Aku Kau dan Sabun Part 57



Selama liburan sekolah gua hanya menghabiskan waktu di tempat kerja. Karena pengunjung dan panggilan job di luar semakin banyak jadi gua meminta Darno yang lagi nyari-nyari kerja untuk jadi Operator dan meminta Arez untuk membantu Vina di tempat servis.

Tindak kriminal di daerah rumah Vina semakin meningkat, dalam sebulan terjadi kurang lebih 13 kali perampokan di beberapa titik rawan. Enam diantaranya masuk rumah sakit, tiga orang tewas dengan luka tembak dan empat orang selamat karena mereka menyerahkan kendaraannya begitu aja. Kedua orangtua Vina khawatir jadi mereka meminta Vina untuk ngekos di deket net. Tapi gua bilang kalau gak perlu ngekos, itu akan menambah pengeluaran Vina yang gajinya pas-pasan.

Di lantai dua tempat servis ada ruangan yang cukup luas yang gua gunakan sebagai gudang penyimpanan, dengan bantuan Vina dan Arez gua menyulapnya menjadi sebuah kamar. Walau masih terlihat seperti gudang karena di dekat pintu kamar banyak barang-barang penjualan yang menumpuk tapi Vina bilang engga masalah karena di dalam kamar tetap nyaman buat dipakai tidur.

Akhir Oktober, sekitar jam 19:00 gua di antar Vina daftar di kampusnya. Setelah mendaftar Vina mengajak gua untuk keliling kampus, suasana begitu sepi karena semua mahasiswa

masih libur hanya ada beberapa orang kita temui, sepertinya lagi daftar ulang atau calon mahasiswa baru seperti gua.

Alasan gua memilih kampus ini selain ada kelas karyawan biayanya terbilang murah dengan fasilitas yang cukup lengkap, ditambah lagi di sini engga ada OSPEK. Merdekaaaaa

Sebelum kembali ke Net gua dan Vina menjemput Dian di rumah Uwanya, Dian jadi semakin akrab dengan Vina. Hampir tiap hari setelah pulang sekolah Dian mampir ke toko untuk membantu Vina, awalnya gua gak enak karena dia selalu menolak kalau gua kasih uang tapi

dia gak pernah nolak kalau gua beliin baju .

Vina pindah duduk ke belakang bersama Dian, sepanjang jalan mereka asik ngobrol membahas film atau sinetron yang lagi booming. Gua gak ikut nimbrung karena gua emang

gak pernah nonton sinetron

Sekitar 30 menit kita sampai di sebuah taman, awalnya gua gak ngerti kenapa mereka selalu ngajak ke taman. Kenapa gak nonton atau ke resto atau ke mana aja selain taman, tapi mereka bilang kalau di taman itu kita bisa lihat bintang, udaranya sejuk terus mereka bisa ngobrol bebas.

Gua berjalan dengan tiga gelas wedang yang masih panas dan sebungkus gorengan yang tadi Vina pesan, gua kurang suka tempat-tempat berbau mesum seperti ini tapi karena sering ke


sini jadi gua mulai terbiasa. Belum sampe ke tempat mereka berdua ada seseorang yang berjalan menghampiri gua,

“Sendirian aja ganteng”

“………..” Gua tetap jalan tapi dia malah ikutin gua terus

“Sombong banget sih, entar aku kasih gratis loh”

“……….”

“Ih jangan jalan terus dong” Kata dia sambil menarik tangan kanan gua, “EH KONT*L KON*L KONT******L” teriak dia saat terkena ciptratan dari wedang yang gua pegang.

Awww gua sedikit meringis, tiga gelas wedang panas jatuh di rumput karena tangan kanan gua kepanasan.

“MATA LO BUTA ?” gua teriak sambil menahan sakit

“Aduh aduh jangan marah-marah dong ganteng, ekeu kira gak panas wedangnya”

“………” gua hanya diam sambil menatap wajahnya, seorang manusia random yang mengenakan tengtop dan rok pendek berwarna merah dengan tas yang di tangan kirinya. Dia terlihat ketakutan, lalu membuka tas nya dan mengeluarkan uang lima puluh ribu

“Maaf yee mas ganteng, ini ekeu gantiin” kata dia sambil memberikan uang itu. Gua ambil uang itu dan kembali ke angkringan membawa tiga gelas kosong, KAMPRET dasar makhluk laknat.

“Cepet banget abisnya mas” Kata penjual wedang

“Tumpah, isi lagi dong bang”

“Kepleset mas ?” Tanya dia sambil membuatkan tiga wedang lagi

“Engga, tadi ada banci narik tangan gua ya jadi tumpah”

“Yang pake rok merah ya ?”

“Nah bener itu orangnya”

“Emang suka rusuh kalo banci yang itu”


Setelah wedang jadi gua kembali ke tempat mereka tapi muter jalan, gua males kalo sampe ketemu tuh manusia random lagi takut dia minta kombalian  atau entar gua bakalan di Tus*bol rame-rame bareng temennya :. Beberapa orang yang lagi asik pacaran dan nongkrong di tepi taman memperhatikan gua yang lagi lewat di depan mereka, tapi gua cuek aja kenal juga engga

Dari kejauhan terlihat Vina dan Dian lagi asik ngobrol di sebuah bangku taman yang terbuat dari beton, tapi saat gua sampai mereka berhenti ngobrol. Gua gak tau mereka tadi ngomongin apa, mungkin lagi ngomongin gua ? pede gila  atau lagi ngomongin tentang kewanitaan : entahlah gua gak terlalu memikirkan itu.

Vina : “Antri ya mas ?”

Gua : “Digangguin momon”

Dian : “Momon siapa ka ?”

Vina : “Ini bukan game kali mas

Gua : “Yah pokonya bentuknya buruk rupa kaya momon”

Dian : “Apaan sih ka ? aku dari tadi gak ngerti da”

Gua : “Lekong”

Dian : “Lekong apaan ?”

Vina : “Lekong itu Banci, kok bisa digangguin ? jangan-jangan mas abissss

Gua : “Ngawur, pantat gua masih perawan

Dian : “cowo juga perawan ka ?

Gua : “Hadeuuh anak kecil gak usah ngomongin kaya gituan dah”

Dian : “ih kaka aku udah gedee tauuuuuu” Protes Dian

Gua + Vina : “HAHAHAHA :”

Dian : “ihh pada jahat banget ya”

Dian terus protes tapi gua dan Vina malah semakin ngakak, denger cara dia bicara dengan


logat seperti anak-anak. Dian emang seperti itu, kadang dia bisa terlihat dewasa kadang di sisi lain dia juga gak bisa melepas sisi kekanak-kanakannya. Setelah puas menertawakan Dian, kita kembali ngobrol-ngobrol seperti biasa sambil melihat bintang-bintang di atas sana yang terlihat cantik.



Aku Kau dan Sabun Part 58