CHAPTER 10
Kembali hening..
Terdengar isak tangis dari arah dapur kos. Gue penasaran (sungguh mati aku jadi penasaran sampai matipun akan kuperjuangkaaaann. :hamer: ). Gak, ini gue lagi serius. Gue mengendap-endap dan mengintip dapur yg tertutup pintu sliding. Pintu terbuka, gue tercengang nyaris lompat.
"lo ngapain?" Tanya olive menyelidik.
"eh itu.. Ehh. Oh gue mau ambil minum haus banget." "oh, ydh lo duduk aja, gue ambilin."
"eh gak usah biar gue sendiri, lo duduk aja gih, kesian gue liat lo bulak balik terus." Dia menyiritkan dahi. "oh oke, gelasnya di lemari gantung sebelah kanan ya." "sip!"
Gue berjalan tergesa-gesa, karena sport jantung ketahuan nguping, tanpa sengaja menyenggol bahunya. Olive terhuyung-huyung dan kehilangan keseimbangan, dan gue reflex karena berada di dekatnya, meraih tubuhnya. (reader taukan posisi orang modus di senetron2) olive membelalakkan matanya karena terkejut, sambil melingkarkan tangannya di leher gue, nafasnya memburu (ane juga gan kebayangkan kalo jatoh terus patah lagi?). Kita terdiam untuk beberapa saat.
Dan.
Olive mengencangkan pelukannya, menarik leher gue dengan pelukannya. Dan mendekatkan wajah gue ke wajahnya.
Bibir gue tersentuh oleh kehangatan bibir olive.
Sampai beberapa detik. Dia melepaskan, dan tersenyum manis lalu memandang mata gue dengan pandangan teduh. (gue ngerasa lumer pada saat itu)
Seperti tak ingin berakhir. Ia memejamkan mata dan menarik leher gue lagi.. Dan..
"uk!" (cegukan gue gan ) kan belum minum lupa. Olive membuka mata, dan tertawa geli.
"minum dulu gih." Ujarnya.
"uk..!" Cegukan lagi. Gue mengangguk, mampet banget antara tenggorokan ame perut. Bergegas gue minum satu gelas air putih, ahh.. Sepertinya cegukan langsung hilang terbawa air putih yang masuk ke lambung gue.
Gue liat olive masih cekikikan.
Duh, gue melewatkan moment berharga gara2 cegukan. Sial. Bathin gue. Gue kembali ke sofa setelah si cegukan hilang. Suasana berubah kikuk. "jalan yu?" Ujarnya. Seakan membuka jalan dari kekikukan ini.
"eh? Kemana?"
"ke lapangan ren*n, pagi2 gini udaranya enak disana." "hmm.. Boleh, tapi gue mandi besar dulu ya!?" Kata gue ngasal. "eh emang lo gue apain?"
"becanda, gue ganti baju dulu." Olive mengangguk dan tersenyum. "jangan lama ya!?" Pintanya.
"ok!" Jawab gue sambil ngabur. D kamar gue.
Gue senyum2 sendiri. Ko bisa ya secepet ini dia cium gue? Daku salah apa?
Kalo gak cegukan tadi, gue pasti gak akan minum dulu, biar bekas ciumannya gak ilang
Gue kembali ke kamar maya. Gue tercengang, olive menggunakan sweater sport warna hitam dan celana pendek motif simba (macan), dengan rambut di gelung ke atas. 2 kata untuk olive, sporty dan imut.
"mau lari non?" Goda gue.
"iya bang " balesnya sok genit.
"lari2 di pikiran abang boleh ??" Tambahnya, sambil mengedipkan mata. Gue "haishhh.. Apaan si liv"
"yok?" Ajaknya.
Akhirnya kitapun melunjur ke lapangan ren*n. Sekilas tentang lapangan renon, menurut gue inilah paru-paru kota denpasar, udara sejuk karena banyak pepohonan rindang.
Merupakan alun-alunnya denpasar, rata2 orang datang ke tempat ini untuk berolah raga, lari, maen bola, voli, ada juga yang sekedar nongkrong, pacaran, poto2, mojok dll. Kalo minggu pagi begini pasti ramai, ramai juga penjual jajanan dsb.
Setibanya di lapangan ren*n. Gue langsung membantu olive, memapahnya, lalu duduk di atas motor gue. Pandangannya berkeliling, sambil senyum2 sendiri. Keknya damai banget liat mukanya. Walaupun agak sembap. Gue baru inget, dia tadi nangis di dapur, kenapa ya? Bathin gue.
�udaranya enak banget ya? Seandainya aja udara selalu sejuk seperti ini, pasti dunia damai? Gak ada yang teriak2 di jalan karena panas macet, gak ada yang ribut2 di pasar
karena kepanasan sedek2an, gada balita nangis juga karena kepanasan ) duh gue ngomong apa sih?� katanya ngomong sendiri.
Gue hanya memandanginya.
�makasih ya lang. Lo dah nyelamatin gue waktu kemaren kecelakaan. Karena berapa kali pun gue ucapkan terimakasih itu gak akan cukup untuk balas ketulusan lo waktu itu.� Sambungnya.
�Tuhan yang menolong lo, melalui gue, lo harus berterima kasih, ama Tuhan � ujar gue. Ponsel olive berdering lagi.
�ya may!?� sapanya kepada si penelpon. Oh. Maya. Bathin gue.
�di lapangan ren*n gue, iya ama gilang.. Oh yauda kesini aja� �bye!� katanya mengakhiri telepon.
�maya mau kesini katanya. Ada yg mau di bahas ama gue penting.� Jelasnya ke gue. �lo berantem ama maya..?�
�ya biasa, ngambek2an cewek.� �ohh..�
Setelah 30 menit berbincang, bidadari kardus tiba (dengan iringan musik orkestra dan penyanyi seriosa, ngamplong). Ni orang gak bisa atau gak punya pakaian sopan sih? Celana selutut sih, tapi kaos ngatung udel masuk angin .
Ini kejadian lucu, ada cowo ngeliatin maya lekat, sampe nabrak gerobak siomay, orang tu gendut banget, gerobak siomay segede itu roboh . Semua orang yg melihat terpingkal- pingkal di buatnya, termasuk gue dan olive, maya malah bengong2.
�apaan sih?� kata maya penasaran.
�gara2 lo tu may.� Kata olive. Masih terpingkal. Gue masi ngakak.
�apasih � maya masi penasaran.
�cowo itu nabrak grobak siomay gara2 Mandangin lo!� jawab gue. �emang gue kenapa �
�balik yu?� ujarnya ke Olive. �yu.�
�yah, terus gue?� tanya gue.
�ya ayok balik bareng gue bawa minuman enak!� ujarnya tersenyum penuh arti.� Olive cuman senyum2.
Gue bingung.
Dan kami bertiga pun balik ke kos. Dengan olive tetap berboncengan dengan gue. Maya dengan motornya sendiri, sempet bingung tadi di parkiran, hampir salah motor lagi, dia si, pikun di ciptain sendiri.
Skip!
Sesampainya di kosan. Gue langsung menuju kamar maya, sambil membantu olive berjalan. Sampai kamar.
�Taraaaaaa... � teriaknya dengan semangat sambil memegang sebotol minuman. �yee.. Kita seneng2 malem ini,� timpal Olive.