Aku Kau dan Sabun Part 91



Toko kembali ramai setelah tiga hari buka, karena gua yang keteter dengan servisan dan pembeli yang selalu mengantri jadi gua meminta Firman sepupu gua yang sedang nganggur untuk kerja di toko. Firman ini usianya lebih tua 6 tahun dari gua dan sudah mempunyai seorang anak yang baru berusia 10 bulan, dia juga lebih jago dan berpengalaman dibidang IT jadi gua bisa belajar banyak darinya.

Senin, setelah magrib gua pergi meninggalkan toko. Mungkin karena biasanya berangkat berdua dengan Vina, gua jadi ngerasa ada yang kurang setiap kali berangkat ngampus .

Sekitar jam 18:30 setelah parkir mobil gua berjalan menuju kelas, semua tempat duduk hampir penuh karena sekarang hari pertama UAS jadi gak ada yang nongkrong dulu di angkringan atau leha-leha berangkatnya.

Gua duduk dibangku paling depan karena hanya barisan depan yang masih kosong , Beberapa menit kemudian pengawas datang dan membagian soal beserta lembar jawabannya, sambil membagikan soal pengawas menerangkan aturan-aturan yang harus ditaati saat mengikuti UAS. Aturannya gak jauh beda dengan UAS saat SMA, bedanya kami dilarang melihat teman tapi diperbolehkan mencari jawaban dari buku atau internet .

Gua lihat beberapa orang sibuk membuka buku dan gadget mencari jawaban, karena ada beberapa soal yang gua gak ngerti jadi gua pun ikut mencari jawaban di internet. Tangan gua yang belum sepenuhnya pulih jadi butuh waktu lama untuk menulis, untungnya waktu yang diberikan cukup lama jadi gua bisa santai menulis jawaban atau lebih tepatnya menyalin

jawaban dari internet

Waktu habis, kami dipersilahkan mengumpulkan jawaban dimeja paling depan. Karena gua duduk paling depan jadi gua keluar lebih awal, Gua duduk dibangku depan kelas sambil menyalakan rokok,

Sssshhhhhhuuuuuuuu…. Gua hisap dalam-dalam dan menghembuskannya peralahan, saat asik menikmati asap rook tiba-tiba ada yang mengambil roko dijari gua lalu menginjaknya di lantai.

“Udah dibilang jangan ngerokok!” Kata Mona yang berdiri di depan gua

“Njirrr gua lupa” Batin gua “Hehe lupa” Kata gua dengan begonnya

“Alesan aja, mau langsung pulang engga ?”

“Mau kemana dulu emang ?”


“Anter aku”

“Ke mana ?”

“Ke rumah sepupu aku”

“Udah jam Sembilan, mau ngapain ?”

“Sepupu aku sakit, pengen jenguk”

“Gak bisa besok ?”

“Pengen sekarang”

“Heuuu yaudah, lo bawa motor gak ?”

“Engga tadi nebeng sama Ega”

“Yuk, berangkat sekrang biar gak kemaleman”

Kami berjalan menuju parkiran dan meninggalkan kampus, sepanjang jalan Mona mencarikan penyakit yang dialami sepupunya. Dia bilang kalau sepupunya udah dibawa ke rumah sakit tapi dokter bilang dia hanya kelelahan sedangkan sepupunya selalu ngeluh sakit dibagian perut. Karena di RS gak kunjung sembuh jadi sepupu Mona dibawa pulang untuk diobati pengobatan non-medis.

“Belok kiri atau kanan ?” Tanya gua

“Kiri”

“Emang rumahnya di mana ?”

“Udah ikutin jalan aja”


Jalan yang kami lewati gak asing bagi gua karena saat SMP gua sering ke sini setiap hari sabtu, sebuah jalan lurus dengan lahan yang masih kosong yang ditanami pohon singkong dan jagung.

“Fokus dong bawa mobilnya, jangan liat kesamping melulu” Protes Mona yang duduk disebelah kiri


“Gua dulu sering ke sini” “Ngapain ? mojok ya ?”

“Ngaco  gua Gak maen di kebon” “Terus ngapain coba ?”
“Tawuran”

“Kirain kamu Cuma cubul, tapi nakal juga ya "

“Ya begitulah, Gua pernah bikin kepala orang bocor disini” “Yang bener ? Terus terus”

“Waktu itu temen-temennya pada kabur tapi dia sendirian maju, orangnya kebal jadi gak mempan pake senjata”

“Kebal tapi kok kepalanya bisa bocor ?”

“Kebal bukan berati gak punya kelemahan, temen gua pukul dia pake bambu kuning sama kayu singkong terus gua bacok kepalanya pake benda tajam”

“Ya ampun kamu kejam banget sih, kalo mati gimana coba”

“Yang nama tawuran itu Cuma ada dua pilihan, maju atau mundur, kejar atau dikejar, hajar atau dihajar, bacok atau dibacok”

“Ih kamu ngapain sih ikutan tawuran segala”

“Hiburan, eh ini belok kanan atau lurus ?” gua coba mengalihkan pembicaraan “Lurus aja, itu kan gerbang perumahan

“Oh iya lupa" Jawab gua bohong pedahal gua tau "ini kita kalo lurus terus tembus ke Cibubur loh” lanjut gua

“Ia rumah sepupu aku deket situ, tapi belum masuk daerah Cibuburnya” “Deket rumah Presiden ?”

