MISTERI ANAK-ANAK PAK JAWI (VERSI LENGKAP) CHAPTER 44
Chapter 44
Januari 2015
22:00 WIB
GADIS BERCADAR
TOK! TOK! TOK!!
Entah kenapa setiap kali suara pintu rumah saya diketuk, saya selalu berharap Bapak saya ada dibalik pintu itu. Sudah beberapa hari beliau tidak pulang, tanpa sekalipun memberi kabar. Padahal banyak yang ingin saya ceritakan, dan saat-saat seperti sekarang ini, nasehat beliau lah yang paling saya butuhkan.
Dengan perasaan yang campur aduk, antara penasaran dan takut saya pun membuka pintu. Dan lagi-lagi orang ini datang ke rumah saya. Cewe bercadar yang suka datang dan pergi tanpa permisi, supir gila yang suka menerobos tanpa permisi dan……
Dan sekarang dia masuk rumah saya, duduk di kursi saya, tanpa permisi.
“Ooooh jadi memang kamu itu gak punya sopan santun yaaa, seenakanya sajaa…”
“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu”
Cewe nyebelin ini menyela omongan saya, yang bikin saya tambah benci sama dia. Dia masih mengenakan penutup mulut, hanya saja kali ini bukan cadar merah. Entah apapun model dan warna kerudungnya, mulutnya harus tertutup. Saya pun menutup pintu rumah, dan duduk.
“Ok, apa??”
Tanya saya dengan nada judes
“Saya kesini untuk memberikan peringatan, sama kamu dan teman-teman kamu itu. Berhenti melakukan tindakan bodoh!!”
Saya tidak mengerti apa yang cewe ini katakan,
“Teman-teman siapa?? Tindakan bodoh apa??”
Tanya saya yang kebingungan
“Gara-gara tindakan ceroboh temen-temen kamu, satu desa ini jadi menanggung akibatnya. Kamu mau kejadian kemarin terulang lagi??”
Merasa disalahkan atas tragedi sumur itu, saya pun naek pitam
“MEREKA BUKAN TEMAN-TEMAN SAYA!!”
“Oh kalau begitu teman pacar kamu”
“Dini bukan pacar saya!!!!”
“Oh kalau begitu benar kata kak tuan, gak ada cewe yang mau jadi pacar kamu”
Itu adalah ucapan terakhir dari cewe resek ini, sebelum akhirnya saya lempar mulut kurang ajarnya itu dengan asbak yang ada di meja tamu ini.
Setidaknya itulah yang ada di bayangan saya, tapi kalau mengingat dia jago bela diri, rasanya mending kali ini saya mengalah saja. Saya masih bisa merasakan nyeri di punggung saya karena bantingannya itu.
Cewe ini pun menyambung lagi ceramahnya
“Kalian penduduk desa sudah menghancurkan tempat tinggal mereka, menebang tempat bermain mereka, jadi jangan salahkan mereka kalau mereka mencari tempat bermain yang baru di rumah warga”
Saya merasa dijadikan kambing hitam di rumah sendiri
“Tunggu dulu!!! Saya tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang dilakukan warga!! Jadi Jangan menyalahkan saya atas aksi balas dendam yang dilakukan Pak Jawi dan keenam anaknya!!”
“Pak Jawi sudah meninggal”
What??? Kata-kata cewe ini seperti cambuk yang baru saja mengenai hati saya. Saya tidak tahu harus merasa bagaimana, antara percaya dan tidak. Tapi jauh di lubuk hati saya yang paling dalam, saya merasa Sedih.
“Aaa aapa maksud kamu???? Pak jawi sudah meninggal???”
Cewe itu pun mengangguk mantap
“Jaaadi mayat hangus yang ditemukan warga dan polisi di dalam rumah itu, benar-benar pak jawi??? Jadi pak jawi benar-benar bunuh diri??”
Cewe itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya mantap
“Jangan main-main!!!! Kalau memang kamu tahu seseuatu, beri tahu saya!! Jangan setengah-setengah”
Kali ini cewe itu diam seperti gelisah memikirkan sesuatu.
“Sebenarnya, saya tidak tahu itu mayat siapa. Tim medis kepolisian bahkan tidak bisa mengotopsi mayat itu karena jangankan kulit dan ototnya, tulangnya saja sudah lebur menjadi tanah.”
