“Siapa Mon ?”
“Evalina” kata dia kemudian
“……………” Sekarang gua yang diam,
ternyata Eva orang yang dia maksud. Dulu gua emang gak terlalu mengenal
teman-temannya jadi gak tau kalau Mona adalah temannya.
“Eva meninggal kenapa ?” Tanya gua
“Eva OD”
“Kata siapa lo ?”
“Waktu itu aku nganter temen
nyebar undangan ke rumahnya, kata orang tuanya Eva udah meninggal, aku baru tau
tiga bulan lalu pedahal Eva meninggal udah lima bulan lalu. Cowonya yang
ngenalin Eva sama Narkoba sampe dia jadi kecanduan”
“Terus gimana cowonya waktu tau Eva OD ?”
“Orang tuanya laporin ke polisi,
ternyata Cowonya salah seorang pengedar narkoba di kalangan anak sekolah”
“ANJIRRR” Kata gua dengan nada lebih tinggi
“Tiap
inget Eva aku suka sedih, kadang aku juga kesel pengen banget aku bejek-bejek
tuh muka cowonya” Kata Mona yang terlihat geram, Ekspresinya yang tadi sedih
berubah jadi terlihat kesal
“Kamu harus iklasin” gua coba menenangkannya
“Aku gak terima Bob Eva meninggal kaya gitu”
“Kamu harus bisa terima kenyataan, mungkin emang
ditakdirin kaya gitu meninggalnya”
“Aku kenal dia dari SD, SMPnya juga kita sama, tapi
kita kepisah gara-gara dia gak masuk SMA Negeri. Kamu gak ngerti Bob, Kamu gak
ngerti gimana rasanya kehilangan orang yang udah deket banget sama kamu”
jantung ini kembali berdebar,
perkataan Mona membuat gua teringat seseorang yang hampir tiga tahun menemani
gua di sekolah. gua bangun dan berjalan menuju lemari dengan dua pintu yang ada
di pojok kamar.
“Sini” kata gua tanpa menoleh ke
belakang, lalu beberapa detik kemudian Mona berdiri di samping gua
“Kenapa Bob ?”
Gua menoleh ke kanan menatapnya “Menurut lo gua
orang baik atau jahat ?” Tanya gua
“Semua orang juga tau kamu itu orang baik”
“lo salah”
“Maksudnya ?”
“Gua jahat, gua bukan orang baik-baik”
“………….” Mona terlihat syok saat gua mengatakan itu
“Dulu gua sering maenin cewe, gua sering ngotorin
mereka, kalo udah puas gua ninggalin mereka. Gua juga sering jadi biang
keributan, gua sering bikin masalah di sekolah, gua punya kebiasaan aneh, gua
paling gak bisa maafin orang yang bikin gua sakit hati”
“Tapi itukan masalalu kamu, sekarang kamu gak kaya
gitu lagi”
“Kadang kamu harus tau kenapa
orang bisa berubah, kamu juga harus tahu siapa yang bikin gua jadi kaya
sekarang”
“Kamu gak pernah cerita, jadi aku gak tau”
Gua ceritakan semuanya, dari
mulai pertama kali ketemu sampai kita jadian dan semua rencana yang pernah kita
rangkai.
“Kok aku gak pernah liat ya ?” Tanya dia setelah
gua selesai bercerita.
“……….” Gua hanya diam
Gua pegang tangan kananya dan menyentuhkannya di
dada kiri gua “Di selalu ada di sini”
Kata gua kemudian
“Maksudnya ?” Tanya Mona yang terlihat heran
Gua turunkan tangannya dan
sedikit berjinjit mengambil kunci yang ada di atas lemari, setelah kunci
terbuka gua buka kedua pintunya.
" " Mona terlihat syok saat melihat
foto-foto yang memenuhi lemari, dengan sepatu, jam tangan, sweater, baju, dan
barang-barang lain pemberian Kanza yang sengaja gua letakan di dalam lemari.
Mona sedikit merendahkan badan dan melihat dengan dekat sebuah foto berukuran
besar yang menempel pada pintu lemari.
“Orang Jepang ya ? cantik banget
” kata dia kemudian

“Cuma keturunan aja, dia asli Indo”
Mona kembali menegakan tubuhnya dan menatap gua “Terus
dia sekarang di mana ?”
“Sebelum UN dia ngalamin
kecelakaan waktu mau berangkat sekolah, kecelakaan maut itu ngerenggut nyawanya”
“…………….”
Mona kembali syok, dia hanya diam
dengan mulut sedikit terbuka mendengarkan gua menceritakan kecelakaan yang
menimpa Kanza. Matanya kembali berkaca-kaca,
BUG dia
langsung memeluk gua. sesekali gua mendengar isak tangisnya,
“Maaf” kata dia dengan suara pelan
“Maaf buat apa ?”
“Aku udah ngomong kaya gitu tadi”
“Gua yang salah gak pernah cerita soal itu”
“Kenapa kamu baru kasih tau sekarang ?”
“Vina sama Arez bikin sekenario biar gua Move On
dari Kanza, gua gak mau kalo sampe ada orang yang ngasih perhatian gara-gara
kasian”
“Tapi aku beneran sayang kamu”
“……….” Gua langsung diam, lalu
Mona melepaskan pelukan dan menyeka air mata dengan kedua tangannya
“Kamu tuh gak peka juga ya, aku jadi keceplosan kan”
“HAHAHAHA” lalu kami tertawa bersama,
Gua kembali mengunci lemari dan
merebahkan badan di ranjang dengan Mona ikut merebahkan badan disebelah kiri,
walau dia udah menyatakan perasaannya tapi tak terlihat kecanggungan saat dia
bicara. Kami hanya ngobrol-ngobrol ringan sampai waktu menunjukan pukul 17:30
dan Mona pamit pulang di antar Bokap.
Ada yang bilang kalau dunia hanya selebar daun kelor,
tapi bagi gua dunia itu tetap luas. Cara Tuhan mempertemukan kita dengan
seseorang yang membuat Dunia terasa sempit. Seperti pertemuan gua dengan Mia
yang ternyata anak orang yang selama ini gua cari, lalu dengan seorang gadis
berjilbab pink yang gua kenal di rumah sakit yang ternyata tinggal di sekitar
warnet, dan Mona yang ternyata teman dekat Eva.
Aku Kau dan Sabun Part 89