Aku Kau dan sabun Part 31



Waktu sudah menunjukan pukul 20:00, setelah acara TV selesai gua duduk di ranjang sebelah kiri disamping Kanza

“Za… tidur gih”

“Belum ngantuk aku”

“Terus kapan ngantuknya

“Kalo gitu kamu bacain buku dongeng dong biar aku ngantuk” Pinta dia sambil memberikan buku dongen yang ada di dekat tempat tidur

“Busett.. lo udah gde masih pengen di dongengin”

“Apanya yang gede ?”

“Punya lo tuh udah gede ” Gua jawab ngawur

“Emang kamu pernah ngukur tah, so tahuuuuu

“Haduhh jangan mancing deh” Protes gua karena takut DIRLI bangun

“Hehehe atuh kamu ngomongnya CABUL banget”

“Heh yang cabul lo ya bukan gua”

“Berati aku yang ketularan kamu bob”

“Jiahh pinter banget dah nglesnya, yaudah Gua dongenin dah” Gua membuka buku yang tadi Kanza berikan “Ah ini mah dongeng barat semua” lanjut gua lalu menutup buku itu

“Kalo gitu terserah kamu aja dongengnya” Pinta dia kemudian

Gua coba memikirkan dongen apa yang akan gua ceritakan, setelah menemukan yang pas gua mulai bercerita

“Dahulu kala, ada seorang ibu yang mempunyai anak bernama Saud. Suatu hari saat Saud berburu dihutan engga sengaja anak panahnya mengenai anjing kesayangan ibunya”


“Ehhh aku kaya gak asing ama tuh dongen, tapi kok aneh ya” Sela Kanza di tengah gua sedang berdongeng

“Udah dengerin aja, Lalu sang Ibu marah dan mengusir Saud dari rumah. Beberapa tahun kemudian Saud udah dewasa dan dia mencintai seorang perempuan, setelah hubungan mereka semakin dekat perempuan itu baru sadar bahwa pria itu adalah Saud anaknya yang dulu pernah dia usir. Tapi Saud engga peduli, dia tetap ingin menikahi Ibunya sampai sang

Ibu memberikan syarat”

“Syaratnya apa ? : ” Tanya Kanza memotong

“Syaratnya Saud harus membuat sebuah perahu dalam waktu satu malam, tapi karena Saud sakit perut dia jadi sibuk mencari jamban sampai suara ayam berkokok. Karena gagal memenuhi syarat itu sang Ibu mengutuk Saud menjadi Batu”

“AHHHH aku inget aku inget… ceritanya engga kaya gitu BOBIIII” Protes Kanza setelah gua bercerita

“Katanya terserah gua

“alesan aja, kamu harus kaka hukum” Kata Kanza dengan suara terdengar Tegas seperti saat dia jadi panitia MOS

“Ampun kak, hukuman saya apa” Jawab gua seperti seorang siswa baru

“Sini kamu” Kanza menepak-nepak Kasur yang ada di samping kanannya “Tidur di sini sama aku ” Lanjut dia sambil senyum menyeringai

“Waduh, entar kalo gua hilaf gimana Za ?” Tanya gua ragu

“Engga bakalan”

“Kok Lo bisa seyakin itu ?”

“Aku percaya sama kamu” Kata Kanza kemudian

“……………” Gua hanya kernyitkan dahi

“Selama ini aku selalu ngasih kamu kesempatan”

“Kenapa lo ngasih gua kesempatan ?”

“Aku takut kamu ngelakuinnya sama cewe lain kalo aku gak ngasih kesempatan”


“gua udah engga pernah Za, tapi kalo pengen juga ada pelariannya kok”

“Katanya udah gak pernah gimana sih”

“Pelarian gua bukan sama orang Za”

“Terus ?”

“Ama SABUN

“Ah aku gak ngerti, ada-ada aja ama sabun

“Anggap aja gak ada rotan akar pun jadi, tapi gua juga pengen kok ngelakuinnya sama lo”

“…………”Kanza diem menatap gua dengan mata terbelalak

“Tapi entar kalo kita udah Nikah


Kanza hanya tersenyum lalu sedikit menggeser badannya ke kanan dan kedua tangannya

menarik baju gua sampai gua yang sedang duduk jadi ambruk disebelah kirinya  lagi sakit tenangannya kuat bener, gua membenarkan posisi badan dan sekarang kami saling berhadapan dalam selimut yang sama, karena jantung gua yang berdetak cepat dengan posisi seperti ini jadi gua sedikit memutar badan dan menatap langit-langit kamar.

CUP… gua menoleh ke kanan saat sebuah ciuman mendarat di pipi kanan “Itu yang bikin aku sayang banget sama kamu” Kata Kanza lalu dia memeluk gua dari samping dengan wajah tersenyum menatap gua.

Gua hanya diam dan membalasnya dengan senyuman, tangan kiri gua memegang tangan kanan Kanza yang dia letakan di dada gua, kami saling diam. Gua lepas tangan kanannya lalu Kanza memejamkan mata saat tangan kiri gua mengusap-ngusap keningnya, terlintas keinginan untuk sekedar menyusupkan tangan kiri ke dalam baju tidur yang ia kenakan atau

sekedar melepas satu persatu kancingnya atau melepas semuanya  tapi  melihat Kanza memejamkan mata sambil tersenyum kembali menyapu pikiran kotor gua.

Gua palingkan wajah dengan menatap langi-langit kamar untuk menghindari hal-hal yang diinginkan sambil tangan kiri masih mengusap keningnya, Mungkin Darno akan menertawakan gua atau bahkan menganggap gua engga normal kalau cerita semua kesempatan yang Kanza berikan gua sia-siain begitu saja, tapi gua engga peduli orang bilang

gua engga normal atau apalah.

Dulu gua pikir sebuah tantangan untuk mempertemukan DIRLI dengan VIVI, tapi gua menganggap itu bukan sebuah tantangan karena gua dengan mudah bisa melakukannya. Sebuah tantangan itu harus sesuatu yang sulit, misalnya DIRLI harus LDR dengan VIVI


Aku Kau dan sabun Part 32