Aku Kau dan Sabun Part 63



Kadang gua suka senyum-senyum sendiri setiap kali mengucapkan kata-kata yang pernah gua denger dari orang lain, misalnya saat gua mengatakan pada Mia kalau dia harus bisa menerima kenyataan kalau gua ini adik tirinya. Dia pernah nanya alamat warnet tapi gua gak kasih tau, gua bilang cukup kita berdua yang tau segalanya. Gua juga bilang ke bokap kalau gua denger kabar ‘katanya’ nyokap udah meninggal, tapi bokap bilang dia udah nganggep nyokap gak ada sejak dia pergi dulu.

Hubungan gua dengan Mia masih sama seperti dulu Cuma bedanya sekarang dia jadi engga sering-sering ngirim pesan, mungkin dia lagi belajar buat ngilangin perasaannya karena gua juga ngerti yang namanya perasaan gak mudah buat dihilangkan. Hubungan dengan Vina semakin dekat, gua mulai memperhatikannya dan memperlakukan dia dengan baik sama seperti cara dia memperlakukan gua, lalu dengan Dian ? masih sama, gak ada yang kurang dan gak ada yang lebih.

Kuliah hanya empat kali dalam seminggu yaitu setiap Senin-Kamis, sehari hanya satu mata kuliah sedangkan ada 8 matkul, jadi satu kali pertemuan matkul dalam dua minggu. Belajar mulai dari jam 18:45 – 20:30. Tapi tergantung Dosennya, ada yang jam 18:30 udah mulai, ada yang jam 21:00 belum selesai.

Hari senin di Minggu ke-3 kuliah, Sebelum tugas persentasi dimulai Dosen meminta Mahasiswa yang baru masuk untuk memperkenalkan dirinya. Semua tertawa ngakak saat dia berdiri di depan kelas. Namanya Nata tapi lebih cocok di sebut Nita karena dia cowo tapi kerah bajunya sampe terlihat bagian dadanya. Terlebih lagi dia berkulit coklat tapi

menggunakan bedak sampai ke bagian dada                  : dan bibir berwarna merah

lembab                  :

“Cocok tuh dia ama lo” gua sindir Darno yang duduk di samping gua

“Najis, kalo dia persentasi di atas gedung udah gua tentang dia biar jatoh”

“Parah, sodara sendiri”

“Amit-amit”

“HAHAHAH  


satu persatu kelompok mempersentasikan tugas yang diberikan dua minggu lalu, yaitu tugas matkul Agama dengan materi yang berbeda setiap kelompoknya. Pedahal kelompok di susun secara acak tapi gua bisa satu kelompok dengan Darno, kayanya gua emang bener-bener
berjodoh dengan dia

3 anggota lainnya gak begitu akrab karena setiap kali gua datang ke kampus gak lama Dosen masuk kelas dan saat kelas selesai gua langsung pulang, jadi gak ada sosiali sasi dengan yang lain.

Untungnya Saat pemilihan ketua kelas Dosen meminta gua untuk jadi Humas, walau gua gak kenal semua mahasiswa di kelas tapi gua punya semua nomor hp, pin dan e-mail mereka.

Karena anak baru ini belum punya kelompok jadi dosen meminta siapa yang mau memasukan dia ke dalam kelompoknya, tapi semuanya diam. Gua ngerasa kasian jadi gua angkat tangan dan mengajaknya gabung, Darno sempat protes tapi gua tetap memasukannya ke dalam kelompok

.

Setelah selesai mempersentasikan tugas ‘Hukum Pernikahan Dalam Islam’, sekarang saatnya Tanya jawab. Ragil mengacungkan tangan dan melemparkan pertanyaan pertama.

“Orang yang pindah Agama Cuma pengen nikah, terus kalo udah nikah dia gak pernah menjalankan kewajibannya sebagai Muslim. Apa hukumnya ?”

Gua coba menjawab

“Tadi udah saya jelaskan di poin nomor 4, mungkin Mas kurang memperhatikan”

“Iya saya juga liat tadi, maksudnya gini. Misalnya orang masuk Islam biar bisa nikah tapi dia gak pernah solat”

Karena yang lain diam gua coba jawab “Coba mas liat di KTP Agamanya apa ?”

“Islam” jawab dia

“Tadi sebelum ke sini solat magrib dulu gak ?”

“………..” Ragil hanya nyengir malu

“HAHAHAHAHA” yang lain menertawakannya

Pertanyaan demi pertanyaan terus di ajukan dari empat orang Non-Muslim yang tetap mengikuti Matkul Agama, Gua terus menjawab setiap ada yang bertanya. Mona mengangkat tangan dan melemparkan pertanyaan :


“Apa hukumnya kalo nikah dengan sodara Tiri, misal Ibu kita menikah dengan Orang yang udah punya anak. Terus kita nikah sama sodara tiri kita itu, apa hukumnya ?”

“……………..” Gua hanya diam,

Pertanyaan itu langsung mengingatkan gua dengan Mia. Sejak malam itu kita gak pernah ketemu lagi, atau lebih tepatnya gua yang gak pernah ke rumahnya.

Otak gua terus memikirkan Mia, gua gak bisa jawab pertanyaan dari Mona. Tapi untung Nata membantu gua menjawab, Walau tampang dia ancur tapi otaknya encer, setelah sesi Tanya jawab kami di persilahkan kembali ke tempat duduk.

Saat kelompok berikutnya baru mau mulai persentasi, 5 orang anak BEM masuk kelas. Mereka membagikan 3 lembar kertas yang berisikan surat Izin orang tua, Surat Izin kerja, dan lembar terakhir berisi perlengkapan yang harus di pakai dan apa saja yang harus di bawa untuk acara Inagurasi.