Bicara apa cewek ini?? Kalau itu bukan mayat pak jawi, lalu mayat siapa? Kalau pak jawi tidak mati terbakar, lalu mati karena apa? Memikirkan omongan cewe ini membuat jantung saya berdebar-debar tanpa alasan yang jelas.
“Untuk sementara ini, saya hanya memperingatkan kamu. Warga sudah merampas rumah dan tempat bermain mereka, dan kalau kali ini warga juga merampas tempat persembunyiannya, saya gak tahu apa yang akan terjadi di desa ini”
Semakin saya mendengarkan dia bicara, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benak saya
“Jadi keenam anak-anak cacat itu sekarang sedang bersembunyi di suatu tempat, dan bersiap-siap membalas dendam karena rumahnya yang sudah dirampas warga???”
Lagi-lagi cewe ini menggelengkan kepalanya
“Kamu tidak benar-benar berpikir kalau enam anak cacat itu adalah penyebab terror yang terjadi di desa ini kan???”
Tanya cewe itu, saya pun menjawab
“Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, mereka mencabik-cabik tubuh warga desa ini. Bukan tidak mungkin mereka akan melakukannya lagi”
Kali ini cewe itu tersenyum seperti meremehkan saya
“Yang kamu lihat itu belum seberapa. Cepat atau lambat hal yang jauh lebih buruk dari itu akan terjadi, yang tidak hanya akan mencabik-cabik daging warga yang sudah lemah tak berdaya, yang tidak hanya akan menyelimuti desa ini dengan ketakutan, tapi akan membanjirinya dengan kematian. Ya, semua itu akan terjadi kalau anak pak jawi yang satu itu memilih untuk turun tangan”
Darah saya berdesir, diiringi oleh keringat yang mengalir dari kening saya dan jatuh di dagu saya.
“Aaaa aaaa aaaanak pak jawi??? Aaaanak yang mana???”
Mendadak tatapan mata cewe ini jadi menyeramkan, dia pun menggunakan tatapan itu untuk menatap saya dan berkata
“Anak kandung pak jawi”
Berjuta pertanyaaan mengalir deras memasuki pikiran saya. Apa yang sebenarnya terjadi, siapa pembunuh pak jawi???, Siapa sebenarnya keenam anak cacat itu???, siapa sebenarnya pak jawi??? Dan apa yang cewe ini maksud dengan anak kandung pak jawi?? Dan diantara semua pertanyaan itu, saya memilih satu pertanyaan yang bagi saya harus terjawab malam ini juga, di tempat ini juga.
“Jamu yang kamu berikan pada korban keracunan kemarin, dimana kamu mendapatkannya??”
Tanya saya dengan tatapan tajam langsung ke arah mata cewe itu
“Oh itu, saya membuatnya sendiri”
“BOHONG!!!”
Bentak saya karena sangat mustahil cewe yang usianya jauh lebih muda dari saya ini bisa meracik jamu sehebat pak jawi.
“Saya tidak bohong, saya menemukan sedikit sisa jamu pak jawi di botol air mineral yang ada di samping tiga mayat itu. Itu sample yang cukup buat saya untuk membuat jamu yang sama persis, hanya mungkin dengan bahan yang berbeda”
Saya semakin bingung dan penasaran dengan orang ini
“Apa maksud kamu???”
Cewe itu menghela nafas, mungkin karena capek saya nanya mulu
“Satu-satunya alasan kenapa tiga orang itu tidak mati adalah, karena pak jawi memberikan mereka jamu itu, tepat sebelum mereka menghembuskan nafas terakhirnya”
Gila!! Gila!! GIlaaaaaaaa!!! Ini mustahil!! Ini tidak bisa dipercaya. Kemampuan bela dirinya, kemampuan dia menghilang dan muncul tanpa dilihat orang, dan sekarang kecerdasannya dalam ilmu kedokteran. Setahu saya, hanya ada satu orang di desa ini yang bisa melakukan semuanya, saya pun bertanya untuk terakhir kalinya. Pada cewe misterius yang berada di depan saya ini
SIAPA KAMU SEBENARNYA???
.::Cerita Selanjutnya::.