“Iya, kamu tau daerah situ ?”

“Cuma tau jalannya aja”

Sekitar hampir satu jam perjalanan gua hentikan mobil didepan sebuah rumah berukuran cukup besar yang berada di pinggir jalan, Mona turun dan membuka gerbang. Gua parkir mobil disamping beberapa motor yang terparkir di halaman rumah yang cukup luas.

Gua dan Mona berjalan meuju pintu rumah yang terbuka, setelah mengucapkan salam seorang Bapak-bapak mempersilahkan kami masuk. Saat gua mau duduk Mona menarik tangan gua agar mengikutinya ke sebuah kamar dengan beberapa orang yang berdiri di lawang pintu.

Seorang lelaki sedang terbaring dengan ekspresi menahan rasa sakit, sepertinya ini sepupu Mona yang tadi diceritakan. Seorang bapak-bapak menaikan baju sepupu Mona dan mengolesi perutnya dengan minyak angin. Mona seperti ketakutan saat melihat sepupunya meringis kesakitan,

“Ada apa ?” Tanya gua heran

“Itu liat” kata dia dengan berbisik ditelinga gua

“Liat apaan ?”

“Perutnya ?”

“Gendut”

“Kamu yakin gak liat apa-apa ?”

“Emang lo liat apaan sih ?” Gua semakin bingung

Lalu Mona menarik gua menjauh dari kamar “Ada ular diperutnya”

yang bener lo ?”

“Kayanya dia beneran kena guna-guna deh”

“Kok gua gak liat apa-apa ya ?”

“Aku bisa liat 'mereka' yang ada dibelakang kamu, di atas lemari, di deket gerbang, sama yang ada diperut sepupu aku”

“…………..” Gua hanya diam mikirkan perkataan Mona barusan

“Lo indigo ?”” Tanya gua kemudian

“…………..” Mona hanya manggut-manggut

Lalu kami berjalan ke luar dan duduk dibangku yang ada di depan rumah, Mona menceritakan kalau dia bisa melihat ‘mereka’ sejak usianya masih kecil. Mona yang masih kecil gak bisa membedakan ‘mereka’ sempat dianggap Gila oleh keluarganya sendiri karena sering kepergok sedang bicara sendiri, tapi lama kelamaan keluarganya mulai mengerti tentang kelebihan yang dia miliki, Dia juga mulai mungurangi interaksi dengan ‘mereka’ karena ingin dianggap normal.

setelah bercerita panjang lebar kami saling diam sibuk dengan pikiran masing-masing, gua selalu berpikir kalau bisa melihat 'mereka' mungkin akan menyenangkan tapi kenyataanya Mona justru ingin menjadi orang normal, apa kemampuan Mona hanya bisa berinteraksi dengan 'mereka' ? jangan-jangan dia bisa baca pikiran gua jadi dia tau kalau otak gua
cabul  ah pikiran gua selalu negativ

Ditengah lamunan sebuah motor berhenti di depan rumah. Seorang lelaki berusia lanjut turun dari motor, setelah mengucapkan salam dia langsung masuk ke dalam rumah diikuti bapak-bapak yang tadi menyambut kami.

AAAAAAAAAAA Sepupu Mona berteriak keras saat orang pintar ini menyentuhkan tangan pada bagian perut, gua hanya menelan ludah saat melihat seekor kalajengking keluar dari pecahan telur.

“Tadi kata lo ada uler, kok yang keluar kalajengking” Tanya gua dengan berbisik

“Aku juga gak tau, tapi ulernya udah gak ada


“………….” Gua hanya diam dan kembali melihat orang pintar ini seperti sedang membaca sesuatu yang gak terdengar jelas, sepupu Mona yang dari tadi terus-terusan meringis kesakitan sekarang terlihat lega seolah rasa sakit yang dia rasakan menghilang. Apa dia beneran kena santet ? ah gua selalu gak percaya dnegan hal yang berbau klenik.

Setelah pengobatan selesai orang pintar pamit pulang, hari udah semakin larut gua juga harus pulang tapi Mona meminta gua untuk nginep di sini dan pulang besok subuh. Karena udah ngantuk jadi gua menuruti permintaannya untuk nginep.

Mona merebahkan badan disofa dengan posisi miring menghadap gua yang ikut merebahkan badan di karpet dengan kepala beralaskan bantal. Kami hanya bertatapan dalam diam, Sesekali Mona melemparkan senyuman. Mata yang semakin berat membuat gua gak butuh waktu lama untuk tidur.




Aku Kau dan Sabun Part 92