Selama seminggu di opname Vina
diperbolehkan pulang, dia maksa ingin kerja tapi gua memintanya untuk
beristirahat selama beberapa hari di rumah sampai keadaannya benar-benar pulih.
Sabtu Sore sekitar jam 16:00 dengan mengenakan
sweater biru dan jeans hitam gua Tarik gas motor untuk menjemput Dian, sore ini
cuaca begitu cerah pedahal tadi pagi hujan terus mengguyur kota Bogor. Sekitar
beberapa menit gua hentikan motor di sebuah rumah dengan seseorang yang udah
berdiri di teras.
Dian terlihat manis dengan
mengenakan baju lengan panjang warna pink bergambar bunga-bunga dan celana
jeans biru. Saat gua baru turun dari Motor pintu depan terbuka, uwanya keluar
dan berjalan ke arah kami dengan mengenakan baju koko hitam dan sarung.
Uwa : “Mau jenguk Vina ?”
Gua : “Iya Bah”
Uwa : “Jangan larut malem ya”
Dian : “Dian mau nginep Bahh”
Uwa : “Besok kamu sekolah”
Dian : “Besok hari minggu Bah, Ihh Abah Pikun”
Uwa : “Astagfirullah, kirain hari jum’at berati
tadi Abah salah bikin surat”
Gua : “Surat apaan emang Bah ?”
Uwa : “Surat pemberitahuan buat warga”
Dian : “Udah bikin lagi aja Bah”
Uwa : “Udah disebar tadi siang
”

Dian : “Yahh entar pada gak dateng loh”
Uwa : “Entar biar si Saud yang urus”
Uwa : “Iya hati-hati di jalan, jangan begadang”
Gua + Dian : “Iyaaa”
Uwanya salah satu tokok masyarakat yang mempunyai
pengaruh di lingkungannya, walau dia Uwa Dian tapi Dian memanggilnya Abah
begitu juga gua yang kadang memanggilnya Uwa atau Abah. Setelah salim kita
pamit berangkat menuju rumah Vina.
Beberapa menit sebelum magrib
kita udah sampai di rumah Vina, keluarga dan beberapa orang saudaranya
menyambut kedatangan kami dengan baik. Sambil menunggu Vina yang masih mandi
gua dan Dian berjalan ke samping rumah dan melihat-lihat kolam dengan ikan-ikan
cantik di dalamnya.
“Kasian ya ikannya gak bisa berenang bebas” kata Dian
yang duduk di samping kanan
“Tapi mereka aman di sini, gak bakalan ada yang
nangkep udah gitu di kasih makan”
“Iya tapi sempit”
“Sekarang liat kamu, ikan ini gak jauh beda sama
kamu”
“Ih masa aku disamain kaya ikan”
“Gini, kamu juga gak di bebasin main
sama Uwa tapi kalo kamu di bebasin mungkin kamu bakalan kebawa pergaulan ABG-ABG
sekarang”
“Aku juga bisa jaga diri kok ka, Uwa aja yang gak
percayaan orangnya”
“Kalo uwa kamu gak percaya,
mungkin kamu gak bakalan di bolehin nginep di sini sekarang”
“Aku kan berangkatnya ama kaka, lagian uwa percaya
kok ama kaka mah”
“Nah itu dia, dapet kepercayaan
itu susah eh bukan susah tapi kepercayaan itu gak bisa diperbaharui”
“Yaelah ka udah kaya pelajaran aja pake
diperbaharui”
“Kan kalo orang bilang kepercayaan
itu mahal, nah sama kaya Emas bisa bahal soalnya susah dapetnya terus gak bisa
diperbarui”
“Terus apa hubungannya sama kepercayaan ?”
“Dapet kepercayaan itu susah,
Kalo kepercayaan di rusak belum tentu orang bisa percaya sama kita lagi”
“Oh jadi gitu ya ka, tapi aku gak ngerti
”

“Heuuu nyao ah”
“Ihh kaka jelasin biar aku ngerti”
Beberapa menit kemudian Vina datang dengan rambut
sedikit basah,
“Kayanya ada yang abis ceramah
nih” Kata Vina sambil berjalan menghampiri kami lalu duduk di sebelah kiri gua.
Gua : “Biasa, nih anak kecil kalo ngomong kudu
jelas aja”
Dian : “Ihh apaan sih, kaka aja yang ngomongnya
berbelit-belit”
Vina : “Hahaha Teteh juga ngerti
soalnya teteh juga suka gak ngerti kalo gak focus dengerinnya”
Gua : “Udah berasa pake rumus aja gua ngomong
”

