Aku Kau dan Sabun Part 69



Selama seminggu di opname Vina diperbolehkan pulang, dia maksa ingin kerja tapi gua memintanya untuk beristirahat selama beberapa hari di rumah sampai keadaannya benar-benar pulih.

Sabtu Sore sekitar jam 16:00 dengan mengenakan sweater biru dan jeans hitam gua Tarik gas motor untuk menjemput Dian, sore ini cuaca begitu cerah pedahal tadi pagi hujan terus mengguyur kota Bogor. Sekitar beberapa menit gua hentikan motor di sebuah rumah dengan seseorang yang udah berdiri di teras.

Dian terlihat manis dengan mengenakan baju lengan panjang warna pink bergambar bunga-bunga dan celana jeans biru. Saat gua baru turun dari Motor pintu depan terbuka, uwanya keluar dan berjalan ke arah kami dengan mengenakan baju koko hitam dan sarung.

Uwa : “Mau jenguk Vina ?”

Gua : “Iya Bah”

Uwa : “Jangan larut malem ya”

Dian : “Dian mau nginep Bahh”

Uwa : “Besok kamu sekolah”

Dian : “Besok hari minggu Bah, Ihh Abah Pikun”

Uwa : “Astagfirullah, kirain hari jum’at berati tadi Abah salah bikin surat”

Gua : “Surat apaan emang Bah ?”

Uwa : “Surat pemberitahuan buat warga”

Dian : “Udah bikin lagi aja Bah”

Uwa : “Udah disebar tadi siang

Dian : “Yahh entar pada gak dateng loh”

Uwa : “Entar biar si Saud yang urus”

Dian : “Yuadah Dian berangkat dulu ya Bah, takut kemagriban”

Uwa : “Iya hati-hati di jalan, jangan begadang”

Gua + Dian : “Iyaaa”

Uwanya salah satu tokok masyarakat yang mempunyai pengaruh di lingkungannya, walau dia Uwa Dian tapi Dian memanggilnya Abah begitu juga gua yang kadang memanggilnya Uwa atau Abah. Setelah salim kita pamit berangkat menuju rumah Vina.

Beberapa menit sebelum magrib kita udah sampai di rumah Vina, keluarga dan beberapa orang saudaranya menyambut kedatangan kami dengan baik. Sambil menunggu Vina yang masih mandi gua dan Dian berjalan ke samping rumah dan melihat-lihat kolam dengan ikan-ikan cantik di dalamnya.

“Kasian ya ikannya gak bisa berenang bebas” kata Dian yang duduk di samping kanan

“Tapi mereka aman di sini, gak bakalan ada yang nangkep udah gitu di kasih makan”

“Iya tapi sempit”

“Sekarang liat kamu, ikan ini gak jauh beda sama kamu”

“Ih masa aku disamain kaya ikan”

“Gini, kamu juga gak di bebasin main sama Uwa tapi kalo kamu di bebasin mungkin kamu bakalan kebawa pergaulan ABG-ABG sekarang”

“Aku juga bisa jaga diri kok ka, Uwa aja yang gak percayaan orangnya”

“Kalo uwa kamu gak percaya, mungkin kamu gak bakalan di bolehin nginep di sini sekarang”

“Aku kan berangkatnya ama kaka, lagian uwa percaya kok ama kaka mah”

“Nah itu dia, dapet kepercayaan itu susah eh bukan susah tapi kepercayaan itu gak bisa diperbaharui”

“Yaelah ka udah kaya pelajaran aja pake diperbaharui”

“Kan kalo orang bilang kepercayaan itu mahal, nah sama kaya Emas bisa bahal soalnya susah dapetnya terus gak bisa diperbarui”

“Terus apa hubungannya sama kepercayaan ?”


“Dapet kepercayaan itu susah, Kalo kepercayaan di rusak belum tentu orang bisa percaya sama kita lagi”

“Oh jadi gitu ya ka, tapi aku gak ngerti  

“Heuuu nyao ah”

“Ihh kaka jelasin biar aku ngerti”

Beberapa menit kemudian Vina datang dengan rambut sedikit basah,

“Kayanya ada yang abis ceramah nih” Kata Vina sambil berjalan menghampiri kami lalu duduk di sebelah kiri gua.

