Tadinya gua pikir setelah kejadian waktu istirahat semua permasalahan
selesai tapi ternyata masalah baru datang, saat jam pelajaran terakhir gua
menerima sebuah SMS dari nomor asing.








Setelah bel
pulang berbunyi biasanya gua menunggu Kanza di depan kelasnya atau di tempat
parkir, tapi kali ini gua jalan kaki ke warung belakang sekolah tempat
tongkrongan anak kelas XII. Gua hanya sendiri, dari kejauhan gua lihat ada
sekitar 6 orang yang sedang duduk sambil merokok. 5 anak kelas XII dan satu
orang anak XI yaitu BIMO.
“Wah punya
nyali juga dia” Kata salah seorang dari mereka
“Tadi yang SMS
siapa ?” Tanya gua saat sampai di dekat warung
“Gua” Kata
Jaka, dia berdiri dan menghampiri gua. Badannya kekar dan sedikit lebih tinggi
Cuma bedanya penampilan dia seperti preman. Sepertinya Bimo ngadu dengan
anak kelas XII soal kejadian tadi istirahat.
“Ada apa ?”
“Mau jadi
jagoan lo ?” Tanya Jaka yang sudah berdiri di depan gua
“………..” Gua
hanya diam
BUGH… sebuah pukulan keras mengenai perut dan membuat badan gua sedikit
menunduk sambil kedua tangan memegangi perut, UHHhhh… gua meringis, Bimo dan
satu orang temannya datang lalu membekuk kedua tangan gua sampai gua engga bisa
bergerak.
“T*AI… KALO GUA TANYA JAWAB !” kata Jaka
yang berteriak di depan wajah gua
“……………” gua
diam lalu menundukan kepala
“…………..” Gua masih diam lalu perlahan mengangkat kepala dan menatapnya “SUKA-SUKA” kata gua dan langsung
membuat emosinya semakin meluap.
BUGH… BUGH…
BUGH… BUGH… dia melakukan
combo hits dengan memukul wajah gua
dengan tangannya bertubi-tubi, lalu menendang perut gua dengan lutunya beberapa
kali setelah itu Bimo dan temannya melepaskan tangan gua dan Jaka mengambil
ancang-ancang.
NGINGGG…. Sebuah tendangan keras tempat mengenai
telinga kiri dan membuat gua ambrung
ke kanan.
“………..” gua
diam sejenak sampai telinga gua bisa kembali mendengar dengan jelas
“Mampus lo”
“Lo emang
banci lawan kaya gini aja kalah”
“Ia lo malu-maluin
aja”
“Eh, Itu bocah
pingsan apa modar ?”
“Mati kali”
“Wah gawat BOS
kita buang aja yu mayatnya”
“Apanya yang
modar, tuh dia gerak”
samar-samar terdengar obrolan mereka, perlahan gua coba bangun sambil
melihat seragam yang berantakan dengan beberapa kancing yang copot dan tetesan
darah yang mengenai seragam. Engga merasa puas melihat gua masih berdiri Bimo
dan temannya mendekat dengan Jaka yang sedang mencari-cari sesuatu di dekat
warung.
Satu temannya coba memegang tangan kiri gua, tapi sebelum kembali
dibekuk gua menendang keras paha kirinya dengan kaki kanan hingga dia dia jatuh
kesakitan.
BUGH.. sebuah pukulan di punggung, dengan cepat
gua berbalik badan dan menangkis pukulan
Bimo dengan tangan kanan. Dia masih menyerang gua dengan cara tadi tapi gua
langsung cengkram erat pergelangan tangan kanannya dengan tangan kiri sambil
mundur satu langkah hingga dia sedikit menunduk lalu gua tekuk kaki kanan dan
dengan kuat gua angkat sampai lutut gua mengenai wajahnya lalu siku kanan
memukul punggungnya hingga jatuh.
