu sudah keputusan gue, apapun yang diputuskan oliv gue harus terima. Dari pembicaraan gue ke deni malam sebelumnya gue tau dia bener bener sayang oliv, lalu entah kenapa beberapa bulan ini gue merasa ada yang beda dengan oliv, oliv gak seperti oliv yang dulu gue pertama kenal. atau mungkin beberapa bulan ini oliv juga belum bisa lupain deni jadi sikap dia ada yang berubah.
Masih dari pojokan gue liat Deni megang tangan oliv, gue juga liat oliv merespon gerakan itu, mereka sudah tertawa bareng, deni ngeliat kearah gue, pertanda mereka sudah selesai. gue berjalan ke arah mereka.
"jadi kamu sudah mutusin liv" tanya gue sambil natap matanya, dia menunduk, entah apa sebabnya dia menangis, gue sudah tau jawabannya, dia nangis tersedu-sedu sampai gak sanggup ngomong.
Gue ngeliat deni, dia tersenyum
"makasih ya den, lo sudah kasih gue kesempatan" katanya, gue cuma bales senyum singkat
Entah kenapa, walaupun jujur gue ikhlas tapi nafas gue bener bener sesak, kaki gue bergetar.
"maafin aku yank" katanya
"gak perlu liv, selama beberapa bulan ini aku juga merasa kamu beda liv, setelah denger cerita deni semalem aku sadar kalo kamu gak sesayang dulu ke aku" kata gue, dia nunduk.
"yaudah, kalian lanjutin disini, aku mau balik ke hotel" kata gue singkat, tanpa denger apapun dari mereka gue langsung pergi. Sesampai di hotel gue liat hp ada beberapa kali misscall, dan ada beberapa sms, gue sempet liat satu sms
"Yank, angkat" isi sms oliv
Gue gak mau baca, ada rasa benci ke oliv, tapi ini kan salah gue, kenapa gue kasih waktu ke deni.

Sampai seminggu kemudian gue kembali buka inbox hp gue, ada beberapa pesen dari temen kerja, dan ada mungkin 40sms dari oliv, gue coba buka satu persatu isinya cuma
"angkat plis" atau "maafin aku" atau "plis maafin aku" sampai pada sms terkahir yang beda, kata katanya panjang.
"Mungkin ini pesen terakhirku ke kamu, gak bosen aku mau minta maaf ke kamu, aku bener bener egois maafin aku, kamu datang saat aku sedang labil, kamu datang dengan membawa kembali kenangan kenangan kita, kamu membuatku buta, buta akan kasih sayang yang selama ini aku terima dari dia, maafin aku den. Jujur aku sayang sama kamu, dan kamu juga tau sebesar apa sayangku ke kamu, sayangku ke kamu lebih besar dari sayangku ke dia, tapi aku gak bisa sia siain seseorang yang jauh lebih sayang sama aku, 5 tahun kami pacaran mungkin hanya tahun terakhir yang aku jalani sama dia tanpa ngebayangin dia adalah kamu, dan dia tau itu, dan dia nerima itu. Maaf aku gak bisa milih kamu, selamanya aku akan sayang kamu"
Gue baca pesennya beberapa kali, akhirnya gue tekan tombol panggil
gak lama diangkat
"akhirnya kamu mau ngomong sama aku" kata oliv
"maafin aku ya yank" katanya
"gak perlu liv, aku yang salah" kata gue
"gak yank, aku yang salah, dari awal aku yang salah, aku gak bisa pegang janji aku ke kamu 2 kali malah, mungkin kalau aku gak buka hati aku ke orang lain kejadiannya gak kayak gini" katanya
"sudah liv, semua tuhan yang tentuin, manusia hanya bisa berencana" kata gue
"aku bener bener bersyukur bisa kenal sama kamu, sama kamu aku bisa tau artinya sayang, sama kamu aku bisa tau artinya pengorbanan" kata oliv
"aku juga liv" kata gue
"aku akan tetep sayang kamu yank" kata oliv "Kamu?" tanyanya
"aku tetep pegang janjiku sama kamu dibandara saat kamu mau pindah, aku akan selalu sayang kamu, apapun yang terjadi" kata gue, dia diem, terdengar isak dari ujung telepon.
"udah kamu gak usah nangis, kamu pantes dapat yang lebih baik dari aku" kata gue
"makasih ya yank, makasih sudah ngisi hidupku" katanya masih terbata - bata
"aku juga makasih ya" kata gue

Kembali ke Juni 2012
Ketika kita antri untuk mengucapkan selamat, gue berbaris dibelakang emak dan adik adik gue dibelakang gue diikuti oleh andi dan siska.
Emak bersalaman sama orang tua oliv, ketika gue menjabat tangan papa oliv dia meluk gue dengan erat
"kamu hebat nak, papa bangga sama kamu" bisiknya ditelinga gue (papa oliv gak mau dipanggil om lagi, walau gue gagal jadi menantunya, tapi dia sudah nganggep gue anak sendiri)
"terima kasih pa" kata gue
"Den, kamu cepet nyusul ya" kata mama oliv
"do'ain ma" kata gue, dia tersenyum
Pas gue bersalaman sama deni dia meluk gue
"Makasih den, atas semua pengormanan lo" katanya
"lo pantes dapet oliv" kata gue "dan sorry" lanjut gue sambil nunjuk ke arah rahang dia tersenyum
Ketika gue ke tempat oliv, dia langsung meluk gue, air matanya sudah gak bisa ditahan, dibener bener tersedu sedu, gak bisa ngomong.
"Sudah jangan nangis, tar make upnya luntur, jelek fotonya" kata, dia coba senyum, sambil mukul tangan gue

Setelah resepsi, sesuai janji, gue ajak adik gue jalan jalan.
Entah kenapa setelah ini hati gue bukan sedih tapi sangat lega, seperti ada beban berat di pundah gue yang lepas, sambil jalan gue pandangi cincin pemberian oliv, sesuai janji gue, gue gak akan lepas.



Untuk part berikutnya, ada sedikit kejutan, karena yang cerita bukan ane. heheheee..