Gua : “Biasa, nih anak kecil kalo ngomong kudu jelas aja”

Dian : “Ihh apaan sih, kaka aja yang ngomongnya berbelit-belit”

Vina : “Hahaha Teteh juga ngerti soalnya teteh juga suka gak ngerti kalo gak focus dengerinnya”

Gua : “Udah berasa pake rumus aja gua ngomong

Vina + Dian : “Hahaha

jam 20:00 gua dan 2 orang sodara Vina membongkar kandang ayam yang udah gak terpakai, Hari ini keadaan Vina terlihat semakin membaik, dia juga ikut membantu Dian dan yang lain di dapur untuk membuat nasi liwet.

Sekitar 30 menitan kayu-kayu bekas kandang ayam itu berubah jadi arang, sodara Vina masuk ke dalam rumah dan beberapa detik kemudian kembali ke teras dengan kipas angin dan terapo (terminal). Sambil menunggu ayam matang, Vina dan Dian berjalan menghampiri kami bersama Rara yang memegang gitar. Rara adalah sepupu Vina yang tinggal di Jakarta, dia Mahasiswa seperti kami. Perlahan Rara mulai memetik gitar itu,

Konna ni omotte iru Jikan wa tomatte kurenai

Karappo no kokoro wa anata no kimochi wo mada mitsukerarenai

Onaji e wo nido to egaku koto wa dekinai no ni

Atashi no kanjou wa tada kurikaeshite bakari

Gua kagum saat mendengarnya, Rara begitu lancar menyanyikan lagu ini terlebih suaranya juga bagus, Vina dan Dian yang duduk di sebelah kiri gua ikut menyanyikan Salah satu lagu

Jepang yang sering gua putar di toko.

"Ai no uta" wo kikasete yo sono yokogao mitsumeta Anata no koto shiritai yo mou deatte shimatta no

Donna ni sabishikute mo mata aeru ki ga shite iru kara

Riyuu nante iranai hiki kaesenai koto wo shitte iru

Kono mama ja wasuremono ni natte shimau desho?

Atashi no kanjou wa namida no oku kagayaita

"Ai no uta" wo kikasete yo sono yokogao sono saki ni Anata ga ima mitsumeteru hito ga iru to wakatte mo

Tsubasa wo kudasai to shinjite utau you ni atashi datte chikau yo

Kako no zenbu uke ireru tte kimeta

"Ai no uta" wo kuchizusamu sono egao ni furetai Anata ga ima mitsumeteru hito ga iru to wakatte mo

"Ai no uta" wa owaranai mou deatte shimatta no

Setelah nyanyi-nyanyi kita ngobrol-ngobrol bersama, gua gak terlalu banyak bicara karena Vina dan sodara-sodaranya yang asik bercerita tentang masa kecil mereka. Saat lagi asik-asik ngobrol, Roy sepupu Vina datang dengan dua lembar daun Pisang berukuran besar lalu dia menggelarnya di lantai teras.

Karena keasikan ngobrol waktu jadi begitu cepat berlalu, kami pun menyantap nasi liwet dan ayam bakar bersama. Kalau saat di rumah sakit gua melihat keluarga Vina begitu sedih tapi di sini gua melihat bereka begitu cerita, tawa dan canda mereka benar-benar membuat suasana malam ini begitu hangat.

Sekitar jam 23:00 Vina, Dian dan Rara tidur lebih awal di kamar Vina sedangkan gua masih di luar bersama sepupu Vina yang lain. Kami hanya ngobrol-ngobrol ringan sambil menghisap rokok.

Ssssshhhhh HHhuuuuuu……

Kadang kalau teringat saat Tahun baru ada rasa kesal, sedih, takut, dan senang. Semua rasa bercampur jadi satu. Gua sedih, tentu semua orang yang mempunyai hati akan merasa sedih saat pasangannya sakit. Gua takut terulang kembali, gua senang saat melihat Vina selamat dari masa-masa kritis. Gua kesal karena rencana tahun baru di puncak gagal pedahal gua udah merencanakan itu dari awal desember, tapi mungkin Tuhan berkata lain.


Tentunya gua bersyukur Tuhan masih memberikan kesempatan, gua ingin memperbaiki rencana yang sempat gagal, gua ingin kepuncak bulan depan saat Vina udah benar-benar pulih. Gua udah memikirkan semua ini matang-matang dari bulan desember lalu, dan gua harap apa yang udah gua rencanakan ini akan berjalan lancar karena ini adalah pilihan yang udah gua ambil.



Aku Kau dan Sabun Part 70