Pagi hari
sekitar jam 06:00, gua duduk di bangku depan rumah dengan segelas kopi, rokok,
dan kue pancong yang bokap beli dari pedagang yang setiap pagi lewat depan
rumah. Hujan tadi malam membuat udara pagi ini terasa dingin, terlebih lagi gua
hanya mengenakan kolor dan kaos oblong.
Saat sedang menikmati secangkir kopi, sebuah motor
matik putih tanpa nomor polisi berhenti di depan rumah, Wajahnya tertutup helm
dan masker berwarna pink. Lalu dia membuka helm dan mengaitkannya di spion
motor, gua terpesona saat melihat wajahnya. Mona terlihat sangat cantik dengan
make up yang gak terlalu berlebih dan rambut panjang sedikit pirang. Kemeja putih
dan jeans hitam membuatnya terlihat dewasa dan rapih. Dia berjalan menghampiri
gua yang masih duduk di bangku
“Biasa aja dong liatnya” kata dia yang berdiri di
hadapan gua
“Cantik banget” goda gua
“Ih apaan sih, prasaan sama aja
” kata dia yang terlihat malu

“………..” Gua hanya tersenyum, dia
selalu mengatakan itu setiap kali gua mengatakan ‘cantik’.
Dia mengambil bungkus rokok di
atas meja yang belum gua buka “Ini rokok siapa ?” Tanya dia dengan tangan kanan
menggenggam bungkus rokok
“Punya gua”
“Gak usah ngerokok !”
“Belum juga dibuka”
“Pokoknya jangan ngerokok!”
“Kenapa ?”
“Jangan ngerokok lagi”
“Gak gampang berenti ngerokok
”

“Kalo gitu kamu bakar rokoknya, tapi jangan di isep”
“Gimana caranya
”

“…………” Mona hanya diam dan mengambil korok yang ada
di meja,
CRESS..
dia menyalakan korek gas dan membakar bungkus rokok yang dia pegang ditangan
kanannya “Kaya gini” kata dia, kemudian melemparkan rokok tadi ke halaman saat
api mulai membesar
“Njirr itu sama aja kaya bakar sampah
”

“Aku gak mau kamu ngerokok lagi”
“Emang lo siapa gua pake ngelarang segala”
“………” Mona kembali diam, dia
sedikit merendahkan badan dan mendekatkan wajahnya “Apa salah kalo aku peduli
sama kamu ?” Kata dia kemudian
“………..” sekarang gua yang diam, bukan gua gak bisa
menjawab pertanyaannya tapi jarak
wajahnya yang sangat dekat
membuat gua grogi
:. lalu Mona kembali menegakan badannya.

“Huh, baru kaya gitu aja udah gemeteran” kata dia
menyindir
“Kampret, gua belum gosok gigi
”

“Yaelah, cuek aja kali. Kamu gak mandi berhari-hari
aja aku tetep mau nemeninkan” kata dia
lalu tersenyum 

“Hehe, idung lo emang bermasalah kayanya”
“Idung aku normal kok”
“Tau dari mana kalo idung lo normal ?”
“Bangun coba, gak enak banget liatnya duduk terus
gitu”
“Lo aja yang gak mau duduk dulu”
“Aku takut pewe kalo duduk, entar males berangkat
gawe”
“huh” Gua mendengus pelan lalu berdiri di
hadapannya
CUP Mona
langsung mencium pipi kanan gua “Hidung aku normalkan, aku bisa nyium pipi kamu”
“KAMPRET…. Gua dimodusin” batin
gua, “Nyium bau badan maksud gua bukan pipi
” kata gua kemudian

“Ih gak mau ya aku cium ?” “Gak
mau sih kalo sekali”
“idihh malah pengen nambah hahaha”
“Jangan keras-keras ketawanya,
entar ade gua bangun” “Oh iya, maaf lupa kalo ada dede”
“Duduk dulu napa, dari tadi diri terus lo. Apa mau
gua buatin teh manis ?”
“Ah gak usah, bentar” Dia
berjalan menuju motor dan kembali dengan tangan kanan menjinjing plastik putih,
lalu dia meletakannya di meja.
“Apaan tuh ?”
“Ini buat kamu sarapan”
“Kok lo tau kalo nyokap gak masak
?” “Hehe aku kan SMS Mamah kamu dulu tadi” “Jiah makin akrab aja lo ama nyokap”
“Hehe” Dia tersenyum menyeringai,
lalu menjulurkan tangan kanannya “………..” Gua hanya diam karena gak ngerti apa
yang dia maksud “Aku mau berangkat, salim dulu”
“Tangan gua belum bisa dilurusin
”

“oh iya aku lupa, yaudah anggap
aja ciuman tadi gantinya
” Setelah mengatakan itu dia berjalan
menunuju motor dengan gua yang mengikuti di belakang.

“Hati-hati di jalan” kata gua lalu Mona tersenyum,
setelah memasang kembali masker dan
helmnya dia stater motor dan
pegi. Gua masih berdiri di gerbang melihat motor Mona yang berjalan semakin
jauh dan menghilang di tikungan.
Aku Kau dan Sabun Part 90