Vina + Dian : “Hahaha
”

jam 20:00 gua dan 2 orang sodara
Vina membongkar kandang ayam yang udah gak terpakai, Hari ini keadaan Vina
terlihat semakin membaik, dia juga ikut membantu Dian dan yang lain di dapur
untuk membuat nasi liwet.
Sekitar 30 menitan kayu-kayu bekas kandang ayam itu
berubah jadi arang, sodara Vina masuk ke dalam rumah dan beberapa detik
kemudian kembali ke teras dengan kipas angin dan terapo (terminal). Sambil
menunggu ayam matang, Vina dan Dian berjalan menghampiri kami bersama Rara yang
memegang gitar. Rara adalah sepupu Vina yang tinggal di Jakarta, dia Mahasiswa
seperti kami. Perlahan Rara mulai memetik gitar itu,
Konna ni omotte iru Jikan wa tomatte kurenai
Karappo no kokoro wa anata no kimochi wo mada
mitsukerarenai
Onaji e wo nido to egaku koto wa dekinai no ni
Atashi no kanjou wa tada kurikaeshite bakari
Gua kagum saat mendengarnya, Rara
begitu lancar menyanyikan lagu ini terlebih suaranya juga bagus, Vina dan Dian
yang duduk di sebelah kiri gua ikut menyanyikan Salah satu lagu
"Ai no uta" wo kikasete
yo sono yokogao mitsumeta Anata no koto shiritai yo mou deatte shimatta no
Donna ni sabishikute mo mata aeru ki ga shite iru
kara
Riyuu nante iranai hiki kaesenai koto wo shitte iru
Kono mama ja wasuremono ni natte shimau desho?
Atashi no kanjou wa namida no oku kagayaita
"Ai no uta" wo kikasete
yo sono yokogao sono saki ni Anata ga ima mitsumeteru hito ga iru to wakatte mo
Tsubasa wo kudasai to shinjite utau you ni atashi
datte chikau yo
Kako no zenbu uke ireru tte kimeta
"Ai no uta" wo
kuchizusamu sono egao ni furetai Anata ga ima mitsumeteru hito ga iru to
wakatte mo
"Ai no uta" wa owaranai mou deatte
shimatta no
Setelah nyanyi-nyanyi kita
ngobrol-ngobrol bersama, gua gak terlalu banyak bicara karena Vina dan
sodara-sodaranya yang asik bercerita tentang masa kecil mereka. Saat lagi
asik-asik ngobrol, Roy sepupu Vina datang dengan dua lembar daun Pisang
berukuran besar lalu dia menggelarnya di lantai teras.
Karena keasikan ngobrol waktu jadi begitu cepat
berlalu, kami pun menyantap nasi liwet dan ayam bakar bersama. Kalau saat di
rumah sakit gua melihat keluarga Vina begitu sedih tapi di sini gua melihat
bereka begitu cerita, tawa dan canda mereka benar-benar membuat suasana malam
ini begitu hangat.
Sekitar jam 23:00 Vina, Dian dan
Rara tidur lebih awal di kamar Vina sedangkan gua masih di luar bersama sepupu
Vina yang lain. Kami hanya ngobrol-ngobrol ringan sambil menghisap rokok.
Ssssshhhhh
HHhuuuuuu……
Kadang kalau teringat saat Tahun
baru ada rasa kesal, sedih, takut, dan senang. Semua rasa bercampur jadi satu.
Gua sedih, tentu semua orang yang mempunyai hati akan merasa sedih saat
pasangannya sakit. Gua takut terulang kembali, gua senang saat melihat Vina
selamat dari masa-masa kritis. Gua kesal karena rencana tahun baru di puncak
gagal pedahal gua udah merencanakan itu dari awal desember, tapi mungkin Tuhan
berkata lain.
Tentunya gua bersyukur Tuhan masih memberikan
kesempatan, gua ingin memperbaiki rencana yang sempat gagal, gua ingin kepuncak
bulan depan saat Vina udah benar-benar pulih. Gua udah memikirkan semua ini
matang-matang dari bulan desember lalu, dan gua harap apa yang udah gua
rencanakan ini akan berjalan lancar karena ini adalah pilihan yang udah gua
ambil.
Aku Kau dan Sabun Part 70