BRAK… Jaka Menghantam kepala gua dengan sebuah
bambu dari samping, BRAK… gua coba menangkis dengan tangan kiri, BRAK BRAK BRAK BRAK.. dia terus menerus
melakukan serangan di titik yang sama sampai bambu itu terlihat sedikit
remuk dan tangan kiri gua bercucuran darah.
“TEKTOK TA*I” kata Jaka sambil mengayunkan
Bambu yang sedikit remuk menyamping
Tapi sebelum
mengenai badan tangan kiri gua menangkap bambu itu dan menangkat kaki kanan
tinggi-tinggi hingga mengenai kepalanya sampai dia kesakitan dan melepaskan
bambu itu, gua lempar bambu itu jauh-jauh lalu mendekati Jaka dan cengkram
lehernya, gua menendang perutnya dengan lutut berkali-kali hingga dia
tersungkur di tanah. Gua masih belum puas, kali ini gua duduk di atas perutnya
dangan kedua kaki menginjak tangannya lalu memukul wajahnya berkali-kali.
Gua beruntung karena 3 orang temannya hanya menonton jadi Cuma melawan 3
orang, seandainya 3 orang itu turun mungkin gua bisa mati konyol. Setelah puas
membuat bibirnya pecah, hidung patah dengan mata yang terlihat sipit sebelah
dengan darah segar yang menghiasi wajahnya, Lalu gua menarik tangan kanannya
agar Jaka duduk, dia terlihat sangat lemas dengan tangan kiri menahan tubuhnya
agar tidak jatuh.
Gua dekati wajahnya lalu menjilat tangan kanan yang berlumuran darah
seperti menjilat ice cream, “Gua salah apa ?” gua coba mengajaknya berbicara
“……..” dia
hanya diam
“JAWAB !” gua
berteriak di wajahnya
“Lo bikin
temen gua babak belur”
“Lo tau gak
masalahnya apa ”
“………….” Dia
hanya diam
gua bangkit lalu menyeret Bimo sampai di depan Jaka “DIA” gua menunjuk Bimo “Dia ngambil
barang berharga cewe gua, terus dia mau balikin kalo cewe gua mau cium dia”
“………..” Jaka
hanya diam terlihat kebingungan
“Bimo ngajak
gua duel terus yang menang baru boleh ambil bukunya” gua coba menjelaskan
“Jadi bukan lo
yang nantangin Bimo ?”
“Tanya
langsung sama orangnya”
“Bener Bim, lo
yang gangguin cewe dia ?”
“I.. ia Bang,
tadi gua Cuma ngarang”
“TA*I.. lo ngadu domba gua” Kata Jaka protes “Sorry Bob, tadi gua engga
tau kalo masalahnya kaya gitu”
SsshhhHHHHhhhaaa… gua tarik napas panjang lalu
menghembuskannya setelah itu berdiri menatap
Jaka, Bimo dan beberapa orang yang menonton di samping warung.
“Gua bukan mau jadi jagoan, gua juga gak pake tektok. Liat kan gua babak
belur” kata gua sambil menjulurkan tangan membantu Jaka berdiri
“Sorry, gua
salah paham tadi” Kata Jaka setelah berdiri dengan tangan yang terus memegangi
hidungnya
“Yaudah lupain
aja, gua balik dulu”
Gua ambil tas yang tergeletak di tanah lalu mengeluarkan sweater hitam
yang memang gua pakai hanya untuk di jalan pulang pergi sekolah. Setelah
melihat luka di tangan tertutup sweater gua melangkah meninggalkan mereka.
“BOB…” Panggil
Jaka lalu gua berhenti dan sedikit memutar kepala menolehnya di belakang
“APA ?”
“Kepala lo
berdarah”
“Engga apa-apa
Cuma luka ringan”
Lalu gua lanjut berjalan meninggalkan mereka sambil menutup kepala dengan
kupluk sweater dan berhenti di warung yang ada di dekat gerbang sekolah membeli
air mineral karena tenggorokan gua terasa kering dan menggunakan sisanya untuk
mencuci muka.
Aku Kau dan sabun Part 17