Januari 2015
22:00 WIB
GADIS BERCADAR
TOK! TOK! TOK!!
Entah kenapa setiap kali suara pintu rumah saya diketuk, saya selalu berharap Bapak saya ada dibalik pintu itu. Sudah beberapa hari beliau tidak pulang, tanpa sekalipun memberi kabar. Padahal banyak yang ingin saya ceritakan, dan saat-saat seperti sekarang ini, nasehat beliau lah yang paling saya butuhkan.
Dengan perasaan yang campur aduk, antara penasaran dan takut saya pun membuka pintu. Dan lagi-lagi orang ini datang ke rumah saya. Cewe bercadar yang suka datang dan pergi tanpa permisi, supir gila yang suka menerobos tanpa permisi dan……
Dan sekarang dia masuk rumah saya, duduk di kursi saya, tanpa permisi.
“Ooooh jadi memang kamu itu gak punya sopan santun yaaa, seenakanya sajaa…”
“Ada yang perlu saya bicarakan sama kamu”
Cewe nyebelin ini menyela omongan saya, yang bikin saya tambah benci sama dia. Dia masih mengenakan penutup mulut, hanya saja kali ini bukan cadar merah. Entah apapun model dan warna kerudungnya, mulutnya harus tertutup. Saya pun menutup pintu rumah, dan duduk.
“Ok, apa??”
Tanya saya dengan nada judes
“Saya kesini untuk memberikan peringatan, sama kamu dan teman-teman kamu itu. Berhenti melakukan tindakan bodoh!!”
Saya tidak mengerti apa yang cewe ini katakan,
“Teman-teman siapa?? Tindakan bodoh apa??”
Tanya saya yang kebingungan
“Gara-gara tindakan ceroboh temen-temen kamu, satu desa ini jadi menanggung akibatnya. Kamu mau kejadian kemarin terulang lagi??”
Merasa disalahkan atas tragedi sumur itu, saya pun naek pitam
“MEREKA BUKAN TEMAN-TEMAN SAYA!!”
“Oh kalau begitu teman pacar kamu”
“Dini bukan pacar saya!!!!”
“Oh kalau begitu benar kata kak tuan, gak ada cewe yang mau jadi pacar kamu”
Itu adalah ucapan terakhir dari cewe resek ini, sebelum akhirnya saya lempar mulut kurang ajarnya itu dengan asbak yang ada di meja tamu ini.
Setidaknya itulah yang ada di bayangan saya, tapi kalau mengingat dia jago bela diri, rasanya mending kali ini saya mengalah saja. Saya masih bisa merasakan nyeri di punggung saya karena bantingannya itu.
Cewe ini pun menyambung lagi ceramahnya
“Kalian penduduk desa sudah menghancurkan tempat tinggal mereka, menebang tempat bermain mereka, jadi jangan salahkan mereka kalau mereka mencari tempat bermain yang baru di rumah warga”
Saya merasa dijadikan kambing hitam di rumah sendiri
“Tunggu dulu!!! Saya tidak ada sangkut pautnya dengan apa yang dilakukan warga!! Jadi Jangan menyalahkan saya atas aksi balas dendam yang dilakukan Pak Jawi dan keenam anaknya!!”
“Pak Jawi sudah meninggal”
What??? Kata-kata cewe ini seperti cambuk yang baru saja mengenai hati saya. Saya tidak tahu harus merasa bagaimana, antara percaya dan tidak. Tapi jauh di lubuk hati saya yang paling dalam, saya merasa Sedih.
“Aaa aapa maksud kamu???? Pak jawi sudah meninggal???”
Cewe itu pun mengangguk mantap
“Jaaadi mayat hangus yang ditemukan warga dan polisi di dalam rumah itu, benar-benar pak jawi??? Jadi pak jawi benar-benar bunuh diri??”
Cewe itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya mantap
“Jangan main-main!!!! Kalau memang kamu tahu seseuatu, beri tahu saya!! Jangan setengah-setengah”
Kali ini cewe itu diam seperti gelisah memikirkan sesuatu.
“Sebenarnya, saya tidak tahu itu mayat siapa. Tim medis kepolisian bahkan tidak bisa mengotopsi mayat itu karena jangankan kulit dan ototnya, tulangnya saja sudah lebur menjadi tanah.”
