Toko kembali ramai setelah tiga
hari buka, karena gua yang keteter dengan servisan dan pembeli yang selalu
mengantri jadi gua meminta Firman sepupu gua yang sedang nganggur untuk kerja
di toko. Firman ini usianya lebih tua 6 tahun dari gua dan sudah mempunyai
seorang anak yang baru berusia 10 bulan, dia juga lebih jago dan berpengalaman
dibidang IT jadi gua bisa belajar banyak darinya.
Senin, setelah magrib gua pergi
meninggalkan toko. Mungkin karena biasanya berangkat berdua dengan Vina, gua
jadi ngerasa ada yang kurang setiap kali berangkat ngampus
.

Sekitar
jam 18:30 setelah parkir mobil gua berjalan menuju kelas, semua tempat duduk
hampir penuh karena sekarang hari pertama UAS jadi gak ada yang nongkrong dulu
di angkringan atau leha-leha berangkatnya.
Gua duduk dibangku paling depan karena hanya
barisan depan yang masih kosong
, Beberapa menit kemudian pengawas datang dan
membagian soal beserta lembar jawabannya, sambil membagikan soal pengawas
menerangkan aturan-aturan yang harus ditaati saat mengikuti UAS. Aturannya gak
jauh beda dengan UAS saat SMA, bedanya kami dilarang melihat teman tapi
diperbolehkan mencari jawaban dari buku atau internet
.


Gua lihat beberapa orang sibuk
membuka buku dan gadget mencari jawaban, karena ada beberapa soal yang gua gak
ngerti jadi gua pun ikut mencari jawaban di internet. Tangan gua yang belum
sepenuhnya pulih jadi butuh waktu lama untuk menulis, untungnya waktu yang
diberikan cukup lama jadi gua bisa santai menulis jawaban atau lebih tepatnya
menyalin
jawaban dari internet 

Waktu habis, kami dipersilahkan
mengumpulkan jawaban dimeja paling depan. Karena gua duduk paling depan jadi
gua keluar lebih awal, Gua duduk dibangku depan kelas sambil menyalakan rokok,
Sssshhhhhhuuuuuuuu…. Gua hisap
dalam-dalam dan menghembuskannya peralahan, saat asik menikmati asap rook tiba-tiba ada yang mengambil roko dijari
gua lalu menginjaknya di lantai.
“Udah dibilang jangan ngerokok!” Kata Mona yang
berdiri di depan gua
“Njirrr gua lupa” Batin gua “Hehe lupa” Kata gua
dengan begonnya
“Alesan aja, mau langsung pulang engga ?”
“Mau kemana dulu emang ?”
“Anter aku”
“Ke mana ?”
“Ke rumah sepupu aku”
“Udah jam Sembilan, mau ngapain ?”
“Sepupu aku sakit, pengen jenguk”
“Gak bisa besok ?”
“Pengen sekarang”
“Heuuu yaudah, lo bawa motor gak ?”
“Engga tadi nebeng sama Ega”
“Yuk, berangkat sekrang biar gak kemaleman”
Kami berjalan menuju parkiran dan meninggalkan
kampus, sepanjang jalan Mona mencarikan penyakit yang dialami sepupunya. Dia
bilang kalau sepupunya udah dibawa ke rumah sakit tapi dokter bilang dia hanya
kelelahan sedangkan sepupunya selalu ngeluh sakit dibagian perut. Karena di RS
gak kunjung sembuh jadi sepupu Mona dibawa pulang untuk diobati pengobatan
non-medis.
“Belok kiri atau kanan ?” Tanya gua
“Kiri”
“Emang rumahnya di mana ?”
“Udah ikutin jalan aja”
“
”

Jalan yang kami lewati gak asing
bagi gua karena saat SMP gua sering ke sini setiap hari sabtu, sebuah jalan
lurus dengan lahan yang masih kosong yang ditanami pohon singkong dan jagung.
“Fokus dong bawa mobilnya, jangan
liat kesamping melulu” Protes Mona yang duduk disebelah kiri
“Gua dulu sering ke sini” “Ngapain
? mojok ya ?”
“Ngaco
gua
Gak maen di kebon” “Terus ngapain coba ?”

“Tawuran”
“Kirain kamu Cuma cubul, tapi nakal juga ya
"

“Ya begitulah, Gua pernah bikin
kepala orang bocor disini” “Yang bener ? Terus terus”
“Waktu itu temen-temennya pada
kabur tapi dia sendirian maju, orangnya kebal jadi gak mempan pake senjata”
“Kebal tapi kok kepalanya bisa bocor ?”
“Kebal bukan berati gak punya
kelemahan, temen gua pukul dia pake bambu kuning sama kayu singkong terus gua
bacok kepalanya pake benda tajam”
“Ya ampun kamu kejam banget sih, kalo mati gimana
coba”
“Yang nama tawuran itu Cuma ada
dua pilihan, maju atau mundur, kejar atau dikejar, hajar atau dihajar, bacok
atau dibacok”
“Ih kamu ngapain sih ikutan tawuran segala”
“Hiburan, eh ini belok kanan atau
lurus ?” gua coba mengalihkan pembicaraan “Lurus aja, itu kan gerbang perumahan
”

