CHAPTER 5
Maya masih duduk, tertunduk di antara kedua tangannya di tepi jalan Mahendr*ta. Gue hanya diam memandanginya iba, hpnya retak2 kalo gk salah itu sumsang type apa gt lupa
Tiba-tiba ia mengangkat kepalanya memandang ke samping, mungkin dia gak mau wajah sendu dan ait matanya terlihat gue, tapi keliatan, sembab gt. Ni anak kenapa, bathin gue. Namun gue gak berani menanyakan lebih.
"Ayo, beli makan." Ucapnya parau.
Lalu ia berdiri. Ngeloyor. Lalu duduk di jok belakang, padahal gue belum naek. "hp lo?" Mau gak mau gue tanya.
"cepet! Gue laper!" Jawabnya gak nyambung, namun menjelaskan dia gak perduli dengan tu hp, ancur gan, kalo sekang pasti gue pungut.
Dulu gue gak demen ama tu hp, masi pake dan cinta Blackberty. (saking cinta pengen gue jadiin istri tu HP )
Skip. Karna kebanyakan diem pada saat itu.
Gue dan maya memutuskan untuk makan nasi tempong di daerah Teuku um*r. Sekilas tetang nasi tempong, nasi tempong ni sebenernya hampir mirip lalapan cuma di sajikan berbeda, setau gue asal muasalnya dari Banyuwangi, yg membuat makanan ini unik sambalnya pedas banget menurut lidah gue, itu mengapa namanya nasi tempong (tempong sejenis tampol/nendang sambelnya gitu), pilihan lauknya dari ayam, lele, bebek, ikan asin (sendal jepit, kamper, kapur barus, gigi buaya, Ngamplong ngoahahaha).
Maya masih terdiam, ia memesan tempong ayam. Dari tadi hanya mengaduk aduk makanannya, berpaku tangan, memandang langit-langit. Kadang bodohnya gue, ikut memandang langit2, takut ada cicak iseng terjun payung
"makan dong, di lalernya di kerubungi nasi tuh(kebalik gak apa2)." Ujar gue, memecah lamunannya, sekalian melawak garing, asli gak ketawa dia.
Maya "...."
"ntar lo sakit?" Modus garing.
Dia masih terdiam, kemudian mulai menyendok makanannya. Sampai sekitar beberapa suapan, lalu berhenti, membalikan posisi sendok dan garpu ke posisi terbalik, tanda makan sudah selesai, mungkin hanya 3-4 suapan. Mungkin beban pikiran mengalahkan rasa lapar. Lalu mengeluarkan bungkus rokok dari tasnya. Ini yang gue pengen banget ngakak. Rokonya tau apa!? Djar*m sup*r gan, what! Selama gue hidup di dunia gue gak pernah liat cewe ngeroko merk itu. Dia mulai menyulut, dan mulai menghisap dan mengembuskan kembali, sepertinya sudah mulai tenang ketika hisapan ke 5nya.
Mungkin.
"nongkrong kuta yuk?" Akhirnya ucapan keluar di bibirnya yang penuh asap, lebih mirip makan biang es
"serius?" Tanya gue balik.
"yo." Jawabnya menegaskan, ngeloyor ke kasir, eh, ko gue di bayarin, jadi.. Enaklah kalo gt haha. Enggak lah gue ni laki-laki, gue gak mau kebiasaan, karena kelak gue akan bertanggung jawab untuk menafkahi anak istri. Petuah gue gak kepake, udah di bayarin.
Skip
Sepanjang perjalanan ke kuta maya hanya diam. Gatau ya gue seakan takut untuk ngajak dia berbicara saat itu, terlalu tertutup sampek gak ada celah untuk memulai percakapan (TS grogian pada saat itu, ampek sekarang malah
Setibanya di kuta, kita langsung menuju pantai, di sana kita duduk2 lapak2 berpayung yang menjual minuman ringan Sampe berat (es balok!), yang pernah mampir ke pantai fenomenal ini pasti ngerti gimana keadaannya. Gue duduk di kursi plastik, sambil memandangi pemandangan haram tapi harum, ya bner banget, cewe bule lengkap dengan bikininya (di jamin fantasi reader kemana-mana dah ). Karena emang bertebaran banget, gak ada abisnya dah.
Maya terlihat bersinar saat kulit putihnya di terpa matahari. Dia memesan sebotol Bint*ng kecil (di langit yang biru), dan memesankan juga satu untuk gue. Kali ini gue bayar di muka takut keduluan lg. Padah gapapa haha.
"gue aneh ya?" Pertanyaan mulai keluar dari bibirnya. "aneh kenapa? Gak lah biasa aja (dikit sih)."
"...."
"kayak nya beban lo berat ya?" Tanya gue memberanikan diri.
"hmmmm.. Ya gitu deh." Jawabnya singkat, sangat menjelaskan kalo dia enggan bercerita tentang masalahnya.
"... Lo harus tau, sebesar apapun masalah lo, lo harus yakin tuhan lebih besar dari masalah yang sedang lo hadepin." Ucap gue menyemangatinya, dosa banget gue bawa2 tuhan tapi tangan menggenggam botol b*r haha.
Maya hanya memandang gue dan tersenyum teduh.
"main aer yok!?" Ujarnya semangat. Kayanya kata2 gue bekerja di pikirannya. Mungkin. "males ah, bawa ganti gue!"
"udah ayook!!" Ajaknya seperempat memaksa. Dan menarik tangan gue
Kami pun bercanda di pinggiran pantai sesekali menyentuh air laut. Maya aneh kek tak pernah lihat laut dia bah