Aku Kau dan Sabun Part 72



Hubungan gua dengan Vina semakin dekat, Tapi walau begitu kami belum menentukan pernikahan. Bukan gua gak serius dengan pertungangan tapi kedua orang tua kami masih belum menemukan tanggal yang tepat.

Setelah magrib gua dan Vina pergi meninggalkan Arez sendirian di toko, sesampainya di kampus kita harus berpisah karena kelas yang berbeda.

Hari ini sebenarnya gua malas masuk karena Dosennya sangat membosankan, selama memberikan materi hanya barisan depan yang memperhatikan sedangkan yang lainnya sibuk ngobrol dan memainkan gadget.

“Tolong jangan berisik” Protes Dosen

“……………..” Suasana kelas mendadak hening

“kalian boleh gak dengerin saya, tapi tolong jangan berisik”

Lalu Dosen kembali menjelaskan materi yang menurut gua lebih mirip guru yang sedang mendikte. Karena bosan gua duduk di lantai belakang kelas yang masih memiliki ruang kosong sekitar 2 Meter, Darno ikut duduk di samping gua sambil mengeluarkan Laptop dari dalam tas dan memasang Joy Stik.

Setelah loading windows, Darno membuka game PES. Ini bukan pertamakalinya kami main PES saat kelas berlangsung, tapi setiap kali kami merasa bosan hanya ini cara satu-satunya untuk menghilangkan kebosanan ketimbang harus keluar dan menghabiskan roko di WC seperti yang lain.

“Tarohan nyok” Ajak gua dengan suara pelan

“Berapa ?” Tanya Darno sambil asik menggiring bola

“100 ribu”

“Buset gua lagi bokek”

“Yah gak seru mainnya kalo gak tarohan”

“Gimana kalo yang kalah harus nembak Nata di depan kelas ?”

“Jiah Cuma kaya gitu, kurang seru”


Ditengah berunding tentang taruhan Ragil dan Eko ikut duduk dan menonton kami yang lagi main,

Eko : “Gak ngajak-ngajak lo pada”

Ragil : “Ikutan dong”

Gua : “Stttt jangan keras-kerang ngomongnya”

Eko : “Iya sorry”

Darno : “Mau pada ikut tarohan gak ?”

Eko : “Berapa ?”

Darno : “Gak pake duit, yang kalah nembak Nata di depan kelas”

Ragil : “Dari pada nembak mendingan yang kalah cipok Nata depan kelas”

Gua : “Nah kalo itu gua setuju, gimana ?”

Darno : “Boleh”

Gua menyobek kertas 4 bagian dan menulis nama gua, Eko, Ragil, dan Darno lalu melipat-lipatnya. Setelah di kocok 2 kertas di ambil, nama yang ada di dalamnya yang akan bermain dan menentukan siapa yang akan mencipok Nata saat kelas berakhir.

Darno membuka Kertas pertama dengan tulisan “Eko” lalu kertas kedua dengan tulisan “Darno”, selamet….. gua hanya jadi penonton. Setelah menyusun strategi pertandingan di mulai.

Gua kaget saat melihat Eko yang begitu jago bermain, pedahal selama ini gua taunya dia anak yang rajin karena setiap kali ada tugas dia selalu yang pertama kali mengumpulkan atau mempersentasikannya di kelas. Pertandingan berakhir dengan skor jauh dari kata seimbang, yaitu Eko : 6 dan Darno : 1

Darno : “ASU…. Kalah telak gua”

Eko : “Udah enjoy aja entar lo dapet cipok Nata”

Ragil : “Iya nikmatin aja, sekalian minta Spo*ng”

Gua : “Entar gua bawain bantal besok takut lo gak bisa duduk”


Darno : “Kamprettt

HAHAHAHAHA  gua, Eko dan Ragil menertawakan Darno

“Tolong yang dibelakang jangan berisik”

“Iya Pak” jawab kami serentak

Sekitar jam 20:30 Ragil langsung buru-buru menutup pintu saat Dosen meninggalkan kelas. Gua, Eko dan Darno maju ke depan kelas, lalu gua Eko meminta Nata ikut maju.

“Eh ada apaan ?” Tanya Nata bingung

“Udah sini aja” Jawab Eko

Lalu Nata bangun dan berjalan ke depan kelas,

Ragil : “Tutup mata lo”

Nata : “Buat apa ? mau di kerjain ya ?”

Eko : “Iya gua mau ngasih kejutan, tapi jangan lari ya”

Nata : “Aku kan ulang tahun masih lama”

Gua : “Udah tutup aja, Darno mau ngasih sesuatu”

Nata menutup matanya, semua yang di kelas terlihat bingung melihat kami. Perlahan Darno mendekati Nata dan pelan-pelan dia mencium bibir Nata

“BUSEEETTTTT ” “GILAAA

“HOMOOO :” “EDAANN ” “PARAHHH

“GELI GUA WOIII ” “SERUUUU  

Semua yang di dalam kelas terlihat Syok saat melihat Darno mencium Nata, tapi Nata bukan

menghindar melainkan memegang kepala Darno dan membalas ciumannya dengan beringas

HAHAHAHAHAH....  semua ketawa sampai ada yang ampe nangis karena menertawakan Darno yang coba melepaskan ciuman Nata tapi tangannya begitu kuat memegang kepala Darno.

Setelah beberapa detik Nata melepaskan ciuman, Darno terlihat pucat dan seperti orang mau muntah.

HAHAHAHAHAHA...  kami kembali menertawakan Darno

Gua : “Jangan ada yang salah paham ya, Darno Cuma kalah tarohan aja”

Eka : “Kenapa gak suruh sodok aja”

Darno : “Busettt lo aja sono”

Eko : “Kasian Men, entar dia gak bisa duduk besok”

HAHAHAHA  kami kembali menertawakan Darno

“Ini baru Pria Sejati” Kata Ragil menimpa



WIIHHHHHH…….  PROK PROK PROK PROK Semua yang tadi menertawakan Darno jadi memujinya, Darno dan Nata adalah orang yang sering memberikan hiburan di kelas. Mereka sering melakukan hal-hal konyol yang membuat mereka seperti orang Bodoh tapi justru itu bisa menghibur orang lain.

Gua udah kenal Darno sejak SMP tapi baru kali ini gua bisa melihat dia begitu berani, bukan karena mau cipokan dengan Nata tapi karena dia bisa menepati kata-katanya sendiri. Seandainya yang kalah Eko, Ragil, atau Gua sepertinya bakalan langsung kabur saat kelas berakhir.

Sekitar jam 21:00 satu persatu meninggalkan kelas begitu juga dengan gua karena Vina udah nunggu di luar dari tadi.

“Ada apan sih rame banget ?” Tanya Vina

“Darno nyipok Nata”

“Hah yang bener Mas ?”

“Iya bener”

“Kok bisa ? Darno Homo ya ?”

“Engga, dia kalah tarohan tadi”

“Oh pantesan, tapi parah amat tarohan ampe kaya gitu”

“Yah tau sendiri kelas Mas isinya orang gila semua, yuk balik”

Gua berjalan menuju parkiran dengan Vina yang menggandeng tangan kiri gua, Vina yang duduk di samping gua sepanjang perjalanan pulang terus ketawa saat gua menceritakan kejadian tadi di kelas.



Aku Kau dan Sabun Part 73