Bicara apa cewek ini?? Kalau itu bukan mayat pak jawi, lalu mayat siapa? Kalau pak jawi tidak mati terbakar, lalu mati karena apa? Memikirkan omongan cewe ini membuat jantung saya berdebar-debar tanpa alasan yang jelas.
“Untuk sementara ini, saya hanya memperingatkan kamu. Warga sudah merampas rumah dan tempat bermain mereka, dan kalau kali ini warga juga merampas tempat persembunyiannya, saya gak tahu apa yang akan terjadi di desa ini”
Semakin saya mendengarkan dia bicara, semakin banyak pertanyaan yang muncul di benak saya
“Jadi keenam anak-anak cacat itu sekarang sedang bersembunyi di suatu tempat, dan bersiap-siap membalas dendam karena rumahnya yang sudah dirampas warga???”
Lagi-lagi cewe ini menggelengkan kepalanya
“Kamu tidak benar-benar berpikir kalau enam anak cacat itu adalah penyebab terror yang terjadi di desa ini kan???”
Tanya cewe itu, saya pun menjawab
“Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, mereka mencabik-cabik tubuh warga desa ini. Bukan tidak mungkin mereka akan melakukannya lagi”
Kali ini cewe itu tersenyum seperti meremehkan saya
“Yang kamu lihat itu belum seberapa. Cepat atau lambat hal yang jauh lebih buruk dari itu akan terjadi, yang tidak hanya akan mencabik-cabik daging warga yang sudah lemah tak berdaya, yang tidak hanya akan menyelimuti desa ini dengan ketakutan, tapi akan membanjirinya dengan kematian. Ya, semua itu akan terjadi kalau anak pak jawi yang satu itu memilih untuk turun tangan”
Darah saya berdesir, diiringi oleh keringat yang mengalir dari kening saya dan jatuh di dagu saya.
“Aaaa aaaa aaaanak pak jawi??? Aaaanak yang mana???”
Mendadak tatapan mata cewe ini jadi menyeramkan, dia pun menggunakan tatapan itu untuk menatap saya dan berkata
“Anak kandung pak jawi”
Berjuta pertanyaaan mengalir deras memasuki pikiran saya. Apa yang sebenarnya terjadi, siapa pembunuh pak jawi???, Siapa sebenarnya keenam anak cacat itu???, siapa sebenarnya pak jawi??? Dan apa yang cewe ini maksud dengan anak kandung pak jawi?? Dan diantara semua pertanyaan itu, saya memilih satu pertanyaan yang bagi saya harus terjawab malam ini juga, di tempat ini juga.
“Jamu yang kamu berikan pada korban keracunan kemarin, dimana kamu mendapatkannya??”
Tanya saya dengan tatapan tajam langsung ke arah mata cewe itu
“Oh itu, saya membuatnya sendiri”
“BOHONG!!!”
Bentak saya karena sangat mustahil cewe yang usianya jauh lebih muda dari saya ini bisa meracik jamu sehebat pak jawi.
“Saya tidak bohong, saya menemukan sedikit sisa jamu pak jawi di botol air mineral yang ada di samping tiga mayat itu. Itu sample yang cukup buat saya untuk membuat jamu yang sama persis, hanya mungkin dengan bahan yang berbeda”
Saya semakin bingung dan penasaran dengan orang ini
“Apa maksud kamu???”
Cewe itu menghela nafas, mungkin karena capek saya nanya mulu
“Satu-satunya alasan kenapa tiga orang itu tidak mati adalah, karena pak jawi memberikan mereka jamu itu, tepat sebelum mereka menghembuskan nafas terakhirnya”
Gila!! Gila!! GIlaaaaaaaa!!! Ini mustahil!! Ini tidak bisa dipercaya. Kemampuan bela dirinya, kemampuan dia menghilang dan muncul tanpa dilihat orang, dan sekarang kecerdasannya dalam ilmu kedokteran. Setahu saya, hanya ada satu orang di desa ini yang bisa melakukan semuanya, saya pun bertanya untuk terakhir kalinya. Pada cewe misterius yang berada di depan saya ini
SIAPA KAMU SEBENARNYA???
.::Cerita Selanjutnya::.