“Oh iya lupa" Jawab gua bohong pedahal gua tau
"ini kita kalo lurus terus tembus ke Cibubur loh” lanjut gua
“Ia rumah sepupu aku deket situ,
tapi belum masuk daerah Cibuburnya” “Deket rumah Presiden ?”
“Cuma tau jalannya aja”
Sekitar
hampir satu jam perjalanan gua hentikan mobil didepan sebuah rumah berukuran
cukup besar yang berada di pinggir jalan, Mona turun dan membuka gerbang. Gua
parkir mobil disamping beberapa motor yang terparkir di halaman rumah yang
cukup luas.
Gua dan Mona berjalan meuju pintu
rumah yang terbuka, setelah mengucapkan salam seorang Bapak-bapak
mempersilahkan kami masuk. Saat gua mau duduk Mona menarik tangan gua agar
mengikutinya ke sebuah kamar dengan beberapa orang yang berdiri di lawang
pintu.
Seorang lelaki sedang terbaring dengan ekspresi
menahan rasa sakit, sepertinya ini sepupu Mona yang tadi diceritakan. Seorang
bapak-bapak menaikan baju sepupu Mona dan mengolesi perutnya dengan minyak
angin. Mona seperti ketakutan saat melihat sepupunya meringis kesakitan,
“Ada apa ?” Tanya gua heran
“Itu liat” kata dia dengan berbisik ditelinga gua
“Liat apaan ?”
“Perutnya ?”
“Gendut”
“Kamu yakin gak liat apa-apa ?”
“Emang lo liat apaan sih ?” Gua semakin bingung
Lalu Mona menarik gua menjauh dari kamar “Ada ular
diperutnya”
“
yang bener lo ?”

“Kayanya dia beneran kena guna-guna deh”
“Kok gua gak liat apa-apa ya ?”
“Aku bisa liat 'mereka' yang ada
dibelakang kamu, di atas lemari, di deket gerbang, sama yang ada diperut sepupu
aku”
“…………..” Gua hanya diam mikirkan perkataan Mona
barusan
“…………..” Mona hanya manggut-manggut
Lalu kami berjalan ke luar dan
duduk dibangku yang ada di depan rumah, Mona menceritakan kalau dia bisa
melihat ‘mereka’ sejak usianya masih kecil. Mona yang masih kecil gak bisa
membedakan ‘mereka’ sempat dianggap Gila oleh keluarganya sendiri karena sering
kepergok sedang bicara sendiri, tapi lama kelamaan keluarganya mulai mengerti
tentang kelebihan yang dia miliki, Dia juga mulai mungurangi interaksi dengan ‘mereka’
karena ingin dianggap normal.
setelah bercerita panjang lebar
kami saling diam sibuk dengan pikiran masing-masing, gua selalu berpikir kalau
bisa melihat 'mereka' mungkin akan menyenangkan tapi kenyataanya Mona justru
ingin menjadi orang normal, apa kemampuan Mona hanya bisa berinteraksi dengan
'mereka' ? jangan-jangan dia bisa baca pikiran gua jadi dia tau kalau otak gua
cabul
ah
pikiran gua selalu negativ 


Ditengah lamunan sebuah motor
berhenti di depan rumah. Seorang lelaki berusia lanjut turun dari motor,
setelah mengucapkan salam dia langsung masuk ke dalam rumah diikuti bapak-bapak
yang tadi menyambut kami.
AAAAAAAAAAA Sepupu Mona berteriak keras saat orang pintar ini menyentuhkan tangan pada bagian perut, gua hanya
menelan ludah saat melihat seekor kalajengking keluar dari pecahan telur.
“Tadi kata lo ada uler, kok yang keluar
kalajengking” Tanya gua dengan berbisik
“Aku juga gak tau, tapi ulernya udah gak ada
”
“………….” Gua hanya diam dan kembali melihat orang pintar ini seperti sedang membaca
sesuatu yang gak terdengar jelas, sepupu Mona yang dari tadi terus-terusan
meringis kesakitan sekarang terlihat lega seolah rasa sakit yang dia rasakan
menghilang. Apa dia beneran kena santet ? ah gua selalu gak percaya dnegan hal
yang berbau klenik.
Setelah pengobatan selesai orang pintar pamit pulang, hari udah
semakin larut gua juga harus pulang tapi Mona meminta gua untuk nginep di sini
dan pulang besok subuh. Karena udah ngantuk jadi gua menuruti permintaannya
untuk nginep.
Mona merebahkan badan disofa
dengan posisi miring menghadap gua yang ikut merebahkan badan di karpet dengan
kepala beralaskan bantal. Kami hanya bertatapan dalam diam, Sesekali Mona
melemparkan senyuman. Mata yang semakin berat membuat gua gak butuh waktu lama
untuk tidur.
Aku Kau dan Sabun Part 92