“Kenapa Bob ?” Tanya Kanza yang baru datang “Eh engga ada apa-apa kok”
“bohong, De
kamu digangguin kakak yang ini ya ?” Tanya Kanza sambil menunjuk gua
“Tadi ada yang gangguin aku kak, terus kakak yang ini nolongin aku” Kata
peserta MOS memberikan penjelasan
“Owh syukur deh, kirain kak Bobi yang gangguin biar Kaka cincang dia
kalo nakal” “Engga kok kak
”

“……………..” Gua
hanya diam, apa yang dia ucapkannya itu benar walau pun diwaktu yang berbeda.

3 Tahun Lalu

Gua dan Darno
sedang duduk-duduk di dekat lapangan engga jauh dari panitia yang sedang

menghukum
peserta MOS

“Kenapa kamu
engga bawa papan nama ?” Kata Rahel salah satu panitia MOS

“Maaf ka, tadi
ketinggalan di angkot”

“Basi, sekarang
kamu jalan jongkok keliling lapangan upacaran 5 putaran”

“Tapi ka”

“Engga ada
kata tapi-tapian BURU JALAN !”

“Iya ka”
Rahel dipanggil panitia lain
sedangkan peserta MOS masih berjalan jongkok dengan tas

kresek yang terseret
dibelakangnya, gua dan Darno bagian panitia MOS tapi kami engga

begitu aktif seperti yang lain.
Gua orangnya engga pernah peduli melihat seperti ini bahkan

gua dan Darno sering menertawakan
setiap kali ada yang mendapatkan hukuman tapi

melihat yang satu ini, gua engga
bisa diam aja.

“Mau kemana lo ?” Tanya Darno
saat melihat gua berjalan meninggalkannya

“Jadi Spiderman, lo tunggu di
tangga belakang”

“Oke”

gua berjalan menghampiri siswa
baru yang sedang berjalan jongkok mengelilingi lapangan,

walau ada aturan untuk engga
pilih kasih, tapi tadi sesuatu terlihat saat dia sedikit menaikan

rok merahnya sebelum jalan
jongkok.

“Udah cukup hukumannya” kata gua
sambil berdiri di depannya

“Tapi kak baru satu putaran,
ntar aku dimarahin kakak yang tadi”

“Tenang aja” Gua coba meyakinkan
sambil menjulurkan tangan membantunya berdiri

Sepertinya hukuman tadi membuat
kakinya terasa sakit, karena tadi gua lihat dia jalan

normal tapi setelah jalan
jongkok cara dia berdiri seperti menahan rasa sakit. Gua menculik

dia yang sedang kena hukuman
untuk ikut ke tempat gua dan Darno ditangga belakang

sekolah, tapi belum sampai ke
tempat itu kami dihadang Rahel

PROK PROK PROk… Rahel bertepuk
tangan “Mau jadi Jagoan” Kata dia
menyindir gua
“…….” Gua hanya diam sambil
menatapnya

“Gue lagi hukum dia”

“Lo punya mata kan”

“Punyalah”

“Kalo gitu lo bisa liat ini” kata
gua sambil sedikit mengangkat rok merah peserta MOS tadi

“………..” Rahel terlihat kaget
saat melihatnya sebuah luka yang ditutupi perban di bagian

kaki kanan Peserta MOS yang dia
hukum.

Gua berjalan meninggalkan Rahel
diikuti Peserta MOS dibelakang, gua sedikit

memperlabat langkah kaki karena
takut dia tertinggal.

“GILA LO mangsa singa diambil” Kata
Darno saat melihat gua dan dia datang

“Singanya udah gua jinakin, sini
duduk” Kata gua sambil menepuk-nepuk anak tanggal

disamping gua meminta dia duduk.

“…………” Calon siswa baru ini
terlihat malu-malu

“Kenapa bohong ?” Tanya gua
sambil membuka minuman botol hasil colongan dari bagian

konsumsi

“Maksudnya ka ?” Tanya Peserta
MOS kebingungan

“Gua liat lo tadi turun dari
angkot pake Papan nama”

“…………” Dia hanya diam sambil
menunduk, gua membuka tas dan mengeluarkan
sesuatu

“D I A N N A T
A S Y A” Satu persatu huruf gua baca dari papan nama yang gua pegang,

Dian
mengangkat wajahnya dan menatap gua heran

“Kok bisa ada
di kaka ?” Tanya dia kemudian

“Harusnya gua
yang nanya kok papan nama lo bisa ada di bocah warung pojok”

“Tadi… tadi
ada yang minta nomor aku ka, terus aku bilang gak punya HP tapi mereka gak

percaya terus
ngambil papan namanya, mereka bilang kalo mau dibalikin harus kasih

nomornya. Aku
gak punya hp jadi aku tinggalin aja Papan namanya”

“Lain kali
kalo ada yang gangguin lo lagi, bilang kalo lo adik gua”

“………..” Dian
hanya diam sambil manggut-manggut

“Gua gak
ngomong pake bahasa isyarat”

“Iya ka, entar
aku bilang kalo aku adik ka Bobi”

“Bagus, pake
ini sebelum lo kena hukuman dari panitia lain” kata gua sambil memberikan

papan nama
miliknya.
“BOB”
“…….”
“BOBII”
“E ehh ia za”
“Hayu”
“Kaka pulang dulu ya de” Kata Kanza lalu kami berjalan meninggalkan dia
yang masih berdiri di sana, tapi bukan parkiran yang kami tuju melainkan lantai
3
Sekolah mulai
sepi, dari atas sini tinggal beberapa orang saja yang terlihat. Suasana jadi
terasa canggung, Entah berapa lama kami saling diam, angin yang berhembus
membuat mata terasa kantuk
“BOB” Kanza
mulai bicara
“Ia Za ?”
“Tadi itu
siapa ?”
“Bukan siapa-siapa”
“Kamu lupa ?”
“Lupa apa ?”
“Kamu engga
bisa bohong dari aku”
“……………..” gua
gak tahu harus bicara apa, gua gak tahu apa yang harus gua jelaskan
“Cara kamu
natap dia engga biasa, aku juga tahu tadi dia bohongkan”
“……………..” gua
hanya diam sambil menatap Kanza
Hhhhhhhhaaaa…. Gua mengambil napas dalam-dalam dan
menghembuskannya
“Dia engga
bohong, gua emang nolongin dia”
“Tapi aku gak
liat ada yang gangguin dia tadi”
“Bukan tadi,
tapi Tiga Tahun lalu”
“Tiga tahun ?”
“Jadi gini….”
Gua
menceritakan kejadian 3 tahun lalu, saat pertama kali mengenal Dian sampai kami
jadi
dekat. Gua
engga suka membahas masalalu tapi gua Cuma engga mau Kanza salah paham.
“Terus
sekarang masih deket ?” tanya Kanza setelah gua bercerita
“Engga, dari gua lulus sekolah udah gak pernah ketemu lagi” “bagus deh
kalo gitu”
“Bagus kenapa
?”
“Aku Cuma
takut kamu bakalan deket lagi ama dia”
“Tenang aja Za, Gua juga tau batasan kok apa lagi sekarang udah ada lo” “
” Kanza hanya tersenyum

Aku Kau dan sabun Part 30