Ketua Bem menjelaskan kalau semua Mahasiswa WAJIB ikut Inagurasi yang akan diadakan kampus 2 minggu laig, setelah menjelaskan tentang acara mereka meminta kami untuk bertanya tentang acara tersebut.

“Ka ini gak kemahalan 300.000 biayanya ?” Tanya seorang mahsiswi yang duduk di bangku depan

“Itu udah murah, kita nginep di Villa di Cilember selama 2 hari satu malam” Jawab panitia yang mengenakan kemeja biru

“Terus kalo ikut kita dapet apa ? kalo gak ikut gimana ?” Tanya mahasiswa lainnya

“Kalo ikut kalian dapet pengalaman. Kalo gak ikut wajib bayar”

“Gak dapet nilai ka ?” Tanya mahasiswa yang lain

“Engga, kita di sana seneng-seneng aja. Pokonya gak bakalan nyesel” Jawab panitia dengan almamater biru

Quote:gua mengangkat tangan, lalu panitia mempersilahkan gua untuk bertanya “Apa bedanya Inagurasi dengan Ospek ?”

“Tentu beda, Ospek itu kalian bakalan di kerjain. Jadi kalo ada yang ngerjain kalian di

Inagurasi laporin aja ke saya nanti saya urus orangnya” Jawab panitia almamater biru

“Di Brosur bilang gak ada Opsek, bisa langsung kuliah, gak ngeberatin karyawan. Tapi baru


ini di wajibin bayar 300.000 buat Inagurasi yang Cuma buat seneng-seneng dan menurut saya ini ngedadak pemberitahuannya. Ini kelas Karyawan, gimana kalo ada yang gak di kasih Izin dari pabrik, apa lagi yang pendapatannya pas-pasan. 300.000 ribu bukan jumlah yang sedikit”

“Waktunya masih dua minggu. Cukuplah buat ngumpulin 300.000, lagian Inagurasi sama Ospek beda ! ” Jawab yang pake almamater biru,

“Di minta buat pake sepatu dengan tali warna merah dan hijau terus kaos kaki beda warna, pake foto unik, hiasan aneh-aneh, makanan yang harus dibawa dibuat teka-teki. Ini sama aja

kaya MOS

“…………………” Mereka semua diam saling berbisik-bisik “Oke, untuk informasi selanjutnya kita bakalan kabarin lagi. Terima kasih untuk waktunya, tolong bendahara ikut kami”

Lalu mereka meninggalkan kelas bersama bendahara,

“Gila lo udah kaya lagi demo” Kata Eka ‘Ketua Kelas’

“Ikut gak ikut harus bayar, gimana kalo yang gak punya duit”

“Ia gua juga gak setuju, entar pulang kita tutup pintu terus lo ngomong di depan ya”

“Hah lo yang ketua kelas masa gua yang ngomong”

“Gua gak pinter ngomong di depan, lo aja ya”

“Iya iya”

Persentasi kelompok selanjutnya di lanjutkan, tapi gua gak terlalu merhatikan karena sibuk

SMS’n dengan Vina yang menanyakan kenapa kelas F8 kedengeran ribut. Setelah kelas selesai, saat dosen meninggalkan kelas buru-buru Eka berdiri di depan Pintu dan meminta yang lain untuk tetap duduk di meja masing-masing. Mereka terlihat bingung

“Bisa minta waktunya” Gua mulai bicara di depan kelas

“……………..” seketika suasana jadi hening

“Siapa yang mau ikut Inagurasi ?” Tanya gua,

“……………” mereka saling bertanya dengan teman sebelahnya, lalu sekitar sengah orang di kelas mengacungkan tangan “Kita Tanya dulu ketua kelas kita, dia mau ikut gak” lanjut gua

“Gua sih ogah, mendingan buat beli susu anak gua” Kata dia kemudian

“Sekarang siapa yang gak ikut Inagurasi ?” Gua kembali bertanya, hampir semua mengacungkan tangan termasuk yang tadi mau ikut, LABIL !

“Sekarang gini, kalau ragu mendingan jangan ikut”

“Tapi gak ikut juga bayar” protes Lia,

Eka yang tadi berdiri di depan pintu berjalan ke samping gua “Kita kompakin satu kelas gak usah ikut, gak usah bayar” kata dia kemudian, lalu gua sedikit memberikan tambahan biar mereka gak jual nama kalau ditanya alesan gak ikut acara.

Setelah selsai berdiskusi gua keluar kelas duluan, Vina yang lagi duduk di depan kelas langsung bangun dan tersenyum. “Yuk pulang” ajak dia

“Bentar, ikut Mas dulu yu”

“Kemana Mas ?”

“Udah ikut aja”

Eka keluar kelas, dia meminta gua untuk ikut dengannya menemui semua ketua kelas karyawan, kita ngumpul di warung samping kampus yang ada di pinggir jalan. Vina dan gua hanya diam melihat Eka bicara panjang lebar, semua setuju untuk kompak gak ikut acara kecuali Bagas.

Bagas : “Hah ? Mau dikompakin semua gak ikut ? tapi gebetan gua pengen ikut”

Eka : “Halah, inget anak lo udah mau lulus SD”

Bagas : “Sttt gak usah buka kartu”

HAHAHAHA yang lain menertawakan Bagas, beginilah kelas karyawan. Rata-rata di kelas F8 berusia 20-34 Tahun, dan 60% isi kelas adalah Perempuan yang usianya 17-24 Tahun. Setelah berdiskusi mereka semua sepakat kompak gak ikut Inagurasi, karena gak ada yang perlu dibicarakan lagi gua pamit duluan karena Vina terlihat


Aku Kau dan Sabun Part 64