Hey Gadis Horror (I Love You) - Part 23

CHAPTER 23 


"gue gak mau balik kost, kita ke toilet!" Kata gue (kok gue jadi gini sih ) "toilet?" Tanyanya keheranan.
"gue lg pengen banget liv, lo mengertikan?" "sabar gilaaang, cari hotel paling deket deh!"
"enggak gue mau sekarang" buset gue garang banget waktu itu. Kenapa gue gak tau. "sssttt.. Yuk" olive menarik tangan gue.
Ternyata gak ke toilet. Dia membawa gue turun. "gue yg bawa motor key!?" Katanya.
"terserah deh" jawab gue singkat.

Olive membawa gue masuk ke gang kecil, lalu menemukan tempat seperti kosan, tapi mewah, gue liat dia berbicara dengan satpam, lalu kembali memegang kunci kamar, sambil tersenyum genit. Gue menyeringai.

"cepetan, kamar mana?" Kata gue

"iya sabar!" Ucapnya sambil membuka pintu kamar. Gue gak basi basa waktu itu. Langsung ke intinya. Dan..
... "lagi liv" pinta gue.

... "lagi" pinta gue..

... "lagi??" Kata olive kali ini

Gue gak menjawab. Langsung bergerak.


...

(buakakak serius amat gan)

Kecupan hangat membangun kan gue. Itu olive, gue tidur dengannya akh! Saat itu wajah maya terasa besar di hadapan gue. Rasa bersalah dan menghianati orang yang gue sayang.

Bunyi telp. Maya. Mati gue.

Gue reject, gue nonaktifkan hp gue. "balik yu liv!" Kata gue.
...

"yuk"

Di perjalan gue terus merasa bersalah, maya setia ama gue, tapi gue gak tau sih, cuma gue yakin dia setia, kecuali ama cewek mungkin, dan gue gak masalah.

Sesampainya di kos.

Maya ada di kursi depan kosnya.

Darah panas langsung mengalir ke kepala gue, memenuhi otak gue. Olive juga terkejut, entah terkejut apa. Maya membelalakkan mata! Memandang sinis kita. Lalu menyusul gue ke parkiran motor.

"liv.. Gue ada urusan sebentar ama gilang," katanya tajam. "oh. Oke may, gue ke kamar lo" jawabnya singkat.
Lalu pergi.

"gue mau bicara!" Katanya makin tajam.


"yaudah ke kamar gue!" Jawab gue kalut. Di kamar.
"dari mana lo!?" Tanya maya.

"gue da.. Dar. Dari" gagap gue saat itu "lo jawab dari MANA!!!???" pekiknya. "gue..
PLAK tamparan mendarat telak di pipi gue.

Bukan sakit pipi gue, tapi hati gue lebih sakit. Maya terduduk dan menangis.

"may" gue coba menenangkan dia.

"jangan sentuh gue!! Jangan pernah!!" Menepis dan mendorong gue, melempar gue dengan sepatu dan melempar apa saja yang ada di dekatnya.

"oke2 hei sebentar maya, may.." Gue memegang tangannya. Dia masih coba berontak dan akhirnya mengalah di pelukan gue. Gak ada kata2 sedikitpun keluar dari mulut gue. Mulut gue seakan berat walaupun mengucapkan 1 kalimat.

"lo berdua jadiankan?" Tiba2 Olive di depan pintu. "kok lo berdua tega ama gue." Lalu terduduk kaku di lantai dan menangis. Maya melepaskan pelukannya. Lalu menghampiri olive dan memeluknya, sendu, mereka berdua menangis si depan kamar gue, gue mundur beberapa langkah sampai tembok di belakang menyentuh tubuh gue. Tanpa terasa gue meneteskan air mata.

"ini sebabnya gue benci laki2" kata maya!
"dan sekarang gue juga membenci wanita!" Katanya lagi, "lo berdua selingkuh! Kalian berdua udah menyakiti gue! Gue tuh sayang ama lo berdua, tapi lo berdua jahat ama gue!!! Gue salah apa sih!?" Pekiknya. Beberapa tetangga kos hanya melihat2.


"jadi bener lo berdua jadian?" Ucap olive. "iya!" Gue jawab.
"maya ko jahat ama gue!!" Pekik olive.

Kepala gue mau pecah rasanya. Bagaimana menyelesaikan masalah sehoror ini. Gue terus berfikir.

"gue sayang maya, liv" kata gue angkat bicara. "maaf kita backstreet dari lo, tapi ini semua demi kebaikan lo juga, liv" sambung gue.

Olive tersenyum pahit. Maya "......
"gue mau bicara ama lo may, yuk turun" kata olive lalu mereka berdua pergi ke kamar maya.

Semoga gue gak salah dalam berbicara, gue berdoa semoga mereka bner2 bisa berubah. Maya lesb* tulen, sedangkan olive b-s*x namun cenderung lebih menyukai dan menikmati dengan wanita lainnya itulah perbedaan mereka.
Sampai beberapa saat maya kembali. Lalu duduk di samping gue. "maafin gue yank." Kata maya.
"gue cemburu buta."

Gue gak ngerti apa yang di omongin mereka berdua.

"dia udah mengikhlaskan kita berdua, dia bilang kamu tadi pagi cuma mengantarnya beli sarapan." Katanya.

Di sini gue lumer, gue salut sama sikap dewasa bangetnya olive, dia menutupi kesalahan gue, padahal gue tau dia sayang maya, dan juga menyukai gue. Mungkin. Dia rela melepaskan kita berdua, dan mengubur perasaannya, dan gue yakin itu sakit banget.
Olive, maafin gue ya.